Friday, 22 January 2016

[FPL] Tips Gameweek 23: Lukaku Kembali ke Goodison


"Terlepas siapa yang jadi lawan, menurut data memang pria 22 tahun itu lebih suka menjaringkan bola saat bermain di kandang dengan torehan 8 gol serta 3 assist dari 11 pertandingan."


Selain dari jadwal pertandingan besar antara Arsenal dan Chelsea, GW 23 mempertemukan sebagian tim yang tengah mendapatkan dorongan angin segar dengan mereka yang mulai goyah.

Sejak memasuki paruh kedua musim Premier League, beberapa tim mengalami perubahan tren performa seperti Leicester, Crystal Palace dan Watford yang tidak lagi setangguh periode awal liga. The Foxes kini kesulitan menggedor pertahanan lawan sementara dua tim yang belakangan disebut agak meragukan untuk diharapkan sebagai sumber poin dari hasil clean sheets. Kemudian bagaimana Swansea bermain setelah mengalami pergantian manajer?

Melihat hasil dari sekian pertandingan terakhir dari tim-tim yang akan berlaga memang menjadi kunci untuk mendapatkan poin tinggi bagi para manajer FPL. Strategi wajib itu juga dapat memberikan petunjuk untuk memilih pemain yang akan masuk starting line-up di GW 23 ini.

Siapa saja yang tengah panas atau justru mulai kehilangan sentuhannya? Gue punya tips untuk para pemain dari setiap lini yang diprediksi menunjukkan penampilan solid pada jadwal tengah Januari ini, simak nama-nama berikut:

Kiper
Jack Butland (£ 5.3)
Aksi Butland di antara mistar gawang Stoke sejauh ini sudah menghasilkan 9 clean sheets, hanya kalah dari dua kiper hebat, Petr Cech dan Joe Hart. Kiper yang tengah dipantau Man. United ini juga sudah melakukan 80 penyelamatan membuat Butland sebagai yang terbaik untuk urusan menghentikan tembakan. Dan yang menjadi lawan, Leicester sedang lesu di lini depan sebab pasukan serigala Claudio Ranieri hanya melesakkan 2 gol dari 5 pertandingan terakhir dalam Premier League. Tentu bukan hasil yang baik bagi tim kedua paling agresif di liga. Vahrez kehabisan bensin? Mungkin saja.

Belakang
Chris Smalling (£ 6,7) 
Harus diakui clean sheet Man. United pada GW 22 lahir dari keberuntungan setelah Liverpool melepaskan 19 tembakan dan hanya 4 mengarah ke gawang. Kini kemungkinan untuk terjadi cs kembali besar bagi Smalling mengingat Southampton tidak begitu nyaman bermain tandang. Tercatat bahwa Graziano Pelle dan kawan-kawan hanya sanggup mengamankan 10 dari 30 poin di jalan. The Saints (9 gol) pun hanya unggul dari tiga tim Premier League untuk urusan menjebol gawang lawan yang menjadi tuan rumah; WBA (8), Swansea (8), dan Newcastle (5). Ditambah lagi Southampton selalu kalah dari 4 laga tandang terakhir mereka.

Tengah
Georginio Wijnaldum (£ 7,0)
Sampai Desember, lini belakang Watford akrab dengan sejumlah clean sheets namun performa itu sudah berubah. 5 GW terakhir Heurelho Gomes selalu kebobolan, malah 4 diantaranya berakhir dengan 2 gol. Sementara Newcastle belum pasti mendapatkan tiga poin tetapi bila ada yang mencetak gol bagi Magpies maka sosok tersebut kemungkinan besar adalah Wijnaldum. Gelandang enerjik ini tengah dalam performa top, 2 gol dan 1 assistnya saat melawan Man. United dan West Ham membuat eks PSV itu menjadi pilihan transfer favorit untuk GW 23.

Depan
Harry Kane (£ 10,0)
Bukan pilihan mengejutkan menempatkan Kane sebagai penyerang di GW 23 mengingat striker Tottenham ini dimiliki 36,5% seluruh manajer FPL. Lumrah saja, Crystal Palace yang menjamu Tottenham punya kebiasaan untuk bermain lebih baik saat bertandang daripada di hadapan suporter sendiri dan dalam 3 pertandingan terakhir Wayne Hennessey memungut bola 8 kali dari gawangnya. 7 dari kebobolan itu terjadi saat the Eagles bermain di Selhurst Park. Musim ini Kane memang kerap inkonsisten di lini depan the Lilywhites namun kontribusi sebuah gol dan assist saat menghadapi Sunderland dapat jadi modal kepercayaan diri baginya.

Captain material!
Romelu Lukaku (£ 9,2)

Lukaku top skor Everton dengan 15 gol (sg: Daily Mail)

Kenapa bukan Sergio Aguero? Kun terbukti hampir melakukan hattrick pada GW lalu. Bila Aguero yang jadi pilihan kalian, itu juga bisa jadi alternatif yang bagus. Namun, dengan nilai harga (sekitar 4 poin) yang lebih rendah Lukaku adalah kandidat kapten yang jauh dari buruk. Walau sudah dua GW mantan pemain Chelsea ini absen dari daftar pencetak gol kini Everton menjamu Swansea di Goodison Park.

Lukaku gagal menunjukkan ketajamannya ketika pasukan Roberto Martinez bertandang ke Etihad dan Stamford Bridge. Terlepas siapa yang jadi lawan, menurut data memang pria 22 tahun itu lebih suka menjaringkan bola saat bermain di kandang dengan torehan 8 gol serta 3 assist dari 11 pertandingan.

Melihat pertahanan Swansea maka memilih Lukaku sebagai kapten ada risikonya. The Swans sanggup memperoleh 4 clean sheets dari 6 pertandingan terakhir mereka di Premier League. Meski demikian, hasil tersebut akan mendapat ujian besar mengingat jumlah gol Everton (39 gol) sebanding dengan Leicester (39) dan hanya kalah dari Man. City (43).

Friday, 15 January 2016

[FPL] Pre-Gameweek 22: Firmino dan Para Pemain Template


"Firmino membuktikan dirinya sanggup tampil di partai besar. Seperti penampilannya saat menghadapai Man. City, eks Hoffenheim ini juga bersinar saat melawan Arsenal."


Pemain-pemain favorit FPL 2015/2016 tidak tampil baik di GW 21 tapi rataan 35 poin memang memperlihatkan para manajer FPL punya masalah yang sama.

Ozil, Mahrez, Aguero, Lukaku, Ighalo, KdB gagal membayar kepercayaan karena tidak menyumbang gol maupun asis. Mereka yang dipilih mayoritas manajer FPL justru kalah oleh Payet, Rooney, Firmino, Huth, dan Defoe.

Harus diakui GW yang lalu memang pekannya para pemain diferensial. Sebab dari 11 pemain dengan poin terbaik (total mengombinasikan 142 poin) hanya tiga yang memiliki catatan dipilih lebih dari 5% manajer-manajer FPL: Rooney (8,7%), Howard (5,7%), dan Targett (6,0%).

Beberapa dari pemain itu diprediksi dapat meneruskan tren poin besar mereka tapi kesempatan bagi "pilihan template" juga ada mengingat sebagian jadwal mempertemukan tim papan atas dengan mereka yang berkutat di bagian bawah klasemen.

Boleh nih
Marko Arnautovic (£6.7)
Arsenal memang tengah di puncak klasemen tapi performa pertahanan the Gunners yang kebobolan 15 gol saat bertandang menempatkan mereka sebagai kedua yang terburuk dari 10 tim teratas Premier League. Tidak heran jika Arnautovic sebagai topskorer Stoke (7 gol) pun muncul sebagai ancaman terbesar anak asuhan Wenger.

Roberto Firmino (£7,7)
Firmino membuktikan dirinya sanggup tampil di partai besar. Seperti penampilannya saat menghadapai Man. City, eks Hoffenheim ini juga bersinar saat melawan Arsenal. 3 gol dan 2 asis dari tiga laga terakhir jadi modal penting Firmino melawan Man. United yang merasakan kalah tiga kali dan cuma sekali menang dari enam pertandingan liga terakhir.

Odion Ighalo (£6.4)
Ighalo memang sama sekali belum mencetak gol di Premier League sejak pergantian tahun. Namun, ingat yang menjadi lawan adalah Swansea, walau the Swans sempat mengamankan 3 clean sheet dari GW 17 hingga 19 tapi lini belakang Williams cs. bermain meragukan saat kemasukan 4 gol oleh Sunderland pada GW 21.

Captain material!
Dimitri Payet (£8,0)
Payet bermain sangat sangat meyakinkan dalam kemenangan 3-1 West Ham di GW 21. Tidak cuma mencetak gol, sang gelandang membuat the Hammers bermain lebih baik secara keseluruhan dan lawan mereka selanjutnya, Newcastle, hanya memiliki Wijnaldum yang sanggup memberikan penampilan konsisten.

Magpies yang saat ini tertahan di zona degradasi pun tengah dalam performa enam pertandingan tanpa kemenangan di Premier League dengan kemasukan 7 gol. Ini berbanding terbalik dengan pasukan Bilic yang tidak pernah kalah di enam pertandingan terakhir, tiga di antaranya berakhir menang.

Tuesday, 5 January 2016

Kursi Van Gaal Tetap Panas


"Bukan hanya kesulitan menjaringkan bola ke gawang lawan, pertahanan rapat Man. United yang diunggulkan oleh Van Gaal pun mulai goyah dan kemasukkan sembilan gol di seluruh kompetisi hanya selama Desember."


2015 baru saja habis. Manchester United akhirnya mendapatkan tiga poin pertama setelah sekian pekan. Tapi kritik atas Louis van Gaal masih tetap sama.

Kemenangan 2-1 atas Swansea di Old Trafford (2/1) meringankan betul beban Van Gaal dari rumor pemecatan dirinya. Terkait kabar tersebut lumrah saja bila sebagian pendukung the Red Devils ingin sosok lain menggantikan manajer asal Belanda itu setelah ia gagal membawa Man. United menang dalam delapan pertandingan beruntun, terhitung sejak 21 November.

Dalam kurun waktu hampir dua bulan tersebut Man. United terdepak dari kompetisi prestis Liga Champions dan terjatuh dari peringkat empat besar Liga Primer Inggris. Namun, yang paling mengecewakan adalah bagaimana Wayne Rooney dan kawan-kawan tampil begitu lesu di lapangan. Juara liga 20 kali itu tampak kehabisan ide di sepertiga daerah serangan, lebih sering melakukan operan ke samping daripada mencari celah pertahanan musuh, dan minim aksi penetrasi ke lini belakang lawan. Seakan tidak memiliki enerji untuk mengungguli tim lain.

Bukan hanya kesulitan menjaringkan bola ke gawang lawan, pertahanan rapat Man. United yang diunggulkan oleh Van Gaal pun mulai goyah dan kemasukkan sembilan gol di seluruh kompetisi hanya selama Desember. Di mana pada awal musim gawang yang dikawal David de Gea bertahan hingga dua bulan sebelum kebobolan untuk jumlah yang sama banyak.

Ada yang beranggapan cederanya Morgan Schneiderlin sebagai jangkar di lini tengah menjadi salah satu faktor menurunnya performa tim yang musim lalu finis di peringkat empat tersebut. Memang di Liga Primer Inggris Man. United hanya merasakan satu kali kalah dari 14 penampilan eks Southampton itu dan sebaliknya cuma satu kali menang ketika Schneiderlin enam kali absen. Di laga menghadapi Swansea pun ia menjadi salah satu penampil terbaik saat menjadi pemain dengan jumlah intersep terbanyak (5) dan tekel suksesnya (3) hanya kalah dari Matteo Darmian (5).

Meski demikian, musim 2015/2016 bukan lagi musim perdana Van Gaal di Inggris, lagipula ia telah menghabiskan 250 juta Poundsterling atau setara 5,1 triliun Rupiah dan hasil dari filosofi yang dimaksud oleh pria berusia 64 tahun itu belum dapat terlihat jelas. Malah saat Man. United meraih poin penuh di kandang sendiri pada akhir pekan lalu, secara mendasar tidak banyak yang berubah dari cara bermain mereka.

Sama seperti menghadapi Stoke, Norwich dan Chelsea, Man. United sekali lagi kesulitan membongkar lini belakang tim yang mengandalkan garis pertahanan cukup dalam. Situasi itu tidak terbantu sebab operan-operan antara gelandang the Red Devils yang terjadi tepat di luar kotak penalti Lukasz Fabianski tidak diimbangi dengan key pass terhadap penyerang tunggal Rooney. Alhasil proses gol pertama pun hadir dari kelengahan anak-anak asuh Alan Curtis yang kehilangan bola di daerah pertahanan sendiri sebelum dimanfaatkan Ashley Young mengirim umpan lambung ke Anthony Martial.

Setelah unggul di awal babak kedua, Man. United sebenarnya mempunyai kesempatan untuk menghabisi pertandingan namun enam tendangan yang mereka layangkan hanya dikonversi menjadi dua yang mengarah ke gawang. Itu pun masih tepat hinggap ke pelukan mantan kiper Arsenal. Justru di sisi lapangan lain Swansea mulai bangkit saat Andew Ayew menggetarkan tiang dan hanya beberapa menit berselang Gylfi Sigurdsson menyamakan kedudukan. Old Trafford pun terdiam. Jelas para suporter gugup, mereka mulai khawatir kekalahan 1-2 dari the Swans pada empat dari lima pertemuan sebelumnya, hanya satu yang berakhir kemenangan bagi Man. United, kembali terjadi.

Hingga datanglah gol fantastis dari Rooney. 

Berawal dari sisi kanan pertahanan Swansea ketika aksi solo Martial yang merangsek masuk ke kotak penalti, kapten Man. United itu menghampiri sisi tiang dekat dan menendang bola dengan bagian belakang tumitnya membuat bola mengalir cepat ke sudut jauh yang tidak dapat digapai Fabianski. Gol tersebut melepas beban di Old Trafford. Bukan cuma beban bagi Rooney yang paceklik gol tapi juga pemain lain, dan bagi suporter untuk kembali bersorak dan bernyanyi. Gol tersebut akhirnya mengamankan kemenangan tuan rumah. Tapi beban bagi Van Gaal tetap berat.

Paruh Kedua
Kemenangan di pekan ke-20 membuat Man. United naik ke urutan kelima tangga klasemen. Kini berjarak tiga poin dari Tottenham Hotspur di posisi keempat dan sembilan poin dari Arsenal sebagai pemuncak klasemen sementara. Meski demikian, dengan target minimal mengamankan peringkat empat Van Gaal bukan berarti lebih mudah menghadapi perjuangan lima bulan ke depan. 

Terlebih dengan kehadiran Jose Mourinho yang berada paling depan dalam daftar untuk menduduki kursi panas maka jaminan bagi Van Gaal agar tetap menjadi pelatih Man. United musim depan, apalagi untuk mempertahankan kontraknya di Inggris sampai 2017, justru kian menipis. Apalagi setelah mantan pelatih Ajax, Barcelona dan Bayern Munich itu diharapkan bukan hanya mencapai target melangkah ke liga para juara Eropa tapi juga menampilkan konsistensi permainan yang baik di sisa musim.

Tidak seperti di liga lain seperti Eredivisie, La Liga atau Bundesliga di mana periode Natal dan pergantian tahun merupakan momen yang dapat dimanfaatkan tim untuk "mengambil nafas" dan merencanakan siasat baru untuk menghadapi paruh kedua musim, di Liga Primer Inggris tidak ada keistimewaan seperti itu.

Jadwal pertandingan yang padat tanpa istirahat membuat Van Gaal harus berusaha lebih keras memutar otaknya. Mencari pemain di tengah jendela transfer yang kembali dibuka juga dapat menjadi salah satu alternatif pemecah masalah. Dari Sadio Mane, Jamie Vardy, Gareth Bale, bahkan sampai bek muda Benfica Renato Sanches sampai bintang Barcelona, Neymar, dikabarkan masuk dalam daftar target pembelian.

Terlepas dari nama yang akhirnya benar-benar mengenakan seragam kebesaran berwarna dominan merah, kali ini Van Gaal harus mencari solusi jangka pendek dengan prioritas meningkatkan kualitas serangan Man. United. Kesampingkan dahulu fakta Chris Smalling cs. menempati peringkat kedua di liga untuk urusan paling sedikit kebobolan atau punya tingkat penguasaan bola yang tinggi sebesar 60,5% karena pada akhirnya bermain sepak bola adalah urusan mencetak gol dan rival Manchester City ini hanya memiliki persentase konversi gol 9,7%.

Mengemban tugas mengangkat performa Man. United memang bukan urusan gampang, tapi Van Gaal juga bukan pelatih sembarangan. Kini sekali lagi reputasinya sebagai jenius sepak bola diuji. Dan kemenangan atas Swansea barulah awalan.