“65% populasi dunia mengalami
masalah berat badan atau obesitas”
-WHO
1983 merupakan tahun dimana Billie Jean dari Michael Jackson meledak
menjadi hits, peringkat pertama di Billboard 100 selama delapan minggu. Ditahun
yang sama Joni kecil lahir di Belanda. Tepatnya di kota Velp, sebuah kota
kecil yang memiliki luas 11,01 km. Sekedar perbandingan, Jakarta memiliki luas
740,3 km. Joni kecil
merupakan anak yang aktif, dia gemar berolahraga. Sepak bola menjadi favoritnya
sama seperti anak-anak di Amsterdam, Heerenveen dan Rotterdam. Joni kecil
bukanlah anak yang paling tinggi di lingkungannya namun jelas dia juga bukan
yang terpendek. Joni sering bermain basket namun seperti yang kita tahu,
Eropa tergila-gila dengan sepak bola. Begitu juga dengan Joni, setiap sore dia
sering keluar dari pintu belakang rumahnya untuk bermain sepak bola di lapangan
rumput sebelah sungai Ijssel.
Beranjak
dewasa Joni mendapat kesempatan untuk mewujudkan mimpinya. Dia beruntung,
tidak semua orang dapat menjalankan hidup sesuai impiannya. Sebuah klub yang
terletak di Doetinchem berjarak 21,5 km (Serius, ini beneran dihitung) dari
lingkungan masa kecilnya, Velp. Dari sini Joni mendapat kesempatan berlaga di
Eredivisie. Tentu kedua orang tuanya senang putra kebangaannya akan bermain di
divisi utama Liga Belanda, terlebih lagi karena klub barunya berlokasi lebih
dekat dari rumah mereka. Setelah menempuh 27 km dari Doetincheim menuju Arnheim
Jhonny sudah membayangkan kemungkinan apa saja yang terjadi. Bisa saja setelah
dari situ dia di kontrak PSV atau mungkin dia menarik perhatian klub Jerman,
bahkan Inggris? Siapa yang tahu.
Sayang
nasib berkata beda. Joni tidak pernah jadi pemain level nasional, lupakan
selat Perancis, di Eredivisie pun dia mati-matian. Setelah kesana kemari mencoba
peruntungan akhirnya datang panggilan dari negara yang hanya dia tahu dari
cerita orang tuanya atau brosur perjalanan ke Bali yang sering ditunjukkan
teman-temannya.
“Eh, tunggu dulu”, pikir Joni. “Gue sama
sekali ngga tau apa-apa tentang Jakarta.” Dia mendapat kesempatan besar untuk
meraih sesuatu yang belum pernah dia dapat. Menjadi terkenal. Entah dapat kabar
darimana dan Joni pun tidak mau banyak pikir, yang dia tahu dia mendapat
kesempatan menjadi wakil Timnas Indonesia. “Mereka gila tapi bukan urusan gue
jika mereka yang salah,” Joni tersenyum dalam hatinya. 11.306 km kemudian dia
sampai di Indonesia!
Kesan pertama di Indonesia tidak buruk.. Dia mendapat atensi media
tetapi bukan itu yang membuat hari-harinya menjadi lebih baik. Murah, semua
menjadi lebih murah bagi Joni. Terima kasih kepada valas hari-hari Joni berada di jalur yang benar. Memang dasar keturunan Indonesia, Joni mulai
merasa bosan dengan sepak bola. Dia lebih tertarik dengan mall-mall di sekitar
Senayan. Makan ini makan itu, banyak makanan yang dia suka. Namun yang menjadi favorit adalah Burger King di Senayan City. Tentu selain dekat rasanya juga
agak sangat khas. Ukurannya yang besar berisi daging dengan rasa kapitalisme
yang sebelumnya sudah direndam saus ketamakan diapit oleh roti publisitas. Anda tahu kelanjutannya dari semua petualangannya di negara hutan hujan
ini dia hanya bermain selama 25 dari 270 menit (8,57%).
“Moeder, ik heb nachtmerrie. ik was Indonesian”, Joni kecil terbangun, berkeringat di sekujur tubuhnya.
No comments:
Post a Comment