Satu, dua, tiga, empat penyelamatan dilakukan David De Gea saat Manchester United menjamu Everton di Old Trafford.
De Gea memang tidak mendapatkan clean sheet, ia juga tidak mendapatkan gelar Man of The Match di matchday Premier League ketujuh. Namun, aksi-aksinya di laga tersebut menyelamatkan tiga poin bagi tim asuhan Louis van Gaal. Kini Man. United menempati peringkat empat besar di klasemen sementara.
Sejak awal laga kemungkinan Man. United untuk tidak kebobolan memang kecil, satu-satunya pertandingan musim ini di mana the Red Devils mendapatkan clean sheet terjadi ketika bertandang ke Burnley. Bisa dibayangkan bila mereka harus menghadapi Everton, yang hingga pekan keenam hanya kalah agresif dari Chelsea (19) dan menghasilkan sama banyak gol dengan Manchester City (12).
Hingga peluit panjang ditiup, Everton melepaskan enam tembakan ke arah gawang. Salah satunya, dan momen terpenting, ketika De Gea sukses menghalau sepakan 12 pas dari Leighton Baines, yang sebelum pertandingan ini sukses mencatatkan 14 gol dari titik putih secara berturut-turut.
Tidak ayal Daily Mail menuliskan, "stellar performance against Everton". Diikuti oleh Daily Mirror yang memasukkan nama De Gea dalam Premier League XI pekan ini. Pujian juga dilontarkan the Guardian, "he is in the finest form of his career." Media-media asal Spanyol juga tidak turut ketinggalan, tengok saja salah satunya saat Marca menampilkan "De Gea's heroics". Semua kompak mengacungkan jempol bagi kiper berusia 23 tahun tersebut.
Padahal tiga musim yang lalu De Gea begitu dibebani dengan tekanan sebagai kiper termahal Premier League dengan 18 juta Pound dan yang terutama menggantikan posisi Edwin van der Sar.
Dalam laga-laga awal performa juara Piala Eropa U-17 dan U-21 itu juga tidak membantu. Ia buruk dalam menentukan timing loncat, bola-bola dari luar kotak penalti Man. United pun masuk dengan mudah. Belum lagi masalah fisiknya. Badannya dianggap terlalu kurus dalam persaingan Premier League yang sangat mengandalkan fisik sehingga membuatnya sering kalah dalam memperebutkan bola di udara.
Kritikan mengalir deras, membuat tekanan yang begitu besar dan niat untuk menyerah sempat terlintas di benak De Gea. "Kadang-kadang" jawabnya tentang apakah ia pernah ingin meninggalkan Man. United. Beruntung ia mengurungkan niat tersebut.
De Donut
Di tengah keraguan apakah De Gea benar-benar bakat yang menjanjikan atau justru menjadi flop ketika datang dari Ateltico Madrid, sang kiper juga punya gaya hidup yang kurang mendukung.
"Ia hanya tidur dua atau tiga jam sehari. Jam makan utamanya pada larut malam," kata mantan pelatih penjaga gawang Man. United, Eric Steele, soal De Gea dalam United We Stand.
De Gea juga sempat tertangkap basah mengutil dari Tesco. Di tengah kritik sebagai kiper baru Man. United, ia bersama dua teman dari Spanyol terlihat di CCTV mengambil donat secara diam-diam dari rak jualan Krispy Kreme dan berusaha pergi tanpa membayar. Sebelum akhirnya diberhentikan oleh pihak keamanan.
Namun nasib baik kemudian datang pada kiper kelahiran Madrid itu. De Gea mulai fokus untuk memperbaiki performanya, terutama aspek fisik. Steele membuatnya berlatih berjam-jam di gim, hal yang tidak disukai si penjaga gawang tapi ia sadar semua bagian dari pekerjaan.
Perlahan tapi pasti De Gea mengukuhkan dirinya sebagai pemain favorit Red Army. Ia menjadi bagian penting dalam trofi Premier League terakhir persembahan Sir Alex Ferguson, sehingga pantas masuk ke Tim Terbaik Premier League 2012/2013. Performanya terus meningkat, terlebih lagi dalam musim lalu.
Di tengah-tengah buruknya performa Wayne Rooney dan kawan-kawan di bawah arahan David Moyes, kiper kedua timnas Spanyol itu dibuat bekerja keras mengamankan gawangnya. Tapi, De Gea berhasil. Setelah melewati musim pertamanya di mana ia mendapat tekanan untuk membuktikan diri, di musim kedua ia sukses menjawab harapan untuk menggantikan van Der Sar, maka di musim ketiga ia sukses merebut hati para pendukung Man. United. Tidak heran ia mendapatkan dua gelar sebagai Pemain Terbaik versi klub, dan versi suporter Man. United di 2013/2014.
Berganti manajer tidak kemudian membuat De Gea mengendurkan fokus. Justru bersama staff pelatih baru di bawah Van Gaal, De Gea terus berkembang. Khususnya pelatih kiper, Frans Hoek. Sosok yang juga menangani Van Der Sar ketika masih bermain untuk Ajax Amsterdam di era 1990-an.
"Salah satu pelatih terbaik yang pernah saya lihat," puji De Gea dalam Daily Mail.
Memang sejauh ini penempatan posisi De Gea terlihat lebih baik. Atau, lebih tepatnya "terlihat mengkhawatirkan" bagi Andres Lindegaard yang tampaknya tidak memiliki kesempatan menggeser kiper utama Man. United. Dan bila Petr Cech turut memberikan komentar positif, agaknya kita juga harus mengangguk pada tweet Mr. Zero yang satu ini.
"Some people will still say that the keepers shouldn't use the opposite hand :-) what about this ..." tulisnya, lengkap dengan emoticon.
Berawal dari keraguan, De Gea sukses membalikkannya menjadi kepercayaan, juga pujian. Setelah membuat jejak di level klub. Tujuan selanjutnya untuk menggeser Iker Casillas di level internasional bukan lagi misi yang mustahil.
De Gea memang tidak mendapatkan clean sheet, ia juga tidak mendapatkan gelar Man of The Match di matchday Premier League ketujuh. Namun, aksi-aksinya di laga tersebut menyelamatkan tiga poin bagi tim asuhan Louis van Gaal. Kini Man. United menempati peringkat empat besar di klasemen sementara.
Sejak awal laga kemungkinan Man. United untuk tidak kebobolan memang kecil, satu-satunya pertandingan musim ini di mana the Red Devils mendapatkan clean sheet terjadi ketika bertandang ke Burnley. Bisa dibayangkan bila mereka harus menghadapi Everton, yang hingga pekan keenam hanya kalah agresif dari Chelsea (19) dan menghasilkan sama banyak gol dengan Manchester City (12).
Hingga peluit panjang ditiup, Everton melepaskan enam tembakan ke arah gawang. Salah satunya, dan momen terpenting, ketika De Gea sukses menghalau sepakan 12 pas dari Leighton Baines, yang sebelum pertandingan ini sukses mencatatkan 14 gol dari titik putih secara berturut-turut.
Tidak ayal Daily Mail menuliskan, "stellar performance against Everton". Diikuti oleh Daily Mirror yang memasukkan nama De Gea dalam Premier League XI pekan ini. Pujian juga dilontarkan the Guardian, "he is in the finest form of his career." Media-media asal Spanyol juga tidak turut ketinggalan, tengok saja salah satunya saat Marca menampilkan "De Gea's heroics". Semua kompak mengacungkan jempol bagi kiper berusia 23 tahun tersebut.
Padahal tiga musim yang lalu De Gea begitu dibebani dengan tekanan sebagai kiper termahal Premier League dengan 18 juta Pound dan yang terutama menggantikan posisi Edwin van der Sar.
Dalam laga-laga awal performa juara Piala Eropa U-17 dan U-21 itu juga tidak membantu. Ia buruk dalam menentukan timing loncat, bola-bola dari luar kotak penalti Man. United pun masuk dengan mudah. Belum lagi masalah fisiknya. Badannya dianggap terlalu kurus dalam persaingan Premier League yang sangat mengandalkan fisik sehingga membuatnya sering kalah dalam memperebutkan bola di udara.
Kritikan mengalir deras, membuat tekanan yang begitu besar dan niat untuk menyerah sempat terlintas di benak De Gea. "Kadang-kadang" jawabnya tentang apakah ia pernah ingin meninggalkan Man. United. Beruntung ia mengurungkan niat tersebut.
De Donut
Di tengah keraguan apakah De Gea benar-benar bakat yang menjanjikan atau justru menjadi flop ketika datang dari Ateltico Madrid, sang kiper juga punya gaya hidup yang kurang mendukung.
"Ia hanya tidur dua atau tiga jam sehari. Jam makan utamanya pada larut malam," kata mantan pelatih penjaga gawang Man. United, Eric Steele, soal De Gea dalam United We Stand.
De Gea juga sempat tertangkap basah mengutil dari Tesco. Di tengah kritik sebagai kiper baru Man. United, ia bersama dua teman dari Spanyol terlihat di CCTV mengambil donat secara diam-diam dari rak jualan Krispy Kreme dan berusaha pergi tanpa membayar. Sebelum akhirnya diberhentikan oleh pihak keamanan.
Namun nasib baik kemudian datang pada kiper kelahiran Madrid itu. De Gea mulai fokus untuk memperbaiki performanya, terutama aspek fisik. Steele membuatnya berlatih berjam-jam di gim, hal yang tidak disukai si penjaga gawang tapi ia sadar semua bagian dari pekerjaan.
Perlahan tapi pasti De Gea mengukuhkan dirinya sebagai pemain favorit Red Army. Ia menjadi bagian penting dalam trofi Premier League terakhir persembahan Sir Alex Ferguson, sehingga pantas masuk ke Tim Terbaik Premier League 2012/2013. Performanya terus meningkat, terlebih lagi dalam musim lalu.
Di tengah-tengah buruknya performa Wayne Rooney dan kawan-kawan di bawah arahan David Moyes, kiper kedua timnas Spanyol itu dibuat bekerja keras mengamankan gawangnya. Tapi, De Gea berhasil. Setelah melewati musim pertamanya di mana ia mendapat tekanan untuk membuktikan diri, di musim kedua ia sukses menjawab harapan untuk menggantikan van Der Sar, maka di musim ketiga ia sukses merebut hati para pendukung Man. United. Tidak heran ia mendapatkan dua gelar sebagai Pemain Terbaik versi klub, dan versi suporter Man. United di 2013/2014.
Berganti manajer tidak kemudian membuat De Gea mengendurkan fokus. Justru bersama staff pelatih baru di bawah Van Gaal, De Gea terus berkembang. Khususnya pelatih kiper, Frans Hoek. Sosok yang juga menangani Van Der Sar ketika masih bermain untuk Ajax Amsterdam di era 1990-an.
"Salah satu pelatih terbaik yang pernah saya lihat," puji De Gea dalam Daily Mail.
Memang sejauh ini penempatan posisi De Gea terlihat lebih baik. Atau, lebih tepatnya "terlihat mengkhawatirkan" bagi Andres Lindegaard yang tampaknya tidak memiliki kesempatan menggeser kiper utama Man. United. Dan bila Petr Cech turut memberikan komentar positif, agaknya kita juga harus mengangguk pada tweet Mr. Zero yang satu ini.
"Some people will still say that the keepers shouldn't use the opposite hand :-) what about this ..." tulisnya, lengkap dengan emoticon.
Berawal dari keraguan, De Gea sukses membalikkannya menjadi kepercayaan, juga pujian. Setelah membuat jejak di level klub. Tujuan selanjutnya untuk menggeser Iker Casillas di level internasional bukan lagi misi yang mustahil.
No comments:
Post a Comment