A perfect match for The Swan? |
Musim lalu di Championship mempertemukan West
Ham dengan Millwall. Bagi sebagian atau bisa dibilang para penggemar film Green
Street Hooligans menjadi agenda tersendiri yang tidak dapat dilewatkan terlebih
lagi setelah kejadian antar suporter mereka yang saling masuk ke lapangan pada
musim sebelumnya semakin memperkuat konflik kedua klub tersebut.
Sekarang West Ham dan Millwall tidak lagi
berada dalam kasta yang sama. West Ham dengan Big Sam kembali ke tingkat
tertinggi liga Inggris bersama Kevin Nolan sebagai kapten mereka.Tidak jauh
berbeda dengan West Ham, Swansea City masih bisa dibilang sebagai pendatang
baru di Premier League setelah mendapatkan promosi semusim lebih dahulu.
Pada minggu kedua Swansea menjamu West Ham di The
Liberty Stadium. Hal yang membuat pertandingan ini menarik karena di atas
kertas baik Swansea atau West Ham tidaklah jauh berbeda. Selain itu saya
penasaran bagaimana kelanjutan performa mereka setelah mencetak sejarah
kemenangan terbesar di kandang lawan setelah membabat QPR 5 gol tanpa balas.
Optimisme yang ditunjukan Michael Laudrup dalam interview ESPN mengatakan
kemenangan kandang menjadi prioritas utama ternyata bukan sekedar bualan.
Ketokan palu The Hammers tidak mampu mengalahkan The Swan saat menundukkan
mereka 3-0.
Seperti kata pepatah yang mengatakan
mempertahankan selalu lebih sulit daripada mendapatkan sesuatu begitu juga
kiranya nasib para debutan EPL. Banyak yang mempertanyakan kesanggupan satu-satunya
tim Wales yang mampu berlaga di divisi teratas liga Inggris ini untuk mengulang
performa musim lalu dengan sepeninggalan pilar tim. Namun tampaknya kehilangan
Allen, Sighurdsson dan kemungkinan Scott Sinclair bahkan kepergian Brendan
Rodgers ke Liverpool tidak kemudian membuat mereka kehilangan cara bermain
musim lalu.
Jujur saja cara bermain mereka mengingatkan cara
bermain Master League dan ini merupakan pujian. Biasanya untuk menambah
tantangan kita menggunakan tim medioker tetapi konsekuensinya hampir tidak ada
pemain yang sanggup keeping ball
dengan baik membuat rasio operan kita meningkat dan berbeda dengan tim di dunia
nyata dalam Master League kita akan selalu bermain menyerang begitu juga dengan
tim yang berseragam serba putih ini.
Kepergian Rodgers pun tidak menjadi hal yang
disesali karena terbukti suksesornya tidak hanya sukses sebagai pemain dengan
menjuarai La Liga 5 musim berturut-turut, 1 gelar Serie A dan 1 gelar
Eredivisie. Jika tidak salah ingat catatan manajerial Michael Laudrup bersama
Getafe (2008) pun terbilang impresif menampilkan sepakbola menyerang begitu
juga musim ini operan tampaknya menjadi hal yang tidak berubah dari Swansea.
Kini dalam dua laga pembuka bersama pria
kelahiran Frederiksberg mereka praktis menjaga tradisi dengan persentase operan
88% dan 13 dari 16 pemain tersebut memiliki pass
success percentage diatas 80% menghasilkan 8 gol tanpa kebobolan. Setidaknya hingga saat ini gaya bermain yang
dipertahankan Laudrup sanggup membuat Sang Angsa terbang tinggi bahkan lebih tinggi dari Sang
Bangau.
Lagipula Swansea dengan Laudrup seperti belajar
masak langsung dengan chef Michelin bintang tiga, berada dalam arahan eks
pemain klub dengan filosofi menyerang dan mengoper seperti Ajax juga Barcelona
hanya akan memberi hal positif bagi mereka. Oper pengalamanmu Laudrup!
No comments:
Post a Comment