Sunday, 2 December 2012

Petualangan Joni

“65% populasi dunia mengalami masalah berat badan atau obesitas”
-WHO

1983 merupakan tahun dimana Billie Jean dari Michael Jackson meledak menjadi hits, peringkat pertama di Billboard 100 selama delapan minggu. Ditahun yang sama Joni kecil lahir di Belanda. Tepatnya di kota Velp, sebuah kota kecil yang memiliki luas 11,01 km. Sekedar perbandingan, Jakarta memiliki luas 740,3 km. Joni kecil merupakan anak yang aktif, dia gemar berolahraga. Sepak bola menjadi favoritnya sama seperti anak-anak di Amsterdam, Heerenveen dan Rotterdam. Joni kecil bukanlah anak yang paling tinggi di lingkungannya namun jelas dia juga bukan yang terpendek. Joni sering bermain basket namun seperti yang kita tahu, Eropa tergila-gila dengan sepak bola. Begitu juga dengan Joni, setiap sore dia sering keluar dari pintu belakang rumahnya untuk bermain sepak bola di lapangan rumput sebelah sungai Ijssel.

Beranjak dewasa Joni mendapat kesempatan untuk mewujudkan mimpinya. Dia beruntung, tidak semua orang dapat menjalankan hidup sesuai impiannya. Sebuah klub yang terletak di Doetinchem berjarak 21,5 km (Serius, ini beneran dihitung) dari lingkungan masa kecilnya, Velp. Dari sini Joni mendapat kesempatan berlaga di Eredivisie. Tentu kedua orang tuanya senang putra kebangaannya akan bermain di divisi utama Liga Belanda, terlebih lagi karena klub barunya berlokasi lebih dekat dari rumah mereka. Setelah menempuh 27 km dari Doetincheim menuju Arnheim Jhonny sudah membayangkan kemungkinan apa saja yang terjadi. Bisa saja setelah dari situ dia di kontrak PSV atau mungkin dia menarik perhatian klub Jerman, bahkan Inggris? Siapa yang tahu.

Sayang nasib berkata beda. Joni tidak pernah jadi pemain level nasional, lupakan selat Perancis, di Eredivisie pun dia mati-matian. Setelah kesana kemari mencoba peruntungan akhirnya datang panggilan dari negara yang hanya dia tahu dari cerita orang tuanya atau brosur perjalanan ke Bali yang sering ditunjukkan teman-temannya.

 “Eh, tunggu dulu”, pikir Joni. “Gue sama sekali ngga tau apa-apa tentang Jakarta.” Dia mendapat kesempatan besar untuk meraih sesuatu yang belum pernah dia dapat. Menjadi terkenal. Entah dapat kabar darimana dan Joni pun tidak mau banyak pikir, yang dia tahu dia mendapat kesempatan menjadi wakil Timnas Indonesia. “Mereka gila tapi bukan urusan gue jika mereka yang salah,” Joni tersenyum dalam hatinya. 11.306 km kemudian dia sampai di Indonesia!

Kesan pertama di Indonesia tidak buruk.. Dia mendapat atensi media tetapi bukan itu yang membuat hari-harinya menjadi lebih baik. Murah, semua menjadi lebih murah bagi Joni. Terima kasih kepada valas hari-hari Joni berada di jalur yang benar. Memang dasar keturunan Indonesia, Joni mulai merasa bosan dengan sepak bola. Dia lebih tertarik dengan mall-mall di sekitar Senayan. Makan ini makan itu, banyak makanan yang dia suka. Namun yang menjadi favorit adalah Burger King di Senayan City. Tentu selain dekat rasanya juga agak sangat khas. Ukurannya yang besar berisi daging dengan rasa kapitalisme yang sebelumnya sudah direndam saus ketamakan diapit oleh roti publisitas. Anda tahu kelanjutannya dari semua petualangannya di negara hutan hujan ini dia hanya bermain selama 25 dari 270 menit (8,57%). 

Moeder, ik heb nachtmerrie. ik was Indonesian”, Joni kecil terbangun, berkeringat di sekujur tubuhnya.

No comments:

Post a Comment