Tuesday, 5 January 2016

Kursi Van Gaal Tetap Panas


"Bukan hanya kesulitan menjaringkan bola ke gawang lawan, pertahanan rapat Man. United yang diunggulkan oleh Van Gaal pun mulai goyah dan kemasukkan sembilan gol di seluruh kompetisi hanya selama Desember."


2015 baru saja habis. Manchester United akhirnya mendapatkan tiga poin pertama setelah sekian pekan. Tapi kritik atas Louis van Gaal masih tetap sama.

Kemenangan 2-1 atas Swansea di Old Trafford (2/1) meringankan betul beban Van Gaal dari rumor pemecatan dirinya. Terkait kabar tersebut lumrah saja bila sebagian pendukung the Red Devils ingin sosok lain menggantikan manajer asal Belanda itu setelah ia gagal membawa Man. United menang dalam delapan pertandingan beruntun, terhitung sejak 21 November.

Dalam kurun waktu hampir dua bulan tersebut Man. United terdepak dari kompetisi prestis Liga Champions dan terjatuh dari peringkat empat besar Liga Primer Inggris. Namun, yang paling mengecewakan adalah bagaimana Wayne Rooney dan kawan-kawan tampil begitu lesu di lapangan. Juara liga 20 kali itu tampak kehabisan ide di sepertiga daerah serangan, lebih sering melakukan operan ke samping daripada mencari celah pertahanan musuh, dan minim aksi penetrasi ke lini belakang lawan. Seakan tidak memiliki enerji untuk mengungguli tim lain.

Bukan hanya kesulitan menjaringkan bola ke gawang lawan, pertahanan rapat Man. United yang diunggulkan oleh Van Gaal pun mulai goyah dan kemasukkan sembilan gol di seluruh kompetisi hanya selama Desember. Di mana pada awal musim gawang yang dikawal David de Gea bertahan hingga dua bulan sebelum kebobolan untuk jumlah yang sama banyak.

Ada yang beranggapan cederanya Morgan Schneiderlin sebagai jangkar di lini tengah menjadi salah satu faktor menurunnya performa tim yang musim lalu finis di peringkat empat tersebut. Memang di Liga Primer Inggris Man. United hanya merasakan satu kali kalah dari 14 penampilan eks Southampton itu dan sebaliknya cuma satu kali menang ketika Schneiderlin enam kali absen. Di laga menghadapi Swansea pun ia menjadi salah satu penampil terbaik saat menjadi pemain dengan jumlah intersep terbanyak (5) dan tekel suksesnya (3) hanya kalah dari Matteo Darmian (5).

Meski demikian, musim 2015/2016 bukan lagi musim perdana Van Gaal di Inggris, lagipula ia telah menghabiskan 250 juta Poundsterling atau setara 5,1 triliun Rupiah dan hasil dari filosofi yang dimaksud oleh pria berusia 64 tahun itu belum dapat terlihat jelas. Malah saat Man. United meraih poin penuh di kandang sendiri pada akhir pekan lalu, secara mendasar tidak banyak yang berubah dari cara bermain mereka.

Sama seperti menghadapi Stoke, Norwich dan Chelsea, Man. United sekali lagi kesulitan membongkar lini belakang tim yang mengandalkan garis pertahanan cukup dalam. Situasi itu tidak terbantu sebab operan-operan antara gelandang the Red Devils yang terjadi tepat di luar kotak penalti Lukasz Fabianski tidak diimbangi dengan key pass terhadap penyerang tunggal Rooney. Alhasil proses gol pertama pun hadir dari kelengahan anak-anak asuh Alan Curtis yang kehilangan bola di daerah pertahanan sendiri sebelum dimanfaatkan Ashley Young mengirim umpan lambung ke Anthony Martial.

Setelah unggul di awal babak kedua, Man. United sebenarnya mempunyai kesempatan untuk menghabisi pertandingan namun enam tendangan yang mereka layangkan hanya dikonversi menjadi dua yang mengarah ke gawang. Itu pun masih tepat hinggap ke pelukan mantan kiper Arsenal. Justru di sisi lapangan lain Swansea mulai bangkit saat Andew Ayew menggetarkan tiang dan hanya beberapa menit berselang Gylfi Sigurdsson menyamakan kedudukan. Old Trafford pun terdiam. Jelas para suporter gugup, mereka mulai khawatir kekalahan 1-2 dari the Swans pada empat dari lima pertemuan sebelumnya, hanya satu yang berakhir kemenangan bagi Man. United, kembali terjadi.

Hingga datanglah gol fantastis dari Rooney. 

Berawal dari sisi kanan pertahanan Swansea ketika aksi solo Martial yang merangsek masuk ke kotak penalti, kapten Man. United itu menghampiri sisi tiang dekat dan menendang bola dengan bagian belakang tumitnya membuat bola mengalir cepat ke sudut jauh yang tidak dapat digapai Fabianski. Gol tersebut melepas beban di Old Trafford. Bukan cuma beban bagi Rooney yang paceklik gol tapi juga pemain lain, dan bagi suporter untuk kembali bersorak dan bernyanyi. Gol tersebut akhirnya mengamankan kemenangan tuan rumah. Tapi beban bagi Van Gaal tetap berat.

Paruh Kedua
Kemenangan di pekan ke-20 membuat Man. United naik ke urutan kelima tangga klasemen. Kini berjarak tiga poin dari Tottenham Hotspur di posisi keempat dan sembilan poin dari Arsenal sebagai pemuncak klasemen sementara. Meski demikian, dengan target minimal mengamankan peringkat empat Van Gaal bukan berarti lebih mudah menghadapi perjuangan lima bulan ke depan. 

Terlebih dengan kehadiran Jose Mourinho yang berada paling depan dalam daftar untuk menduduki kursi panas maka jaminan bagi Van Gaal agar tetap menjadi pelatih Man. United musim depan, apalagi untuk mempertahankan kontraknya di Inggris sampai 2017, justru kian menipis. Apalagi setelah mantan pelatih Ajax, Barcelona dan Bayern Munich itu diharapkan bukan hanya mencapai target melangkah ke liga para juara Eropa tapi juga menampilkan konsistensi permainan yang baik di sisa musim.

Tidak seperti di liga lain seperti Eredivisie, La Liga atau Bundesliga di mana periode Natal dan pergantian tahun merupakan momen yang dapat dimanfaatkan tim untuk "mengambil nafas" dan merencanakan siasat baru untuk menghadapi paruh kedua musim, di Liga Primer Inggris tidak ada keistimewaan seperti itu.

Jadwal pertandingan yang padat tanpa istirahat membuat Van Gaal harus berusaha lebih keras memutar otaknya. Mencari pemain di tengah jendela transfer yang kembali dibuka juga dapat menjadi salah satu alternatif pemecah masalah. Dari Sadio Mane, Jamie Vardy, Gareth Bale, bahkan sampai bek muda Benfica Renato Sanches sampai bintang Barcelona, Neymar, dikabarkan masuk dalam daftar target pembelian.

Terlepas dari nama yang akhirnya benar-benar mengenakan seragam kebesaran berwarna dominan merah, kali ini Van Gaal harus mencari solusi jangka pendek dengan prioritas meningkatkan kualitas serangan Man. United. Kesampingkan dahulu fakta Chris Smalling cs. menempati peringkat kedua di liga untuk urusan paling sedikit kebobolan atau punya tingkat penguasaan bola yang tinggi sebesar 60,5% karena pada akhirnya bermain sepak bola adalah urusan mencetak gol dan rival Manchester City ini hanya memiliki persentase konversi gol 9,7%.

Mengemban tugas mengangkat performa Man. United memang bukan urusan gampang, tapi Van Gaal juga bukan pelatih sembarangan. Kini sekali lagi reputasinya sebagai jenius sepak bola diuji. Dan kemenangan atas Swansea barulah awalan.

No comments:

Post a Comment