There's only one Keano |
Pahlawan seringkali diingat untuk
jasa-jasanya. Pahlawan sering dirindukan disaat susah oleh mereka yang
membutuhkan. Agaknya pahlawan yang satu ini pun menjadi sosok yang sedang
dicari-cari oleh Sir Alex untuk melengkapi potongan yang hilang dalam puzzle
komposisi pemain Manchester United.
Sang mantan petinju amatir yang
telah menekuni olahraga adu pukul sejak umur 9 tahun ini berasal dari keluarga
kelas pekerja di Mayfield daerah suburb Cork ,
Irlandia. Tidak heran latar belakangnya tersebut membentuk kepribadiannya yang
terkenal emosional.
Beranjak dewasa, Roy Maurice
Keane, ternyata lebih menunjukkan bakat di sepakbola. Kapten Manchester United
sepeninggal Eric Cantona memang identik dengan klub merah Manchester
walau dia sebenarnya mengawali karir sepakbola profesional EPL dari Nottingham Forest dan menyelesaikannya di klub yang
dia idolai sejak kecil, Glasgow Celtic.
Mengumumkan pensiun dari
sepakbola saat bermain di klub ibukota Irlandia tersebut sejak 2006 Roy Keane
telah beberapa kali mencoba peruntungan untuk menjadi manajer di Liga Inggris,
sayangnya belum ada yang dapat dikatakan sukses. Walau begitu karirnya sebagai
kapten Setan Merah tidak berbanding lurus dengan karir manajerialnya. Keane
dapat digolongkan sebagai pemain sukses, pemain yang sulit dilupakan, uniknya
bukan karena kemampuan mengolah bola yang dia miliki tetapi karena
karakteristiknya yang begitu menonjol sebagai jendral lapangan tengah United.
Apa yang kita ingat dari pemain
bernomor punggung 16? Dia merupakan orang yang temperamen, bila kita bertanya
kepada Alfie Haaland mungkin dia akan mengatakan Keane sebagai pendendam
terburuk yang pernah dia temui, dia jelas
tidak sungkan untuk mengkritik rekan setim, si kapten juga terkenal untuk gol
inspiratif pada laga tandang di Turin saat Treble 1998/1999 silam, sedikit yang
kita ketahui dia juga ternyata penyayang binatang—silahkan googling tentang
Triggs. Pernah suatu saat Stephen Hawking terlihat berlari layaknya orang sehat
dan tidak menggunakan “kursi santai”nya lalu seseorang bertanya bagaimana hal
itu bisa terjadi? Dia baru saja bertemu Roy Keane, dia tidak suka dengan
suaranya dan dengan satu gebrakan meja saya melihat apa yang anda lihat.
Singkatnya Roy Keane adalah pria
yang tidak bisa diam, tidak bisa jauh dari berita, baik atau (seringkali)
buruk. Walau begitu Manchester United
lebih membutuhkan sosoknya lebih dari apapun saat ini, anak asuh Sir Alex butuh
pemain yang sanggup mengatakan, “Woy jing! Main lu jelek!” untuk menyadarkan
bahwa mereka sejatinya adalah juara dan selalu dituntut untuk bermain layaknya
juara dan juara tidak membiarkan permainannya didominasi seperti yang dilakukan
oleh Gerrard, Allen dan Shelvey. Yang pertama disebut baru saja mengalami malam
yang emosional dengan memperingati Hillsborough karena sepupunya menjadi korban
kala itu, pada pertandingan ini dia pun mencetak gol pertama pemberi harapan
namun sayang semua usaha kapten Liverpool itu digagalkan
oleh Mark Halsey.
Peluit akhir pertandingan
menyatakan tim tamu meraup tiga poin di Anfield dengan catatan permainan mereka
sungguh tidak memuaskan, nyatanya Liverpool lebih menguasai pertandingan walau harus
bermain dengan sepuluh orang sejak Foster Adams mentekel dua kaki Evans saat
berebut bola 50-50 di akhir babak pertama. Statistik Whoscored.com menyatakan Si Bangau unggul dalam penguasaan bola sebesar
52% dengan 14 tembakan 6 diantaranya mengarah ke gawang Lindegaard. Di sisi
lawan MU hanya berhasil melakukan 3 tembakan ke gawang, setengah dari yang tuan
rumah lakukan.
Bukan hal yang baru bahwa
Manchester United memiliki kelemahan sepeninggal Roy Keane untuk sektor perebutan
bola di tengh lapangan. Masuknya Hargreaves pada tahun 2007 sempat memberi angin
segar untuk Rooney cs namun sayang dia memiliki kaki kaca. Harapan kemudian
berlanjut dengan performa Darren Fletcher tetapi belakangan pria Skotlandia
harus beristirahat satu musim penuh dan belum ada kepastian apakah dia akan
kembali mencapai puncak permainannya kembali. Carrick yang diproyeksikan di
posisi Keane tampak tidak bisa berperan seperti pendahulunya tersebut,
pemberian nomor punggung 16 pun tidak banyak membantu juga memungkiri keadaan
bahwa yang menjadi faktor pembeda Keane bukanlah kemampuan bermain bolanya
tetapi jiwa kepemimpinan yang dimilikinya. Fakta di lapangan membuktikan Keane sering
membuat onar tetapi terkadang aura intimidatif tersebut mampu menjadi nilai
positif tergantung darimana anda melihatnya.
Musim baru berlanjut, puluhan
juta poundsterling telah digelontorkan runner up EPL musim lalu. Kagawa,
Buttner dan Van Persie membuktikan mereka sanggup memberi kontribusi. Bukan
berarti masalah lama Man.United akan terselesaikan dengan hal ini, kebutuhan
United akan ball winner akan tetap
mengganggu mereka.
Sampai sekarang kehadiran Robin
Van Persie masih membawa keberuntungan untuk Red Devils tetapi di saat
bersamaan “keberuntungan” belum bertemu dengan musuh bebuyutannya, Yaya Toure.
No comments:
Post a Comment