Tuesday, 25 November 2014

Jelang Akhir Tahun, Waktunya Candu Merah-Putih

Jelang akhir tahun seperti ini, saat hujan lebih sering turun, biasanya masyarakat sepak bola Indonesia; saya, Anda, mereka, kerap dibuat mabuk oleh candu. Candu ini berwarna merah, dan putih.

Candu yang membuat pikiran melayang tinggi, beranjak dari derasnya hujan yang menggenani jalan-jalan besar di ibu kota, menyembunyikan lubang-lubang, dan dengan usilnya mengetuk atap rumah. Candu yang sedikit mengalihkan perhatian dari penatnya obrolan panas tentang kenaikan bahan bakar atau bobroknya pemerintahan.

Ada dua, merah dan putih, candu itu. Berbeda pula gunanya.

Yang merah, memacu adrenalin Anda, membuat Anda merasa tidak terkalahkan. Senang. Tawa. Euforia. Katakanlah begini, bila Anda berada di Pamplona untuk festival San Fermin, bukan Anda yang terbirit-birit dikejar banteng, justru sebaliknya.

Ia membuat Anda lupa diri, tenggelam dalam kesenangan.

Untuk yang putih, menyelimuti Anda dalam kabut. Tenang. Tidak bersuara. Pikiran dibuatnya berjalan jauh tanpa selangkah pun kaki Anda bergerak. Anda dibuat berpikir, untuk apa manusia ada di dunia. Tidak jarang Anda menitikkan air mata.

Ia membuat Anda lupa diri, tenggelam dalam ketenangan.

Tentu cara untuk menikmatinya beragam, bisa hanya merah, atau hanya putih. Namun, rumor mengatakan cara yang terbaik adalah menggabungkan keduanya, dikenal dengan candu merah-putih.

Sesaat Anda tertawa, setelahnya termenung. Dua efek yang kontradiktif mengaburkan pandangan, membuat Anda lupa dengan urusan belum bayar tagihan atau hal-hal remeh duniawi seperti itu untuk sementara waktu.

Anda dibuatnya senang, tinggi, tapi pada akhirnya amarah Anda dibuat memuncak, marah. Hampa. Tidak ada kejayaan yang pernah Anda rasakan pada akhirnya sebagaimana menjanjikan efek candu tersebut pada hisapan pertama. Tidak ada...klimaks.

Oh satu lagi, bukan hanya dibuat pontang panting emosi Anda. Mendapatkannya pun sulit. Sang bandar hanya muncul sekitar dua mingguan, itu juga hanya sekali dalam dua tahun. Bisa di Vietnam, Singapura, Thailand, suka-suka.

Beruntungnya untuk harga masih fleksibel. Tidak menguras dompet, dapat ditebus dengan waktu yang Anda miliki. Dua jam, tiga jam sudah cukup.

Menyenangkan ketika waktunya sang bandar untuk muncul sudah tiba, candu itu, menyenangkan, walau yang namanya candu selalu menyenangkan, untuk sesaat.

*Menghirup*

*Menghembus*

*Bruk*

Catatan: tulisan dibuat sebelum Indonesia digilas 4-0 oleh Filipina, jadi *bruk* beneran ini.

Wednesday, 12 November 2014

Dan Kramer Pun Turut Membantu (Dortmund)

Seringkali rencana yang telah disusun tidak berjalan sesuai kenyataan yang terjadi, bagi Borussia Dortmund situasi tersebut sangatlah nyata.

Sejak bangkit dari bangkrut, membangun kembali klub dan berada di bawah arahan Juergen Klopp, Dortmund sukses menghadirkan warna baru selain merah Bayern Muenchen yang mendominasi Bundesliga.

Pemain-pemain seperti Mario Goetze, Robert Lewandowski, Ilkay Gundogan, Shinji Kagawa, Jakub Blaszczykowski dan Marco Reus pun menjadi identik dengan Dortmund asuhan Klopp yang menjuarai liga Jerman dua musim berturut-turut di 2010/2011 dan 2011/2012.

Akan tetapi, masa indah tersebut perlahan menjadi kelabu seiring usaha Bayern untuk mendapatkan kembali status mereka sebagai klub terbaik di Jerman dan kekuatan Dortmund mulai melemah imbas ditinggalkan pemain andalan mereka satu per satu, hingga puncaknya berada di musim panas tahun ini ketika top skorer die Schwarzgelben beberapa musim terakhir angkat kaki ke die Rotten. Lewandowski tidak lagi ada di lini depan tim asuhan Klopp.

Apakah hal tersebut menjadi masalah besar? Mungkin iya, mungkin tidak. Seperti musim yang sudah-sudah, pemain yang pergi digantikan oleh pemain lain. Toh, kekuatan utama Klopp adalah sistem yang telah ia buat, permainan menekan dengan gegenpressing dan bila satu puzzle hilang maka yang ia akan lakukan adalah mencari potongan puzzle lain.

Walau harus diakui, Henrikh Mkhitaryan mungkin tidak seberbakat Goetze, dan Ciro Immobile, jelas ia punya kemampuan mengingat statusnya sebagai pencetak gol tersubur Serie A musim lalu, masih beradaptasi dengan lingkungan barunya. Namun, Ada Pierre-Emerick Aubameyang yang semakin solid di lini depan Dortmund. Begitu juga dengan kembalinya Kagawa dari Manchester United yang dapat diandalkan untuk memberikan umpan-umpan terobos yang tajam.

Jelas jika dibandingkan dengan Bayern maka Dortmund tidak berada dalam kekuatan yang setingkat. Pada beberapa musim terakhir, dapat dikatakan performa terbaik kedua klub tampak pada musim 2012/2013 dan hasil final Liga Champions musim itu sudah menentukan siapa yang berhak menyombongkan diri mereka sebagai yang lebih superior.

Namun demikian, sejak saat itu Reus dan kawan-kawan belum sanggup memperlihatkan permainan yang sama. Permainan dengan pressing intens dan operan dinamis yang bahkan dapat membuat klub sekelas Real Madrid berkeringat dingin.

Cuma Dortmund tidak perlu khawatir, karena memang Bayern saat ini tidak lagi pantas berada di Bundesliga. Justru aneh jika FC Hollywood gagal memuncaki kompetisi domestik dengan segala sumber daya yang mereka miliki. Hanya saja, tidak berarti klub yang bermarkas di Signal Iduna Park itu inferior dari Schalke 04, Bayer Leverkusen, atau Eintracht Frankfurt. Kenyataannya? Mereka terancam terdegradasi dengan menjadi juru kunci saat kompetisi hampir memasuki sepertiga musim.

Mats Hummels bingung menanggapi buruknya lini belakang Dortmund, Klopp pun menyatakan hal yang sama. Permainan mereka tidak sepenuhnya buruk, pemain mereka juga, seperti yang dikatakan di atas, ada di atas rata-rata. Meski demikian, sebelum bertemu dengan Borussia Moenchengladbach di spieltag ke-11 Dortmund hanya mendapatkan satu poin dari tujuh pertandingan terakhir di Bundesliga.

Banyak pihak mengira Dortmund belum sanggup memperbaiki performa ketika menjamu Moenchengladbach, yang sejauh musim ini berjalan menjadi klub yang paling mengancam Bayern, tapi yang malah terjadi adalah sebaliknya.

Sejak menit pertama, Dortmund langsung mengancam gawang tim tamu. Reus, Mkhitaryan, Aubameyang bergantian mendapatkan kesempatan. Bahkan yang namanya belakangan disebut sempat mencetak gol akrobat jika tidak dalam posisi offside. Ketika pertandingan memasuki jeda, tuan rumah sukses melakukan sembilan tembakan yang mengarah ke gawang tapi masih berhasil diselamatkan Yann Sommer atau diblok pertahanan Moenchengladbach.

Sebagai salah satu tim yang tengah bertengger di papan atas, ada kemungkinan anak-anak asuhan Lucien Favre menghadirkan balasan di babak kedua. Sah-sah saja bila memerkirakan bahwa pria asal Swiss itu melihat kelemahan dalam performa dominan Dortmund di babak pertama dan menyiapkan strategi balasan.

Ternyata hal tersebut tidak pernah terjadi. 45 menit kedua yang dimainkan menegaskan apa yang seharusnya ditampilkan Dortmund selama 10 pertandingan sebelumnya. Pasukan hitam kuning menyengat seperti rombongan lebah, yang sayangnya tidak juga berhasil menceploskan bola ke gawang Sommer. Seakan ada tembok tidak terlihat yang menghalau terjadinya gol.

Sampai terjadi salah satu gol terbaik, atau terburuk (?), yang pasti akan masuk highlights Bundesliga musim ini saat Christoph Kramer mencetak gol bunuh diri yang indah dari hampir setengah lapangan.

Satu gol tidak membuat Dortmund puas, mereka mencium bahwa lawannya sedang terluka dan ingin menghabisinya. Tapi apa boleh buat setelah melakukan 22 tembakan pada akhirnya mereka gagal mencetak satu gol pun, dengan catatan Moenchengladbach dibuat tidak berkutik dengan gagal melakukan tembakan mengarah ke gawang Roman Weidenfeller.

Klopp tidak ambil pusing, asalkan ia mendapatkan tiga poin. "Kami akhirnya mendapat dua digit poin," kata mantan pelatih Mainz 05 itu usai pertandingan. Ia juga menanggapi situasi dengan enteng ketika mengingatkan Kramer menjadi bagian sejarah dari Dortmund.

Gol bunuh diri yang hampir mustahil dari Kramer itu melayang sejauh 45 meter, lebih spesial lagi,selain karena jaraknya yang terlampau jauh, bahwa pemain yang mencetak gol adalah pemain andalan Moenchengladbach yang tengah hangat dibicarakan. Bukan Martin Stranzl, bukan pula Tony Jantschke, dan bukan Sommer yang posisinya paling dekat gawang, tapi Kramer.

Mungkin saja merupakan hadiah dari semesta setelah semua usaha keras yang dilakukan Dortmund untuk mengubah peruntungan mereka.

Setelah berulang kali mengetuk, malah mungkin sudah menggedor-gedor, pintu rumah Dewi Fortuna, keberuntungan berpihak kepada Dortmund. Runner-up liga musim lalu itu keluar dari zona merah, walau sangat tipis, dan siap membuka lembaran baru.

Mungkinkah ini menjadi tanda akhirnya musim Dortmund baru dimulai? Siapa tahu, lagi pula Dia bekerja dengan cara yang misterius dan membingungkan. Semembingungkan bagaimana awalnya Dortmund bisa ada di posisi terbawah Bundesliga.

Monday, 3 November 2014

Man. United Punya Satu Tugas dan Mereka Gagal Melakukannya

Dari jauh-jauh hari sebelum derby Manchester, Manchester United sudah tahu tugas utama yang harus mereka lakukan saat bertandang melawan Manchester City, meski begitu tim asuhan Louis van Gaal tetap saja gagal melakukannya.

Oke, mungkin tidak benar-benar satu tugas. Tapi, bila yang satu ini gagal maka yang lain menjadi tidak berarti. Tugas yang dimaksud adalah menjaga pergerakan sumber gol Man. City, Sergio Aguero.

Kompatriot Aguero di Man. United, Marcos Rojo, sadar akan pentingnya hal tersebut. Toh, mantan menantu Diego Maradona itu memang akan selalu disorot. Sebelum derby dilangsungkan, ia telah mencetak 15 gol bagi the Citizens dari 16 pertandingan di seluruh kompetisi.

9 dari 15 gol itu dilesakkan di Premier League, membuat Aguero memiliki rataan 1 gol per laga dan pemain paling penting Man. City, sebab 47% gol yang dicetak legiun Manuel Pellegrini berasal dari pemain timnas Argentina ini.

"Ia sangat bagus dalam bergerak ke dalam posisi-posisi berbahaya. Anda harus sangat fokus dan berkonsentrasi menjaga pergerakannya dan mengetahui di mana ia berada dan kemungkinan celah yang ingin ia tuju. Anda harus melakukannya selama 90 menit," ujar Rojo dikutip dari BBC.

Sayangnya, Rojo tidak tahu ia hanya akan bertahan selama 55 menit, dan semakin tidak membantu ketika Chris Smalling melupakan tugas lainnya.

Dalam konferensi pers terakhir Man. United sebelum derby, Van Gaal sudah mewanti-wanti, "Kami tidak ingin kartu merah karena akan sangat sulit menang 11 vs 10 dan itu menjadi bagian dari persiapan kami."
38 menit pertandingan berjalan Smalling dikeluarkan wasit karena mendapatkan dua kartu kuning. Itu pun dengan dua kali pelanggaran yang membuat kata "bodoh" masih terlalu sopan dalam mendeskripsikannya.

Namun demikian, Rojo tetap menepati omongannya. Ia benar-benar menjaga penyerang Sky Blues itu, mengikuti pergerakannya. Pertahanan tinggi Man. United yang meninggalkan celah di belakang sebenarnya menguntungkan Aguero yang memiliki kecepatan tersebut tapi eks Sporting Lisbon menempelnya seperti pasangan yang baru jadian, tidak bisa lepas.

Hingga mimpi buruk Man. United datang di menit ke-55, Rojo mengalami cedera dislokasi bahu dan Aguero mendapatkan ruang untuk bergerak.

Sebelum Rojo ditandu keluar, Aguero "hanya" melakukan empat take ons dan tiga tembakan, dalam kurun waktu 30 menit kemudian sampai ia digantikan oleh Fernandinho, pesepak bola berusia 26 tahun berhasil hampir menggandakan kedua statistik itu menjadi tujuh take ons dan lima tembakan serta berhasil mencetak satu gol berselang enam menit setelah Rojo cedera.

Paddy McNair yang masuk menggantikan Rojo gagal mengikuti pergerakan Aguero di kotak penalti dan begitu pun Michael Carrick yang menjadi duet dadakannya. Maklum, saat gol terjadi barisan belakang Man. United dihuni satu pemain saya, satu gelandang bertahan dan dua bek berusia 19 tahun.

Diawali umpan terobos tajam dari Yaya Toure ke Gael Clichy, mantan bek Arsenal itu tidak buang waktu dan langsung mengirim umpan mendatar ke tengah yang disambut Aguero dengan sepakan keras. 1-0!

Berkat gol tersebut semakin menjadi-jadilah status Aguero sebagai predator berbahaya di dalam kotak penalti, terbukti dari 10 gol dari 10 laga Premier League ia hanya mencetak satu gol dari luar kotak terlarang.

Di sisa 15 menit terakhir Pellegrini memilih bermain berhati-hati mengingat tiga pertandingan sebelumnya berakhir tidak maksimal dan melindungi keunggulan mereka daripada mencoba menambah gol. Namun, lini depan Man. United pun tidak bisa berbuat banyak dengan penampilan Robin van Persie yang dibawah rata-rata.

Lalu, apakah ada sisi positif dari kegagalan Man. United menjalankan tugasnya? Tentu ada, the Red Devils boleh bergembira hanya kebobolan satu gol.