Sunday, 5 July 2015

Bila De Gea Benar Hengkang


"Sedikit banyak hubungan De Gea dengan klub lebih menyerupai Cristiano dan Man. United silam; sehangat pasangan di tiga bulan pertama."


Ketukan di pintu paling ujung di Old Trafford terdengar. Setelah diintip ternyata tamunya tidaklah asing. "Berapa untuk De Gea?" tanya Real Madrid tanpa basa-basi.

Beberapa bulan terakhir kemungkinan kiper David de Gea untuk meninggalkan Manchester United semakin sering terdengar setelah durasi kontraknya tidak kunjung diperpanjang. Hal ini disambut pihak Madrid sebagai kesempatan mendapatkan tanda tangan pria Spanyol tersebut.

Pasalnya, Madrid butuh pengganti Iker Casillas yang aksinya tidak lagi segemilang era 2000-an sementara di antara nama-nama tenar kiper asal Spanyol hanya De Gea yang paling mencuat. Lumrah bila Los Merengues niat betul untuk mendapatkan pria 24 tahun itu. 

De Gea memang anak lokal ibukota Spanyol tersebut--meski dari seberang kota yang berbeda. Bila Anda pasang telinga baik-baik, Anda dapat mendengar suara sumbang para suporter Atletico Madrid di tengah negosiasi panas antara Man. United yang rumornya juga menyertakan wakil kapten Sergio Ramos sebagai alat tukar guling.

Walau begitu, Madrid tidak terpengaruh dengan pendapat suporter rival. Juara Liga Champions 10 kali itu ingin mendapatkan De Gea, entah musim ini atau musim berikutnya. Yang jelas tujuan telah ditetapkan.

Bagi Man. United, kepindahan pemain the Red Devils ke Madrid pun bukan hal yang baru. David Beckham, Ruud van Nistelrooy, Gabriel Heinze, dan Cristiano Ronaldo menjadi pemain-pemain yang terdahulu menyeberang menuju ke bagian Eropa yang lebih hangat tersebut.

Akan tetapi, ada beberapa perbedaan kondisi dari sejumlah pemain itu. Beckham dilepas setelah berseteru dengan Sir Alex Ferguson dan tidak ada yang lebih besar darinya di klub. Sedangkan Van Nistelrooy menjelang masa akhir keemasannya di Premier League yang menuntut kebugaran fisik prima untuk terus dapat bersaing pada tingkat tertinggi.

Lalu Heinze, rasanya tidak ada yang kehilangan dengan pria Argentina satu ini mengingat ia sempat menyebut Liverpool sebagai potensi klub tujuan jelang masa akhir pengabdiannya. Sementara Cristiano, ceritanya dapat menjadi peringatan bila Man. United benar melepas De Gea di musim panas ini.

Cristiano menghabiskan enam musim untuk bermain bagi juara Liga Inggris. Selama kurun waktu tersebut ia membantu Man. United jadi juara Premier League, Piala Liga, Piala FA, Liga Champions, Piala Dunia Klub. Dan ratusan gol ia lesakkan ke gawang-gawang lawan. Jasanya dirasa telah cukup sehingga pemain yang identik nomor 7 itu pun dilepas dengan 80 juta Pound--status termahal saat itu.

Ternyata di Madrid Cristiano terus berkembang. Tidak sedikit yang merasa nilai transfer kapten timnas Portugal itu masih terlalu murah bagi Madrid. Maka tidak jarang terdengar chant dari tribun di Old Trafford yang berharap pahlawan mereka dapat kembali ke Greater Manchester.

"Put him on a plane. Bring him back from Spain. Viva Ronaldo!" begitu bunyi sepenggal kalimat dari chant gagal move on itu.

Masih Sayang
Melihat situasinya, pacar dari Edurne Garcia ini tengah dalam performa terbaiknya. Sedikit banyak hubungan De Gea dengan klub lebih menyerupai Cristiano dan Man. United silam; sehangat pasangan di tiga bulan pertama.

Di tengah kondisi lini belakang yang, dalam bahasa sopannya; memprihatinkan, kiper yang pernah mengangkat trofi Piala Eropa U-17 dan U-21 itu tetap sanggup mengamankan gawang dengan gemilang dan menjawab kritik yang pernah kerap ditujukan kepadanya.

Man. United benar-benar rindu akan penampilan apik di area pertahanan dengan hadirnya nama besar seperti Steve Bruce, Jaap Stam, Gary McPallister, hingga Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic karena mereka yang sekarang berdiri di depan gawang De Gea punya tingkat penampilan layaknya servis pengiriman paket Lazada.

Karena performa top itulah De Gea sukses terpilih sebagai Sir Matt Busby Player of the Year pada dua tahun berturut-turut di 2014 dan 2015. Pencapaian yang sama berhasil digaet oleh nama-nama berikut: Roy Keane (1999 & 2000), Van Nistelrooy (2002 & 2003) dan Cristiano (2004, 2007 & 2008). Mereka bukan pemain sembarangan. De Gea pun bukan pemain sembarangan.

Kehilangan De Gea jelas akan meninggalkan pekerjaan rumah yang berat bagi Louis van Gaal dan Ed Woodward. Mencari kiper berkualitas bukan tugas yang dapat diselesaikan layaknya membalikkan telapak tangan. Apalagi kiper yang satu ini terpilih ke dalam PFA Team of the Year dan kini mulai menampakkan potensi sebagai sosok pengganti Peter Schmeichel. 

Jika De Gea jadi hengkang maka tekanan akan datang bukan hanya dari dari media tapi juga dari suporter, yang tampak masih sayang dengan sang kiper. Lihat saja kolom mention pada lini masa Twitter pria yang membela timnas Spanyol sejak kelompok usia 15 tahun itu di mana belakangan terus dihujani desakan untuk memperpanjang kontrak. 

Bila begini, rasanya sih bakal ada chant gagal move on jilid dua. Terlebih lagi melihat kiper Man. United yang tersedia, antara: Anders Lindegaard, yang kerap bermain oke tapi tidak lebih, dan Victor Valdes, yang dianggap sudah melewati masa terbaiknya sehingga sempat sulit mencari klub bernaung.

Sunday, 21 June 2015

Siapa Sih: Thomas Tuchel


"Sosok yang dikatakan oleh Jupp Heynckes telah ditakdirkan untuk menangani penguasa Bundesliga, Bayern, suatu hari nanti, tapi apa yang membuatnya begitu diincar?"


Perjalanan bersama antara Borussia Dortmund dan pelatih eksentrik Jurgen Klopp telah mencapai akhir. Dan lembaran baru segera dibuka.

Tidak ada yang menyangka musim 2014/2015 menjadi musim terakhir Klopp di Dortmund. Pasalnya semusim yang lalu semua berjalan baik-baik saja. Memang selalu ada kemungkinan unutk membela klub-klub di Premier League, tapi tidak didahului dengan momen krisis.

Dortmund mengawali musim berstatus sebagai runner-up. Hanya kalah dari Bayern Munich yang menorehkan rekor menjuarai Bundesliga tercepat sepanjang sejarah. Tapi kenyataannya Klopp kehilangan kontrol atas die Borussen. Mats Hummels dan kawan-kawan harus merasakan ketirnya peringkat bontot.

Bagai Lazarus, Dortmund bangkit. Di 2015 mereka memenangkan sembilan dari 17 pertandingan di liga, berbanding dengan hanya empat kali menang dalam paruh pertama. Lebih menakjubkan lagi klub yang identik dengan warna kuning dan hitam ini berhasil melangkah ke Liga Europa sebagai tim peringkat tujuh klasemen.

Akhir musim yang dramatis, meski gagal dipermanis dengan trofi DFB-Pokal sebab kalah dari VfL Wolfsburg: Namun, tulisan ini bukan soal Klopp. 
Kurang lebih sebulan sebelum Bundesliga berakhir, tepatnya pada 19 April, Dortmund telah mengumumkan Thomas Tuchel sebagai suksesor. Mantan pelatih Mainz tersebut ditunjuk menggantikan pendahulunya yang juga pernah melatih klub yang sama.

Tuchel adalah pelatih muda potensial yang membuat banyak klub-klub besar Jerman memasukkan namanya ke dalam wish list. Sosok yang dikatakan oleh Jupp Heynckes telah ditakdirkan untuk menangani penguasa Bundesliga, Bayern, suatu hari nanti, tapi apa yang membuatnya begitu diincar?

Dari Swabia
Karier Tuchel tidaklah mulus. Ia mengenyam pendidikan di akademi FC Augsburg (yang 27 tahun lalu masih berkutat di divisi empat liga Jerman) dan mendapat kesempatan pertama sebagai pesepak bola profesional untuk membela Stuttgarter Kickers (klub divisi dua yang bermarkas di Baden-Württemberg). Ia yang saat itu masih berusia 19 tahun tidak sanggup menembus tim utama dan hanya bertahan selama dua musim sebelum pindah klub.

Kemudian SSV Ulm (klub divisi tiga regional) menjadi tempat baru Tuchel melanjutkan karier. Klub ini menjadi tempat pria kelahiran Swabia tersebut menghabiskan empat musim, hingga kariernya berakhir akibat cedera parah di bagian tulang rawan basal. Akhirnya pada usia 25 tahun ia memutuskan sudah cukup dan tidak ada lagi berlari-lari di tengah lapangan.

Sebagaimana jalannya nasib; ketika satu pintu tertutup maka pintu lain akan terbuka, dan Tuchel memutuskan mengambil langkah untuk terus maju dalam dunia sepak bola. Dalam usia yang masih terhitung muda, bahkan dalam ukuran usia pesepak bola, Ia pun terjun ke dunia kepelatihan. 

Tuchel yang merasa nyaman di Baden-Württemberg melatih klub muda VfB Stuttgart, dan ia bagus dalam melakukan pekerjannya. Ia sukses menjadikan die Schwaben menjuarai Bundesliga U-19 di 2005. Di sinilah ia bertemu dengan bakat-bakat seperti Sami Khedira, Andreas Beck, Adam Szalai dan Sebastian Rudy. 

Kesuksesan di Stuttgart membawa Tuchel pindah ke Augsburg semusim berikutnya. Setelah tiga musim ia memilih meninggalkan Jerman timur menuju barat untuk menangani FsV Mainz U-19. Di tempat baru reputasi pria yang berulang tahun pada 29 Agustus ini sebagai pelatih muda terus meningkat secara perlahan. Tangan dingin mempertemukannya dengan kesuksesan lain saat menjuarai Bundesliga U-19 di 2008.

Potensi tersebut menarik perhatian manajemen Mainz. Akhirnya, hanya setelah 12 bulan bertanggung jawab atas tim muda dan tanpa pengalaman menangani tim senior sama sekali, General Manager Christian Heidel mengambil langkah berani dengan menggeser Jorn Andersen yang sukses mempromosikan Mainz ke Bundesliga dengan pelatih tim muda mereka. Maka pada usia 35 tahun Tuchel resmi menangani tim utama Mainz.

Di Rhineland-Palatinate Tuchel terus mengutamakan para pemain muda. Di sini ia berhasil mengorbitkan Andre Schurrle dan meneruskan kerja samanya dengan Szalai. Ia juga punya pandangan sendiri tentang bagaimana sebuah tim seharusnya bermain (yang akan lebih banyak dibahas nanti).

Tuchel menyelesaikan musim perdana bersama Mainz di peringkat sembilan. Tidaklah buruk untuk pemula. Kemudian pada 2009/2010, musim kedua bersama die Nullfünfer, semua berjalan kian baik ketika ia meneruskannya dengan kesuksesan finis di posisi kelima dan karenanya menggapai tiket Liga Europa. 
Pencapaian tersebut adalah yang terbaik bagi klub yang telah berdiri sejak 1905 itu. Tak heran bila Schalke dan Bayer Leverkusen mulai melirik terhadap kemampuan sang pelatih.

Namun demikian, proyeksi terbang Mainz tidak melulu melawan gravitasi. Berkompetisi di Eropa ternyata menjadi beban yang terlampau berat bagi mereka. Mainz tidak dapat menunjukkan performa sama seperti musim 2010/2011. Selain tersingkir dari Liga Europa oleh tim semenjana Gaz Metan asal Romania, pada 2011/2012 dan 2012/2013 mereka harus puas bertengger di papan tengah klasemen.

Situasi ini menjadi pengalaman bagus bagi Tuchel. Ia merasa harus melakukan pendekatan lain untuk membangkitkan semangat anak asuhnya. Ia mendekatkan diri dengan para pemainnya di meja makan dengan tujuan merekatkan tim. Ia sadar mengenali karakteristik per individu dalam tim menjadi bagian penting dalam dunia manajerial, dan bahwa hasil di atas lapangan bukan melulu soal adu taktik.

Bicara soal taktik, meski usianya saat itu masih muda Tuchel tidak malu-malu bereksperimen baik dalam latihan atau saat bertanding.

Ala Tuchel
Tidak mungkin bagi Tuchel untuk menghindari perbandingan dengan Klopp pada musim pertamanya. Berbeda dengan Klopp yang gemar menginstruksikan strategi counter-pressing maka Tuchel lebih "santai"; ia menyusun taktik agar Mainz meredam serangan sebelum melancarkan pukulan balik dengan cepat.

"Ada gaya [bermain] tertentu yang dikaitkan dengan saya, yang kami peragakan di di Mainz: bermain mengandalkan kecepatan dan dengan tujuan menyerang. Saya menyukai hal-hal tertentu dalam sepak bola, seperti gaya bermain yang aktif, cara bertahan yang lugas dan menyerang dengan cepat," ujar mantan pemain bertahan itu kepada surat kabar die Zeit.

Bagi penggemar Dortmund, setidaknya kalian tidak perlu khawatir berlebihan soal kemungkinan flop dari penerus Klopp. Setidaknya tidak seperti David Moyes yang mengisi kepergian Alex Ferguson dari Manchester United; Tuchel tahu apa yang ia inginkan. Bahkan ia juga punya menu khusus dalam persiapan latihannya.

Tuchel kerap melakukan rhomb-training: istilah yang secara kasar dapat diartikan sebagai "sebuah bentuk", rhombus yaitu "permata", atau rhombi yang maksudnya "bentuk selain persegi". Di mana dimensi lapangan akan dibentuk dalam segi lima (permata) yang membatasi ruang gerak para pemain di kedua sayap sehingga mereka tidak bisa membawa bola sampai garis gawang dan mengarah ke tengah kotak penalti lawan.

Tidak hanya terbatas pada segi lima, bentuk lapangan permainan pun bisa saja menjadi lingkaran, atau dengan luas lapangan yang variatif: lebar 18m dengan panjang 75m atau lebar 70m dengan panjang 30m. Tergantung dengan kondisi yang diinginkan oleh Tuchel untuk mengantisipasi lawan. Latihan seperti ini dipercayai dapat membantu para pemain Mainz membayangkan skenario sesungguhnya ketika bertanding.

Latihan tersebut berhubungan dengan formasi 5-2-2-1 yang diterapkan oleh Tuchel di Mainz dalam keadaan netral; di mana para gelandang dan penyerang berdiri membentuk segi lima. Formasi ini akan berubah menjadi 3-4-2-1 ketika dua gelandang serang saat itu: Eric Maxim Choupo-Moting dan Nicolai Muller, bermain lebih ke depan mendukung Shinji Okazaki sebagai ujung tombak dengan kedua wing back membantu dari flank.

Tidak seperti gegenpressing yang bermain intens hampir selama 90 menit untuk memotong bola di lapangan lawan, Tuchel membuat tim asuhannya lebih fleksibel. Ia berusaha meminimalisir dampak serangan dengan strategi yang membiarkan lawan menguasai bola di lapangan sendiri. Dengan begitu mantan pemain belakang itu memberikan kesempatan bagi pasukannya untuk bernafas dan sebelum menyerang dengan efektif.

Meski demikian, dengan bermain lebih sabar bukan berarti Tuchel kerap bekerja sama dengan pemain berumur yang tidak kuat lari sana sini. Ia tetap mengandalkan pemain muda yang punya tenaga meluap-luap agar serangan dapat dieksekusi dengan cepat. Dan pemain yang lebih hijau seringkali mudah adaptasi dengan taktik baru, demi mengikuti keinginan Tuchel sebagai sosok yang berani bereksperimen.

Bagi Dortmund Tuchel bukan pilihan buruk, ia jelas punya prospek yang cerah. Toh, pada 2013/2014 grafik kemenangan Mainz kembali menanjak dengan hasil akhir menduduki peringkat tujuh klasemen dan sekali lagi lolos untuk berkompetisi di Liga Europa; kemudian sang pelatih hiatus semusim.

Persoalan yang lebih nyata bukanlah kemampuan Tuchel meramu taktik tapi bagaimana caranya mengatasi tekanan dengan memimpin tim yang memiliki reputasi dengan desakan jauh lebih besar dari Mainz untuk sukses; baik di Jerman atau Eropa.

  •  Artikel ini terbit juga di Sportsatu.com - http://www.sportsatu.com/opini/-119.html

Wednesday, 6 May 2015

Carrick, Si Penyeimbang Lini Tengah Man. United

Persentase penguasaan bola bukanlah segalanya. Gol adalah kunci kemenangan dalam sepak bola. 

Tim yang mencetak gol lebih banyak dari lawannya menjadi pemenang. Itu adalah peraturan dasar dalam sepak bola; seberapapun jumlah penguasaan bola tim tersebut. 

Anak kecebong juga tahu. Pikir Anda. Bila begitu, mengapa peranan Michael Carrick dianggap krusial untuk Manchester United yang gagal mendapatkan poin pada tiga pekan terakhir di Premier League?

Hilangnya gelandang bertahan Carrick dari daftar pemain pilihan Louis van Gaal dihubung-hubungkan dengan tiga kekalahan yang didapati MU. The Red Devils kalah dari Chelsea, kemudian Everton, dan West Bromwich Albion (WBA) secara berturut-turut.

Bukan Wayne Rooney, Radamel Falcao, atau Robin van Persie, yang gagal mencetak penalti di Old Trafford saat menjamu WBA, yang menjadi obyek bahasan dari hasil-hasil MU itu, namun faktor absennya Carrick.

Taruhlah seperti ini: David De Gea dan kawan-kawan tidak bisa menang tanpa pria berusia 33 tahun tersebut karena skema Van Gaal tidak dapat berjalan sebagaimana harusnya.

Padahal Carrick bukan sumber gol bagi MU, bukan pula penyuplai operan akhir bagi penyerang klub dengan trofi Liga Inggris terbanyak itu. Peranannya justru pengatur aliran bola. Untuk menjaga persentase penguasaan bola pada tingkatan tertentu yang sesuai dengan filosofi dari Van Gaal.

Hanya saja, bila dampak permainan Carrick sekadar menjaga persentase yang dimaksud maka MU tidak memiliki masalah tanpa dirinya di lapangan. Mereka unggul 70% dalam penguasaan bola menghadapi Chelsea, 65% di Goodison Park, bahkan 80% saat menjamu WBA.

Tapi kan ada Daley Blind. Pikir Anda (lagi). Itu benar. Dan baik Blind juga Carrick bermain sebagai deep-lying midfielder. Hanya saja, lulusan akademi Ajax tersebut lebih banyak memainkan operan ke samping atau ke belakang. Sekadar menjaga penguasaan bola tanpa mencari celah untuk melakukan serangan. Setidaknya intensitas "operan agresif" yang dilakukannya masih kalah dibanding Carrick.

Lihat saja ketika Blind tampil melawan Everton. Anak-anak asuh Roberto Martinez bahkan tidak mendesak pesepak bola asal Belanda tersebut, tapi bersiaga untuk memotong aliran bolanya. The Toffees tidak merasa dalam keadaan gawat selama Blind hanya mengoper ke kanan dan kiri. Pada akhirnya sang gelandang tampil di bawah rata-rata dengan persentase operan berhasil 79%, lebih kecil daripada catatan biasanya 88%.

Dalam anatomi tubuh manusia ada yang namanya sistem vestibular. Sistem sensorik ini hasil kombinasi penglihatan dan analisa otak yang menghasilkan kemampuan untuk menjaga keseimbangan dan mempengaruhi orientasi ruang. 

Tanpa adanya sistem vestibular maka individu tidak mungkin dapat berdiri dengan satu kaki, atau bahkan berjalan lurus. Dan berjalan lurus adalah hal yang amat diinginkan oleh MU bila mereka masih ingin melangkah ke Liga Champions.

Pasukan Van Gaal tampak merindukan permainan Carrick. Terlebih jarak dengan Liverpool di peringkat lima menipis menjadi empat angka. Meningkatkan operan-operan yang mengarah ke depan untuk mengincar celah alih-alih "operan aman" jadi pekerjaan rumah yang harus dipikirkan meneer.

Van Gaal memang mencoba mengambil alternatif saat MU melawan WBA dengan menempatkan Ander Herrera sebagai deep-lying midfielder. Eks Athletic Bilbao menjalankan tugasnya mendistribusikan bola dengan baik. Ia menjadi pemain MU yang paling sering menguasai bola, paling banyak mengoper dengan 127 operan dan enam tekel sukses terhadap Youssuf Mulumbu cs. menjadikannya pemain yang paling sering melakukan tekel.

Namun demikian, kita tahu Herrera akan jauh lebih membahayakan lawan di posisi lebih ke depan dengan operan-operan kuncinya dibandingkan sekadar menjaga kedalaman lini tengah. Kreativitas tersebut juga dibutuhkan untuk menciptakan kesempatan bagi Rooney dan kawan-kawan.

Bila begini kian terlihat pentingnya peranan Carrick. Bukan hanya pria kelahiran Wallsend itu sanggup menjalankan permainan MU lebih mulus, tapi kehadirannya sebagai karang pertama pemecah ombak serangan lawan adalah faktor yang penting. 

Tercatat bahwa MU memenangkan 13 dari 18 laga Premier League ketika Carrick bermain; sebesar 72,2%. Hanya Francis Coquelin dan Cesar Azpilicueta yang punya rataan kemenangan lebih baik. Daripada enam kemenangan dari 16 laga tanpa sang pemain; hanya 37,5%.

"(Sergio) Busquets lebih banyak bertahan dan (Andrea) Pirlo lebih condong sebagai penjaga ritme, seperti (Paul) Scholes. Michael adalah gabungan antara dua gaya tersebut," tutur mantan kapten MU Gary Neville selaku pandit Sky Sports. Pujian yang besar bagi Carrick, meski begitu banyak pihak setuju untuk mengangguk.

Carrick yang didatangkan ke Old Trafford di 2006 untuk menjadi suksesor Roy Keane memang tidak memenuhi harapan sebagai anchor midfielder dengan tekel keras, atau operannya pun tidak setajam Scholes tapi pria yang berulang tahun pada 28 Juli itu jauh dari kata gagal.

Pada akhirnya Carrick menjadi kunci permainan MU, seperti kata Neville, dengan gayanya sendiri.

Friday, 24 April 2015

Tips FPL [Gameweek 34]: Asal Jangan Hull

"Dari empat pilihan, para manajer FPL dapat meninggalkan Hull dari prospek pilihan. Coret. Bakar. Buang."
Pilih yang mana, ya: Liverpool, Chelsea, Leicester, atau Hull City. Empat tim ini akan bermain dua kali di Fantasy Premier League Gameweek 34.

Bermain dua kali tidak selalu berakhir dengan poin lebih banyak tapi bila pemain pilihan manajer FPL tepat rasanya GW 34 jadi momen yang tepat untuk memperbaiki peringkat liga jelang akhir musim.

Dari empat pilihan, para manajer FPL dapat meninggalkan Hull dari prospek pilihan. Coret. Bakar. Buang. Dan justru pilih pemain yang dapat diandalkan dari tim lawan the Tigers. Mereka gagal menang di enam pertandingan terakhir.

Melihat catatan tersebut maka Palace dan Liverpool dapat angin segar. The Eagles yang tersandung di GW 33 punya Bolasie, Zaha, dan Murray. Sementara lini tengah the Reds cukup menghadirkan ancaman bagi gawang Hull.

Kemudian Leicester yang tengah dalam bentuk permainan bagus juga boleh dilihat. Vardy dengan satu gol dan satu asis, hal yang sama juga diraih Ulloa, sementara King menyumbangkan dua gol. Semua terjadi pada rentetan kemenangan di tiga laga terakhir.

Bicara soal Liverpool, performa mereka angin-anginan. Setelah sukses memenangkan dua laga beruntun di Premier League, anak asuh Rodgers kalah di Piala FA dari Aston Villa. Walau begitu lini tengah mereka tetap tajam. Sementara Sturridge dan Balotelli hilang ditelan bumi, Coutinho, Sterling, Henderson, dan Allen terus berkontribusi dengan asis atau gol.

Lalu Chelsea tidak merasakan pahitnya kekalahan di 12 pertandingan Premier League terakhir dan memenangkan empat laga berturut-turut. Meski lawannya Arsenal tapi memenuhi tiga slot untuk pasukan Mourinho di GW 34 menjadi langkah yang dimaklumi. Terlebih lagi dengan Hazard yang mencetak empat gol dan dua asis sejak GW 28.

Pertandingan Pilihan
Leicester vs Chelsea
Sekilas ini merupakan pertandingan yang akan dimenangkan dengan mudah oleh Chelsea di GW 34. Tapi rasanya kok tidak selempeng jalan Wastu Kencana jelang KAA.

Leicester yang bermain buruk hampir sepanjang musim tiba-tiba bermain bagus dan terus menerus mencetak gol (rata-rata 2,3 gol) di tiga pertandingan terakhir. Menghadapi Chelsea yang terkenal sangat baik dalam bertahan.

Kemudian, pertemuan the Foxes menghadapi the Blues juga terjadi di tengah pekan. Saat Ulloa dan kawan-kawan tidak memiliki kedalaman skuad seperti Hazard cs. maka stamina pemain pun menjadi faktor yang berpengaruh.

Leicester akan menghadapi tim terbawah dan teratas di klasemen. Pilihan ada di tangan Pearson untuk mempertaruhkan segalanya di dua laga atau "merendah" di salah satunya demi menghemat stamina pada laga lain.

Bagaimana pun GW 34 akan menentukan bagi Leicester. Sapu bersih dan mereka akan naik dari peringkat 17 ke 14 dengan empat GW tersisa.

Boleh Nih
Martin Skrtel - Akhirnya Skrtel (£ 5.9) kembali, dan artinya Liverpool kembali punya sosok yang dapat diandalkan untuk setidaknya meraih satu clean sheet dari dua laga.
Glenn Murray - Murray (£ 5.3) adalah penyerang paling berbahaya Palace untuk saat ini dan kemungkinan Hull kebobolan masih jauh lebih besar dibandingkan Sokovia jatuh ke bumi.
Andy King - Sebenarnya Ulloa, Vardy dan Cambiasso pantas mewakili Leicester di daftar ini. Tapi melihat laga terakhir tidak heran bila King (£ 4.2) yang jadi terdepan dalam barisan tersebut.

Kapten
Eden Hazard - Ya, harganya mahal, tapi Hazard (£ 11.3)dalam form yang bagus dengan angka 10. Ia juga peraih poin tertinggi (30 poin) dibandingkan seluruh pemain yang berkesempatan tampil dua kali di GW 34.

Friday, 17 April 2015

Tips FPL [Gameweek 33]: Jebakan Batman

"Dari sejumlah lubang-lubang di GW 33 ini, jangan sampai salah pijak. Selain pertandingannya sedikit ternyata pemain yang cedera justru cukup banyak."
Ada jebakan Batman di Fantasy Premier League Gameweek 33. Salah pilih maka poin yang sudah berpotensi sedikit akan menyusut.

Piala FA membuat sejumlah manajer FPL tidak dapat mengandalkan pemain dari Liverpool dan Arsenal. Padahal the Reds akan menghadapi Hull City dan itu artinya panen poin. Namun, lupakan itu karena tidak akan terjadi.

Kini para manajer FPL dihadapkan pada tujuh pertandingan GW 33, salah satunya mempertemukan dua dari empat tim teratas klasemen, Man. United bertandang ke Chelsea. Sementara Man. City mencoba memperbaiki performa mereka ketika melawan West Ham United.

Bila tidak yakin dengan peroleh poin di sejumlah laga tersebut, maka Crystal Palace dengan lini depan yang tengah panas, Everton menjamu Burnley si calon terdegradasi dan Leicester yang mengalami kemenangan di dua laga terakhir boleh dipilih.

Dari sejumlah lubang-lubang di GW 33 ini, jangan sampai salah pijak. Selain pertandingannya sedikit ternyata pemain yang cedera justru cukup banyak.

Blind, Gomis, Carrick, Clichy, Rojo, Milner, Jones, Sissoko, Costa masuk dalam daftar merah yang sudah pasti absen. Sementara kondisi Lukaku, Remy, Pieters, Ideye diragukan. Belum lagi beberapa pemain mendapat larangan bertanding.

Melakukan transfer melewati kuota mungkin dilakukan sebagian besar manajer FPL, asal jangan kalap. Terlebih lagi bila ada sejumlah penggawa Liverpool di tim Anda. Ingat mereka tampil dua kali di GW selanjutnya.

Pertandingan Pilihan
Chelsea vs Man. United
Bahkan dengan penampilan Man. United yang sedang bagus-bagusnya kans Chelsea untuk menang di Stamford Bridge tetap besar.

Chelsea bagaimana pun berada di puncak klasemen bukan tanpa alasan. Sepanjang 2015 the Blues baru kalah sekali. Pasukan Mourinho juga dikenal sebagai tim dengan pertahanan kokoh musim ini. Bagi manajer yang mengandalkan Ivanovic paham betul soal ini.

Tapi sanggupkah tuan rumah menahan gawang mereka tidak kebobolan dari Mata, Fellaini, Rooney, dan Young? Tottenham, Liverpool, dan Man. City sudah merasakan bahayanya lini depan the Red Devils.

Gol pasti akan terjadi. Memilih siapa yang mencetak gol dari kedua tim merupakan soal lain, namun pelaku biasa seperti Ivanovic, Hazard, Mata, Rooney, Oscar, Drogba jadi opsi yang lumrah.

Boleh Nih
Juan Mata - Mata (8,5 Pound) selalu menyumbangkan poin atau asis pada tiga pertandingan terakhir Man. United. Ia dipastikan menjadi andalan saat berkunjung ke London.
Jamie Vardy - Vardy (4,6) merupakan andalan lini depan Leicester di mana the Foxes sukses mencetak delapan gol pada tiga pertandingan terakhir. 
Leighton Baines - Burnley calon tim yang terdegradasi dan hanya mengumpulkan delapan poin dari 15 laga tandang. Keuntungan pun berada di pihak Baines (7,0) dan kawan-kawan.

Nanti Dulu
Ashley Young - GW yang lalu penampilannya gemilang. Tapi Lord Young (4,9) bagai dua sisi mata uang. Kita tidak tahu sisi mana yang akan muncul.
Harry Kane - Kapten dari Tottenham ini gagal mencetak gol pada dua pertandingan tandang terakhir. Sanggupkah Kane (6,5) mengubahnya di St. James Park?
Sergio Aguero - 50/50. Aguero (12,5) tampak sudah mendapatkan ketajamannya kembali. Meski begitu penampilan Man. City secara keseluruhan tetap buruk.

Kapten
Glenn Murray - Pemain yang satu ini jelas bukan pilihan populer, hanya 4,3% manajer FPL yang mengandalkan Murray (5,3). Namun, ia berhasil meraih 39 poin dari empat GW terakhir. Mencari pemain pembeda? Murray orangnya!

Friday, 10 April 2015

Tips FPL [Gameweek 32]: Main Tandang

"The Citizens akan sangat diunggulkan atas Man. United, bila pertemuan mereka terjadi dua atau tiga bulan sebelum pekan ini, namun keadaan telah berubah."
Laga-laga kandang biasanya memberikan lebih banyak poin, biasanya, tapi di Gameweek 32 anggapan tersebut dikesampingkan dahulu.

Pasalnya, tiga dari empat tim teratas dari klasemen Premier League memainkan pertandingan mereka di kandang lawan. Arsenal mengunjungi Turf Moor, Chelsea melawat ke Loftus Road, sedangkan Man. City punya hajatan derby Manchester di Old Trafford. 

Bagi Arsenal, Burnley memang salah satu tim papan bawah. Tapi melihat bagaimana Tottenham Hotspur menyulitkan diri sendiri untuk memasukkan bola ke gawang Heaton, maka the Gunners tahu kebanyakan mengoper bola antara mereka sendiri dan hasil yang sama kemungkinan besar terulang.

Ingat bagaimana harapan terhadap Kane untuk meraup gol kandas begitu saja? Tentu para manajer FPL tidak ingin hal serupa terjadi pada Giroud di GW 32.

Sementara pemuncak klasemen Chelsea kehilangan kehadiran Costa di lini depan. Sumber gol utama the Blues dan pencetak gol terbanyak liga. Juru selamat bagi para manajer FPL yang koceknya tidak cukup dalam untuk memilih Aguero. Kini Remy menjadi penyerang utama yang diandalkan menghadapi QPR.

Kemudian, Man. City. The Citizens akan sangat diunggulkan atas Man. United, bila pertemuan mereka terjadi dua atau tiga bulan sebelum pekan ini, namun keadaan telah berubah.

Performa juara bertahan Premier League sedang buruk. Amat buruk. Man. City yang menjadi pesaing terdekat Chelsea kini berusaha bertahan untuk tetap maju ke Liga Champions.

Dan sebaliknya pasukan Van Gaal begitu optimistis membuktikan Man. United bukan sekadar nama besar.

Pertandingan pilihan
Sudah rutin bahwa pertandingan yang masuk pertandingan pilihan adalah yang memiliki potensi mendapatkan banyak poin, tapi untuk GW 32 derby Manchester pantas dibicarakan.

Berkaca pada hasil-hasil derby Manchester, anak-anak asuh Pellegrini tetap diunggulkan karena kemenangan terakhir the Red Devils terjadi pada 9 Desember 2012. 

Itu pun terjadi karena gol menit terakhir saat bola tendangan Van Persie membentur kaki Nasri. Tidak ada jaminan Man. United sebagai tuan rumah akan menang. 

Yang pasti Anda tidak ingin memilih bek dari dua tim ini. Masih ada Fonte, Bertrand atau Clyne dari Southampton yang bermain di St. Mary's.

Untuk lini tengah Mata dan Silva boleh diperdebatkan. Mata telah mengumpulkan 22 poin sejak dipercaya tampil oleh Van Gaal pada tiga GW terakhir. Gelandang bernilai 8,4 Pound ini juga pemilik poin tertinggi di lini tengah Man. United. Begitu juga dengan Silva di lini tengah Man. City.

Di lini depan, Rooney yang mencetak empat gol dari lima (di mana ia gagal mencetak gol penalti ke Liverpool) masih dapat diandalkan. Sementara, Aguero yang nilai jual-belinya kembali turun (0,5 sejak GW 30) menjadi satu-satunya pilihan Pellegrini sebagai ujung tombak.

Boleh nih
Loic Remy - Drogba jelas tidak akan tampil 90 menit dan pesepak bola berharga 7,1 Pound ini sudah seharusnya jadi pilihan pertama para manajer FPL yang percaya dengan Chelsea.
Olivier Giroud - Bahkan saat Giroud tampak tidak akan mencetak gol ke Liverpool pekan lalu pemain bernilai 8,8 Pound ini tetap mendapatkannya.
Glenn Murray - Penyerang yand dibanderol 5,1 Pound memanen 24 poin pada 2 GW terakhir dan Palace memenangkan empat dari lima laga tandang terakhir mereka.

Kapten
Olivier Giroud - Sanggupkah Giroud melakukan apa yang Kane tidak bisa? Bahan banter yang cocok untuk derby London utara. :D

Saturday, 4 April 2015

Tips FPL [Gameweek 31]: Lima Catatan Penting

"Villa dan QPR memang menggiurkan dengan kesempatan mendapatkan poin lebih. Namun, lihat dulu lawannya."
Akhirnya ada Premier League lagi! Mari, susun dulu tim Fantasy Premier League untuk Gameweek 31.

Setidaknya ada lima catatan di GW 31: Arsenal lawan Liverpool, derby Tyneside, Everton menjamu Southampton, pertandingan ganda bagi QPR dan Aston Villa, dan peluang bagi pemain Tottenham Hotspur memanen poin atas Burnley di Turf Moor.

Selain laga tandang Kane cs., catatan lain di atas harus diwaspadai karena, di atas kertas, tim-tim tersebut masih sepadan. 

Southampton terkenal di FPL dengan poin dari clean sheet mereka, tapi siapa yang dapat jamin mengingat kiper utama tengah cedera dan pasukan Martinez diharapkan tampil bagus di Goodison Park.

Begitu juga dengan derby Tyneside. Sunderland yang diambang degradasi justru semakin berbahaya untuk Newcastle. Untuk catatan, terakhir kali the Black Cats kalah dari Magpies terjadi di Agustus 2011.

Lalu, ada big match GW 31 antara Arsenal dan Liverpool. Yang satu ini bisa jadi jebakan batman. Secara performa, maka the Gunners lebih unggul, tapi anak-anak asuh Rodgers jelas tidak dapat dipandang sebelah mata. Ingat, the Reds masih punya kesempatan maju ke Liga Champions dan tambahan tiga poin pekan ini akan sangat berarti.

Kemudian, Villa dan QPR memang menggiurkan dengan kesempatan mendapatkan poin lebih. Namun, lihat dulu lawannya. The Lions harus menjadi tamu Man. United sedangkan the Hoops menjalani dua laga tandang (kita tahu bagaimana nilai merah mereka soal statistik yang satu ini!).

Pertandingan pilihan
Sunderland lawan Newcastle. Ya, Sunderland lawan Newcastle, bukan Arsenal versus Liverpool,  yang pantas menjadi pertandingan pilihan GW 31.

Dengan sisa tujuh laga sampai akhir musim dan perbedaan poin yang ketat untuk menuju Liga Champions, apa Anda kira Arsenal dan Liverpool akan bermain gung ho? Agaknya tidak.

Maka, beralihlah pada pertandingan di Stadium of Light. 

Sunderland di ujung tanduk karena hanya berjarak satu poin dari zona merah, sedangkan Newcastle berjuang demi gengsi karena sudah empat musim tidak menang derby.

Waspadai laga ini bila tim FPL Anda memiliki pemain belakang dari salah satu tim. Dari 10 pertemuan, tidak ada laga yang berakhir imbang 0-0. Sunderland sukses meraih tiga clean sheet dan Newcastle hanya satu.

Pertahanan Sunderland dan Newcastle pun, seperti kita tahu, buruk. Yang namanya pertama disebut adalah tim dengan jumlah kebobolan terbanyak keenam di liga, lalu lini belakang yang terakhir disebut hanya lebih baik dari QPR, Burnley, dan Leicester, tiga tim yang berada di zona merah.

Boleh nih
Olivier Giroud - Giroud sedang panas dengan enam gol dari lima laga. Ketiadaan Skrtel di jantung pertahanan Liverpool membuat penyerang Prancis kian pantas jadi pilihan di FPL.
Marouane Fellaini - Si Kribo ini merupakan kartu AS dari Van Gaal. Fellaini pun tampil bagus di laga uji coba internasional dengan menyumbangkan tiga gol dari dua pertandingan bersama timnas Belgia.
Charlie Austin - Satu-satunya pemain, dari dua tim (QPR dan Villa) yang tampil dua kali di GW 31, yang pantas dipercaya.

Kapten
Harry Kane - Posisi Kane sebagai pencetak gol terbanyak di empat divisi teratas liga Inggris terancam saat Benik Afobe mencetak gol bagi Wolves. Namun, penyerang muda timnas Inggris itu punya kesempatan menjauhkan diri saat melawan Burnley.