Friday, 27 February 2015

Tips FPL [Gameweek 27]: Cari Poin dari Gol di Anfield

"Skrtel, Moreno, dan Clichy dapat dikesampingkan dahulu. Sementara kondisi ini menjadi kabar baik bagi Aguero, Silva, Sterling, Coutinho dan Sturridge."
Fantasy Premier League di Gameweek 27 tidak menyertakan Tottenham Hotspur dan Chelsea, dengan Liverpool menghadapi Manchester City dan Arsenal menjamu Everton sebagai menu utama.

Harus diwaspadai empat tim; Chelsea, Tottenham, Queens Park Rangers dan Leicester City , tidak bermain pekan ini. Artinya nasib buruk bagi kalian yang memiliki Ivanovic, Terry, Eriksen, Kane dan Austin dalam satu tim.

Kehilangan Kane, yang saat ini pemain paling populer dengan menjadi pilihan dari 46% manajer FPL, rasanya memang agak sepet. Sekaligus menjadi bahan yang menarik untuk mencari pengganti yang tepat bagi penyerang Tottenham itu.

Juga disayangkan kita tidak dapat memasang Ivanovic (135 poin) yang memimpin perolehan poin pemain belakang dengan keunggulan yang cukup jauh dari pesaing terdekat Terry (120). Padahal bek asal Serbia tengah panas dengan mencetak dua gol dari tiga GW terakhir.

Mencari pengganti dari dua pemain di atas tidak semudah itu, namun bukan berarti pilihannya terbatas.

Pertandingan pilihan  
Bila ada daftar laga yang wajib disaksikan dalam GW ini, maka pertemuan Liverpool dan Man. City akan berada di puncak. Pekan lalu kedua tim sama-sama mendapatkan clean sheet, tapi jangan berharap banyak hal itu dapat terulang di GW 27. Dan ini bukan bicara soal penampilan the Reds dan the Citizens yang mengecewakan di Eropa.

Dari tujuh pertemuan terakhir the Reds dan the Citizens di seluruh kompetisi selalu terjadi gol. Jumlahnya tidak minim, mencapai rataan di atas 2,5 gol per pertandingan. Terakhir kali mereka mendapatkan clean sheet atas lawannya terjadi di 11 Januari 2012 ketika Liverpool menang 1-0 di Etihad dalam Piala Liga.

Maka lebih baik untuk menghindari memasang pemain belakang dari salah satu tim seperti, Skrtel, Moreno, dan Clichy dapat dikesampingkan dahulu. Sementara kondisi ini menjadi kabar baik bagi Aguero, Silva, Sterling, Coutinho dan Sturridge.

Meski pertemuan akan dilangsungkan di Anfield duet Aguero dan Silva tetap dapat diandalkan oleh para manajer. Dari empat pertandingan terakhir, Aguero sukses mencatatkan 30 poin dan Silva dengan 31 poin. Dari kubu tuan rumah, Coutinho meraih poin paling banyak sepanjang bulan ini dengan 24 poin dan Sterling menyusul dengan 21 poin.

Boleh nih
Kieran Trippier - Mencari bek yang dapat menyumbang poin dari asis? Bila Baines yang bertandang ke Emirates tampak sulit mendapatkannya, maka Trippier muncul sebagai alternatif. Ia memberikan tiga asis dari lima laga terakhir Burnley. 

Papiss Cisse - Newcastle berpotensi mendapatkan poin maksimal menghadapi Aston Villa yang selalu kalah pada lima laga tandang terakhir. Cisse dengan harga 5,4 yang merupakan penyerang paling berbahaya Magpies (10 gol) pun berpotensi menambah pundi-pundi golnya.

Sergio Aguero - Dari delapan pertandingan yang telah dilalui Kun melawan tujuh besar Premier League, ia mencetak tujuh gol dan tiga asis. Tanda bahaya bagi bek Liverpool.

Tahan dulu
Per Mertesacker - Bila Anda mencari pemain Arsenal dengan clean sheet terbanyak maka nama bek Jerman ini akan muncul (8 kali). Tapi melihat penampilannya menghadapi Monaco agaknya harus dipikir-pikir ulang karena Everton sebagai lawan punya potensi bahaya di lini depan.

Wayne Rooney - Ya, benar, Rooney mulai kembali dipercayai oleh Van Gaal untuk kembali mengisi posisi penyerang setelah Falcao mengecewakan dan Van Persie cedera, tapi ia baru mencetak satu gol sepanjang 2015 dan itu pun bukan di Premier League. Belum lagi bila mempertimbangkan harganya di 10,5. Duh.

Dame N'Doye - Eks Lokomotiv Moscow baru bermain tiga pertandingan, tapi sudah mencetak dua gol dan satu asis bagi Hull City yang berbuah 19 poin di FPL. Meski harganya murah dengan 5,5 tapi GW ini the Tigers bertandang ke tempat sulit di Britannia.

Kapten
Sergio Aguero - Memang mahal, tapi penyerang asal Argentina memberikan jaminan poin. #AgueroFC

Thursday, 12 February 2015

Siapa Sih: Danny Ings

Pada Premier League matchday ke-25, Danny Ings berjibaku sendirian di daerah pertahanan Manchester United. Meski Burnley kalah 1-3 di Old Trafford tapi sang penyerang sekali lagi membuktikan mengapa dirinya begitu diminati banyak klub.
Ings tengah menjadi sensasi. Chelsea, Manchester United, Tottenham Hotspur dan Liverpool menjadi klub-klub Inggris yang dikabarkan meminati dirinya. Bahkan usaha membuatnya hengkang dari Burnley juga datang dari klub La Liga, Real Sociedad.
Tidak heran bila melihat apa yang terjadi di Old Trafford, Rabu (11/2) dini hari WIB. Ings bahkan tampil lebih bagus dari nama-nama besar seperti Radamel Falcao, Angel di Maria, Wayne Rooney, dan Robin van Persie. Bisa dikatakan jika tim tamu bertahan dengan layak, Burnley mungkin dapat membawa pulang poin dari Manchester.
Meski demikian, kehebatan Ings tidak kemudian muncul dalam semalam. Pria berusia 22 tahun itu tampil konsisten sebagai penyumbang gol the Clarets dengan sembilan gol (empat terjadi di lima laga terakhir) dan empat asis dari 22 kali bermain di Premier League.
Torehan tersebut membuatnya sebagai pemain Inggris keempat yang paling tajam di musim 2013/2014. Charlie Austin dan Harry Kane sama-sama telah membukukan 13 gol, sedangkan Saido Berahino punya 10 gol, lalu ada nama Ings pada urutan berikutnya.
Namun yang membuat Ings dianggap lebih berperan di lini depan adalah pergerakan tanpa bola, jumlah kesempatan yang berhasil dan operan-operan yang ia berikan kepada rekan-rekannya. Singkatnya, kehadiran penyerang timnas U-12 Inggris itu turut menghidupkan pemain lain di lini depan.
Kini tengah hangat diperbincangkan penyerang keempat yang dapat masuk ke skuad tim nasional Inggris. Manajer Roy Hodgson telah dipastikan menggunakan jasa kapten Wayne Rooney dan Daniel Sturridge sebagai dua pemain di lini depan, dan melihat performa para penyerang Inggris belakangan ini maka Kane akan mengisi pelapis pertama, tapi posisi penyerang keempat diperebutkan oleh setidaknya empat pemain.
Austin, Berahino, Ings dan Danny Welbeck muncul sebagai nama yang siap membuat pusing Hodgson untuk memilih salah satu dari mereka. Celakanya bagi Burnley, jika pemain nomor 10 mereka terpilih maka status Ings sebagai pemain berkualitas pun akan semakin meyakinkan para klub yang lebih besar untuk mengajukan tawaran.
Saat ini tim asuhan Sean Dyche berada di peringkat 18 dengan 13 laga tersisa di Premier League. Kemungkinan degradasi sangat besar terjadi pada tim promosi yang satu ini, tapi bila bertahan pun kuasa untuk menahan Ings tetap bermain di Turf Moor musim depan terbilang kecil.
Jika di Januari muncul begitu banyak tim yang memantau diri Ings, maka persoalan klub mana yang mendapatkan tanda tangannya ketika jendela transfer kembali dibuka pada Juli hanya tinggal menunggu waktu.

-Pertama terbit di Sportsatu.com (13/2).

Wednesday, 4 February 2015

Setahun Sepeninggal Luis Aragones Si Bijak dari Hortaleza

Setahun sudah sosok pelatih kawakan asal Spanyol, Luis Aragones, tutup usia. Ia dikenal sebagai Si Bijak dari Hortaleza, meski kenyataannya tidak selalu seperti itu.
Sebelum meninggal di usia 75 tahun, Aragones mengantarkan tim nasional Spanyol menjuarai Piala Eropa di 2008, gelar pertama La Roja sejak 1964, dan usahanya dalam menyatukan tim menjadi juara membuat publik Spanyol menyematkan "Si Bijak" sebagai panggilan pria kelahiran Hortaleza itu.
Hortaleza sendiri merupakan salah satu dari 21 distrik yang mengelilingi ibu kota Spanyol. Di kota satelit ini, Aragones muda dikenal sebagai sosok yang kerap menyuarakan pendapatnya dengan lantang. Kebiasaan yang akan ia bawa hingga akhir hayat.
Di awal kariernya Aragones membela Getafe dan kemudian pindah ke Real Madrid, namun ia gagal menembus tim utama. Setelah mencoba peruntungan di Real Oviedo dan Real Betis, Aragones kembali ke rumah yaitu , Atletico Madrid. Bersama Los Colchoneros, ia tampil sebanyak 11 musim, lebih dari 350 pertandingan dan mencetak 172 gol.
Saat gantung sepatu, Aragones punya catatan menjuarai La Liga tiga kali dan Copa del Rey (saat itu masih Copa del Generalisimo) dua kali. Tidak butuh waktu lama baginya untuk kemudian terjun ke dunia manajerial. Pada usia 36 tahun ia beranjak menjadi pelatih dari Atletico.
Bagi para pendukungnya, Aragones adalah sosok yang memandang sepak bola dengan cara yang tidak biasa dan memahami olahraga itu lebih baik dari sebagian besar orang lain. Namun, mantan pesepak bola yang dikenal akan kekuatan tendangannya itu kerap dianggap "berbahaya" sebagai pelatih karena mudah berganti-ganti mood.
Perjalanannya dalam dunia manajerial tidak selalu sukses. Setelah menjuarai Piala Intercontinental pada musim pertama sebagai pelatih Atletico, Aragones meneruskannya dengan Piala Liga, Copa del Rey dan Piala Super Spanyol sebelum pindah ke Barcelona.
Di Catalonia, Aragones mempersembahkan satu gelar Copa del Rey di 1987/1988 tapi ia hanya bertahan satu musim bersama Barcelona setelah berada dalam tekanan konflik politik di klub tersebut.
Setelah hengkang dari Barcelona, Aragones menangani sejumlah klub di La Liga, ia juga sempat memimpin Atletico di dua periode berbeda, tapi kesuksesannya tidak sama seperti di era 1970 dan 1980-an. Hingga tibalah ia dalam salah satu momen terpenting pada kariernya ketika menjabat pelatih timnas Spanyol di 2004.
Ya, Aragones memang bukan sosok sempurna. Saat mencoba memotivasi Jose Antonio Reyes pada Oktober 2004, ia membandingkan Reyes dengan Thierry Henry yang disebut sebagai negro de mierda (kulit hitam sial).
"Anda harus percaya diri. Anda lebih baik dari negro de mierda itu," kata Aragones saat tertangkap kamera televisi, dan seketika membuat publik Eropa menghujaninya dengan kritik. Meski situasinya tidak sepanas itu di Spanyol.
Namun demikian, di balik kekurangannya ia juga punya kelebihan. Ketika jabatannya dalam bahaya jelang Piala Eropa 2008, Aragones mengambil langkah berani dengan meninggalkan Raul Gonzalez yang sebelumnya membela skuad La Roja pada Piala Dunia 2006. Ia berhasil menunjukkan Spanyol yang berbeda di 2008.
Aragones memilih membangun tim berdasarkan pragmatisme dan ingin memaksimalkan bakat yang ia punya dalam Andres Iniesta, Xavi Hernandez, Marcos Senna, Fernando Torres, David Villa, David Silva dan Sergio Ramos alih-alih membentuk para pemain itu mengikuti gaya bermain tertentu. Hasilnya adalah permainan kreatif nan enerjik dengan operan pendek yang disertai pergerakan dinamis para pemain asuhannya.
Pria kelahiran 28 Juli 1938 itu menunjukkan gaya bermain tiki-taka kepada dunia; permainan yang didominasi operan, dominasi penguasaan bola, dan sabar menunggu celah di pertahanan lawan. Di partai puncak, siapa lagi bila bukan penyerang Atletico, sekaligus anak emas Aragones, Torres, yang mencetak gol kemenangan Spanyol 1-0 atas Jerman.
Selepas turnamen tersebut, Aragones meninggalkan jabatan pelatih Spanyol dan terakhir melatih Fenerbahce di 2009. Dan lima tahun kemudian ia menghembuskan nafas terakhir di Madrid karena penyakit leukimia.
Berbagai sosok dalam dunia sepak bola dari seluruh dunia menyampaikan rasa hormat mereka kepada Aragones. Tidak terkecuali Raul. "Ia akan dikenang dalam sejarah sebagai teladan dalam sepak bola," ujarnya dikutip dari Marca.
Pada akhirnya, Aragones dikenang sebagai legenda Atletico dan salah satu pelatih terhebat yang pernah dimiliki Spanyol. Si Bijak dari Hortaleza memenuhi harapan yang ditujukan kepadanya, juga turut menyumbangkan warnanya dalam dunia sepak bola.

-Pertama terbit di Sportsatu.com (4/2).