Keep calm guys, he's here |
Setiap hari manusia selalu berkomunikasi. Tidak ada saat yang luput dari
kegiatan yang satu ini dan diantara kegiatan interaksi tukar pesan antar
individu tersebut tidak selalu dilakukan secara verbal. Ada banyak cara orang
menyatukan persepsi tanpa bertukar kata. Sebagian lebih nyaman melakukannya karena mereka introvert atau mungkin saja ternyata orang itu Dimitar Ivanov Berbatov.
Jika anda mengaku sebagai penikmat sepak bola Inggris anda akan mengenal
permainan sepak bola itu identik dengan operan tempo cepat dan melibatkan
pemain banyak berlari sprint, tentu menyaksikan seorang Berbatov menimbulkan
pertanyaan apakah Berbatov di masa kecilnya benar-benar berniat bermain sepak
bola atau memang Tuhan memberikan bakat sentuhan sehalus sutra pada orang yang
salah.
Namun lain hal bila anda lahir dan besar di Bulgaria. Disana kemampuan
Berbatov tidak dipertanyakan karena pria ini dianugerahi gelar pemain sepak
bola terbaik Bulgaria sebanyak 7 kali. Jika anda orang yang percaya setiap
kejadian timbul akibat hubungan sebab-akibat maka bisa dikatakan kemahiran olah
bola Dimi punya alasan tersendiri, kedua orang tuanya adalah atlit (sepak bola
dan bola tangan) dan bagai apel yang jatuh tidak jauh dari pohonnya bakat
tersebut turun kepada Dimitar Berbatov kecil.
Lahir dan besar di Bulgaria sebagai salah satu eks negara komunis
mungkin saja membentuk kepribadian Berbatov yang terkenal kalem. Dia pernah
hidup dalam krisis, antri 8 jam hanya untuk mendapatkan roti, dan
Berbatov termasuk salah satu anak dengan tipikal cerita memanfaatkan apa pun
untuk dimainkan sebagai bola sepak. Bukan karena terlalu maniak dengan bola
namun keluarganya tidak sanggup membelikan bola, pernah suatu saat ruang tamu
keluarga Ivan Berbatov berantakan akibat anaknya ini bermain bola dalam apartemen kecil mereka. Begitulah Berbatov, kalem,
apa adanya, dia tidak menuntut banyak dia hanya ingin bermain.
Hijrah ke Inggris orang banyak mengingat dirinya sebagai pemain Man. Utd
atau Spurs. Kedua masa itulah yang melambungkan pesepak bola yang mengaku
sebagai fans Newcastle United dan Alan Shearer ini. Masa bermain di Spurs
selama dua musim Berbatov mencetak 23 gol pada dua musim berturut-turut dari
102 kali bermain atau memiliki rasio 0,45 gol. Saat ini di Liga Inggris rasio gol tersebut
hampir sama dengan Mata dan Steve Fletcher (0,44) atau Dzeko (0,47). Statistik
seperti ini terhitung bagus dan kemudian membuat Berbatov memasuki babak baru
sebagai orang yang dicinta dan dibenci karena gaya bermainnya.
Sebelum lini depan Manchester United diisi oleh Dimitar Berbatov para
fans terbiasa di servis oleh penampilan trengginas Ruutje yang mampu memberi 30
gol per musim bagi Setan Merah atau Rooney yang gaya bermain enerjiknya ideal
bagi mata umat sepak bola Inggris. Gaya bermain Berbatov memperlihatkan sesuatu
yang lain. Santai, rileks, tidak panik, tenang, berbeda dari gaya bermain Kick and Rush. Namun sayangnya Manchester
United, Inggris dan fansnya tidak terbiasa melihat bentuk seni seperti ini.
Pers Inggris memberi cap pemain ini pemalas.
Jika anda sedang ada di Roma bersikaplah seperti layaknya seorang warga
Roma. Agaknya yang satu ini bisa menggambarkan keadaan Berbatov. Ada anggapan
di masyarakat sepak bola Inggris bahwa sepak bola seharusnya dimainkan dengan
cara tertentu, yaitu berlari 90 menit sambil melempar tekel di atas lapangan
berlumpur, lebih lengkap bila hari itu hujan sehingga efeknya lebih dramatis.
Rakyat Inggris suka jika para pemain sepak bola mereka bermain penuh aksi secara fisik. Untuk memahami dan mengapresiasi Berbatov kita harus melihat di luar Inggris. Kebanyakan dari mereka (warga sepak bola Inggris) masih terpaku dengan pakem lama yang tidak menghiraukan bahwa zaman modern ini sisi teknik pun sanggup mendapat tempat terbaik di dunia sepak bola. Apakah mereka belum akrab dengan Iniesta atau Pirlo? terlalu banyak Makelele, Keane dan Gascoigne, mungkin?
Rakyat Inggris suka jika para pemain sepak bola mereka bermain penuh aksi secara fisik. Untuk memahami dan mengapresiasi Berbatov kita harus melihat di luar Inggris. Kebanyakan dari mereka (warga sepak bola Inggris) masih terpaku dengan pakem lama yang tidak menghiraukan bahwa zaman modern ini sisi teknik pun sanggup mendapat tempat terbaik di dunia sepak bola. Apakah mereka belum akrab dengan Iniesta atau Pirlo? terlalu banyak Makelele, Keane dan Gascoigne, mungkin?
Tuntutan itu pun tidak lepas dari sorotan publik yang justru makin tertuju pada
Berbatov saat bermain untuk brand
sepak bola paling terkenal di dunia. Tekanan berubah menjadi beban yang tak
terelakkan ketika Berbatov kemudian disandingkan dengan Eric Cantona. Seperti
bumerang, semua harapan yang tidak tercapai ini justru menyulitkan bagi
Berbatov yang di musim pertama (2008/2009) hanya menghasilkan rasio 0,32 gol lalu di musim berikutnya turun
menjadi 0,27 gol dan memasuki musim terbaiknya sebagai topskorer Premier League
dengan rasio 0,50 gol kurang diberi apresiasi. Salah satu faktornya memang
karena torehan golnya tidak secermelang masa-masa bermain di Spurs selain itu
karena Berbatov sulit menyelesaikan kesempatan mudah seperti simpel tap-in, lain halnya jika Berbatov harus
melakukan tendangan overhead kick
atau scissor kick. Transfer baru yang
mendatangkan Hernandez dan keinginannya memanfaatkan produk akademi, Welbeck,
semakin mengurangi jatah bermain Berbatov sehingga terpaksa angkat kaki dari
Manchester.
Tetapi tidak perlu khawatir. Pria yang mengaku belajar bahasa Inggris
dari film Godfather ini tidak lantas kehilangan tempat di Inggris. Berbatov
nyatanya tetap kalem walau kedatangannya di Firenze ditunggu
oleh suporter La Viola di jeda musim panas pria kelahiran Blagoevgrad memutuskan tidak jadi
naik pesawat menyebrangi selat Inggris menuju negara pasta dan lebih memilih
berlabuh untuk fish and chips di
London. Semua berada dalam kendalinya, tidak ada yang bisa memaksa bagaimana
atau di mana Berbatov akan bermain kecuali dirinya sendiri.
Kini dia reuni dengan Martin Jol di Fulham. Permainannya mungkin sudah
tidak lagi di puncak performa walau tetap mampu mempertahankan rasio gol 0,40. Tidak buruk mengingat dia bermain dengan kesempatan terbatas. Seperti ingin mendapat kepercayaan lebih dari gaffer, dalam pertandingan melawan
Southampton silam Berbatov yang hampir terpeleset karena bola telah melewati
badannya namun dengan sigap dia berhasil mencetak gol pertama Fulham dan
melakukan selebrasi buka baju seperti yang diperlihatkan foto di atas pada pertandingan melawan Southampton.
Begitulah si kalem Berbatov, dia bekerja dengan caranya sendiri dalam
waktunya sendiri, tapi seseorang lupa bilang tulisan di kaosnya belum lengkap.
Seharusnya, “Keep calm and pass me the
ball which is you think I can’t make it into the back of the net but somehow I can.”
No comments:
Post a Comment