Wednesday, 6 June 2012

Menuju Timur



Saya masih ingat bagaimana empat tahun telah berlalu sejak Phillip Lahm gagal menghentikan laju si no.9 dari Liverpool dan sontekan sederhananya berhasil memperdayai Jens Lehmann kala itu. Kira-kira seperti itulah gambaran terciptanya gol tunggal Fernando Torres pada titik klimaks Euro 2008 yang mengantarkan Spanyol ke tahta tertinggi Eropa dan momen dimana saya harus merelakan hilangnya 50 ribu rupiah dari kantong saya.

Seiring berjalannya waktu banyak hal terjadi sejak 2008 silam pada pemegang titel Eropa tersebut, seperti yang kita ketahui Spanyol--serta Barcelona dan Real Madrid--kemudian mendominasi sepakbola dunia dengan permainan tiki taka mereka , El Classico tidak ubahnya menjadi hiburan yang menyajikan drama opera sabun dan sang pahlawan saat itu kembali menorehkan namanya sebagai penguasa Eropa terbaru di level klub, bersama Chelsea.

Kini pesta sepakbola Eropa tersebut digelar kembali di dua negara eks-komunis, Polandia dan Ukraina. Sebagai penggemar sepakbola kita memang lebih akrab dengan negara-negara Eropa barat, tidak salah jika merasa asing dengan kedua negara ini. Selain dari menyebutkan nama Lewandowski atau Shevchenko, siapa yang bisa menyebutkan susunan timnas Polandia atau Ukraina lengkap mulai dari kiper hingga penyerang? Lain halnya jika yang ditanya mengenai Spanyol atau Inggris, namun bukan berarti mereka dipastikan akan merasakan nasib seperti Swiss-Austria.

Entah mengapa walau sebagai tuan rumah seringkali dianggap "telat panas" karena tim lain mengawali kompetisi jauh sejak kualifikasi tetapi ada rasa untuk melihat kedua tuan rumah yang dianggap underdog ini melangkah lebih jauh dari sekedar penghuni grup. 

Setidaknya hal itu pernah terjadi pada tingkatan Europa League dimana tim seperti Zenit St.Petersburg atau Shakhtar Donetsk menjadi kampiun. Untuk Zenit sendiri justru menjadi lebih manis karena mengalahkan Bayern Munich dalam perjalanannya menjadi juara 2007/2008. Bukan suatu hal yang tidak mungkin saat melihat sejarah terkadang nasib baik berlaku pada tim-tim underdog seperti Korea di PD 2002 atau dalam kasus Eropa seperti Denmark, Cekoslovakia, bahkan Yunani. Walau memang unggulan-unggulan dari bagian barat diprediksi media tetap mendominasi di timur Eropa.

Menyinggung tentang persaingan Eropa barat dan timur mengingatkan saya tentang keadaan krisis ekonomi global yang sedang terpuruk. Kita tahu perbedaan keduanya begitu besar karena paham komunis yang lama mengekang negara-negara Eropa timur namun jangan salah kini mereka seperti Polandia dan Ukraina berani unjuk gigi justru Eropa barat yang sedang kelimpungan dengan urusan ekonomi mereka. Tanyakan saja pada warga Yunani bagaimana sulitnya mereka untuk mencari pekerjaan.

Kedua negara di Eropa timur yang telah lama berada dalam kendali tirai besi kini diberikan kesempatan untuk menjamu negara-negara Eropa lain untuk memperebutkan trofi Henry Delaunay. Total terdapat 16 tim yang bersaing dan terbagi ke dalam 4 grup. 

Bagaimana kans mereka melaju ke tahap selanjutnya? Dan tentunya siapa yang akan menjadi pemain muda yang bersinar kali ini?  

No comments:

Post a Comment