Saya masih ingat bagaimana empat tahun telah berlalu sejak Phillip Lahm gagal menghentikan laju si no.9 dari Liverpool dan sontekan sederhananya berhasil memperdayai Jens Lehmann kala itu. Kira-kira seperti itulah gambaran terciptanya gol tunggal Fernando Torres pada titik klimaks Euro 2008 yang mengantarkan Spanyol ke tahta tertinggi Eropa dan momen dimana saya harus merelakan hilangnya 50 ribu rupiah dari kantong saya.
Seiring berjalannya waktu banyak hal terjadi sejak 2008 silam
pada pemegang titel Eropa tersebut, seperti yang kita ketahui Spanyol--serta
Barcelona dan Real Madrid--kemudian mendominasi sepakbola dunia dengan
permainan tiki taka mereka , El Classico tidak ubahnya menjadi hiburan yang
menyajikan drama opera sabun dan sang pahlawan saat itu kembali menorehkan
namanya sebagai penguasa Eropa terbaru di level klub, bersama Chelsea.
Kini pesta sepakbola Eropa tersebut digelar kembali di dua
negara eks-komunis, Polandia dan Ukraina. Sebagai penggemar sepakbola kita
memang lebih akrab dengan negara-negara Eropa barat, tidak salah jika merasa
asing dengan kedua negara ini. Selain dari menyebutkan nama Lewandowski atau
Shevchenko, siapa yang bisa menyebutkan susunan timnas Polandia atau Ukraina
lengkap mulai dari kiper hingga penyerang? Lain halnya jika yang ditanya
mengenai Spanyol atau Inggris, namun bukan berarti mereka dipastikan akan
merasakan nasib seperti Swiss-Austria.
Entah mengapa walau sebagai tuan rumah seringkali dianggap
"telat panas" karena tim lain mengawali kompetisi jauh sejak
kualifikasi tetapi ada rasa untuk melihat kedua tuan rumah yang dianggap underdog ini
melangkah lebih jauh dari sekedar penghuni grup.
Setidaknya hal itu pernah terjadi pada tingkatan Europa League
dimana tim seperti Zenit St.Petersburg atau Shakhtar Donetsk menjadi kampiun.
Untuk Zenit sendiri justru menjadi lebih manis karena mengalahkan Bayern Munich
dalam perjalanannya menjadi juara 2007/2008. Bukan suatu hal yang tidak mungkin
saat melihat sejarah terkadang nasib baik berlaku pada tim-tim underdog seperti
Korea di PD 2002 atau dalam kasus Eropa seperti Denmark, Cekoslovakia, bahkan
Yunani. Walau memang unggulan-unggulan dari bagian barat diprediksi media tetap
mendominasi di timur Eropa.
Menyinggung tentang persaingan Eropa barat dan timur
mengingatkan saya tentang keadaan krisis ekonomi global yang sedang terpuruk.
Kita tahu perbedaan keduanya begitu besar karena paham komunis yang lama
mengekang negara-negara Eropa timur namun jangan salah kini mereka seperti
Polandia dan Ukraina berani unjuk gigi justru Eropa barat yang sedang
kelimpungan dengan urusan ekonomi mereka. Tanyakan saja pada warga Yunani
bagaimana sulitnya mereka untuk mencari pekerjaan.
Kedua negara di Eropa timur yang telah lama berada dalam kendali
tirai besi kini diberikan kesempatan untuk menjamu negara-negara Eropa lain
untuk memperebutkan trofi Henry Delaunay. Total terdapat 16 tim yang bersaing
dan terbagi ke dalam 4 grup.
Bagaimana kans mereka melaju ke tahap selanjutnya? Dan tentunya siapa yang akan menjadi pemain muda yang bersinar kali ini?
Bagaimana kans mereka melaju ke tahap selanjutnya? Dan tentunya siapa yang akan menjadi pemain muda yang bersinar kali ini?
No comments:
Post a Comment