Twin headed spear |
Bagi para
penggemar EPL tentu tidak salah jika pada awal musim mengatakan Spurs akan
kembali bersaing ketat dengan Arsenal, Chelsea dan Liverpool untuk mendapatkan
tiket ke Eropa. Setiap orang boleh mengatakan prediksi masing-masing namun
kenyataan terkdang berjalan berbeda. Spurs yang sempat bertahan di posisi
ketiga dan mengendus MU hingga berbeda 5 poin ternyata tidak dapat
mempertahankan penampilan terbaik mereka.
Tentu kita
semua tahu posisi satu dan dua milik kota Manchester. Hal ini menyisakan dua
tiket lagi bagi klub Inggris untuk berlaga di Eropa. Bagi Arsenal meskipun pada
awal musim sempat tertatih namun berkat etos RVP yang tidak kenal lelah dan
permainan brilian Rosicky yang telah lama dinantikan publik Emirates membuat mereka
kandidat terkuat selain duo Manchester untuk meraih tiket UCL.
Sisanya,
King Kenny tampak tidak dapat membawa Liverpool pada form akhir musim lalu
hingga mereka kini terdampar jauh dari zona UCL. Chelsea dengan manajer muda
asal Portugal mereka tampak bermain setengah hati--walau hal itu berubah sejak Di
Matteo mengambil alih--Spurs pun sebelas dua belas, ketergantungan terhadap
Bale hingga menempatkan dia agak terlalu kedalam justru membuatnya tidak tampil
maksimal. Tapi siapa sangka, pasukan Alan Pardew tampil sebagai kuda hitam
mengejutkan pesaing mereka untuk mengambil alih tiket terakhir tersebut.
The Magpies yang sempat merasakan turun
kasta selama semusim ke Divisi Championship pada tahun 2009 memiliki komposisi
pemain yang unik. Tidak ada pemain yang benar-benar menjadi bintang menjadikan
mereka saling mengisi kekurangan Newcastle sebagai sebuah tim. Pemain yang
mengerti betul bagaimana berperan dalam posisi masing-masing hingga membuat
kesatuan yang solid.
Krul
berhasil menggantikan posisi kiper andalan sepeninggal Shay Given, begitu juga
dengan Santon yang kian mantap membuat Toon
Army lupa dengan Jose Enrique. Coloccini pun tampil memenuhi ekspektasi
publik St. James Park atau kini dikenal dengan Sports Direct Arena sebagai
kapten tim kebanggaan mereka. Lini tengah dengan kombinasi Cabaye-Tiote sebagai
creator-breaker mampu menjalankan
skema permainan yang diinginkan.
Hal menarik
terjadi pada ujung tombak Newcastle. Jika pada awal musim Demba Ba menjadi
momok mengerikan bagi bek lawan namun melempem saat memasuki tahun 2012, maka sejak
paruh kedua musim ada Papiss Cisse yang tampil sempurna sejak kepindahannya dari
Freiburg pada transfer window musim dingin tersebut dan dua striker ini
ditopang oleh Ameobi yang selalu siap dari bangku cadangan.
Faktor
terakhir dan mungkin menjadi paling penting, Ben Arfa. Kembali dari cedera panjang musim lalu kini
permainan jebolan Clairefontaine dan eks-Lyon tersebut kian menanjak. Terbukti
dirinya mampu memimpin inisiatif penyerangan Newcastle dengan goal solo-run
menakjubkan ke gawang Blackburn dan Bolton.