Saturday, 1 December 2012

1 Desember 2010 - 1 Desember 2012

Untuk Indonesia dari Indonesia

Dua tahun yang lalu.

Okto Maniani memang tidak terkenal dengan akurasi umpannya namun kala itu dia berhasil memberikan Irfan Bachdim bola matang di depan gawang Malaysia yang membuat nama pemain keturunan Belanda tersebut meroket. Ulangan gol itu sudah sangat sering kita lihat di televisi, biasanya ditemani lagu "Garuda Di Dadaku" dari Netral.

Pertandingan berakhir dengan skor akhir Indonesia menang 5-1 dari Malaysia. Lalu semua media, bahkan program infotainment yang biasanya memberitakan gosip murahan, mengarahkan lampu sorotnya kepada timnas. Berulang-ulang kali gol Irfan Bachdim diputar,diputar lagi, lagi, lagi, lagi, lagi...pusing. 

Masih ada yang ingat bagaimana pemain naturalisasi ini menjadi trending topic kemudian makin sering lalu lalang di layar televisi kita? Pasti ingat, apakah ada yang ingat media kita memberitakan perilaku suporter kita yang menyoraki lagu kebangsaan Malaysia? Jangan heran bila anda tidak ingat, memang tidak pernah ada berita semacam itu.

Kejadian ini terjadi tepat dua tahun yang lalu. Jauh-jauh hari saya menandai hari itu. Maklum kuliah di Bandung jadi harus sedikit usaha untuk ke stadion utama. Berbeda dengan sekarang, saat itu stadion tidak penuh. Ramai tapi tidak penuh. Tiket pun masih mudah didapat. berita di media juga biasa saja. Ada beberapa penonton yang mendukung Malaysia, bukan ultras, kemungkinan besar penonton kerah biru. Kemudian kedua tim memasuki lapangan dan lagu kebangsaan pun dikumandangkan. "Boooooooo.....", begitu teriak pendukung Merah Putih ketika "Negaraku" terdengar. Saya rasa sebagian besar orang melakukannya, mungkin mereka tidak merasa ada yang salah atau mungkin saja mereka tidak peduli lagi apakah tindakan mereka salah atau benar yang penting dukung, titik.

Lagu kebangsaan merupakan sebuah ritual yang sakral dalam sepak bola, tidak seharusnya mendapat perlakuan seperti itu. Di negara asalnya sepak bola mendapat julukan sebagai gentlemen's game dan saling menghargai atau respect menjadi kata yang paling akrab dengannya. Keesokan harinya sama sekali tidak ada kontroversi mengenai hal ini. Pihak Malaysia tidak melayangkan protes resmi.

Dua tahun kemudian. 

Pertandingan pertama Indonesia melawan Laos. Menit-menit awal sang Garuda lebih menguasai pertandingan yang bila Irfan Bachdim lebih tenang mungkin dengan mudah bisa unggul 2 gol. Andik Vermansyah tampil hebat membuat bek kiri Laos kelimpungan karena tidak mampu menyamai akselerasi pemain berumur 21 tahun tersebut. Kita semua tahu apa yang terjadi selanjutnya. 

Setelah pertandingan berakhir kemudian muncul kabar yang menarik perhatian pemerhati sepak bola Indonesia. Sekelompok kecil yang mengaku sebagai Ultras Malaya mengunggah video berisi lagu yang liriknya kurang enak didengar. “Indonesia itu anjing”, kata mereka. KBRI sendiri masih mencari tahu tanggal kejadian peritiwa tersebut. Sebuah santapan bagi media dan masyarakat kita juga kecanduan terhadap provokasi seperti ini. Tanggapan masyarakat yang panas ditambah sikap KBRI yang berlebihan agaknya menjadi lucu ketika mengingat apa yang kita lakukan dua tahun yang lalu.

Saya coba menjadi obyektif disini, kita bilang harga diri bangsa kita diinjak tapi, bung, ini sepak bola tolonglah jangan terlalu serius. Apalagi jika kita menggeneralisasi sebagian kecil kelompok tersebut. Sebegitu tercampurkah sepak bola kita dengan politik sehingga kita lupa caranya bersenang-senang dalam stadion?

Sebagai negara penonton sepak bola seharusnya tidak asing dengan chant-chant miring yang berseliweran dalam stadion. Suporter Premier League yang nun jauh di sana menjadi "teladan" bagi para couch potato macam kita ini juga melakukan hal yang sama. Terlebih lagi bagi para suporter kafe saya yakin sudah terbiasa adu chant atau jangan-jangan sikap kita memang biasa saja dan semua reaksi panas masyarakat terhadap aksi Ultras Malaya ini lebih karena pembentukan dari media? Mungkin saja, sangat mungkin. 

Dua tahun sudah saya menunggu AFF, terserah apa kata KBRI atau PSSI atau media atau si kumis itu, saya hanya ingin menikmati sepak bola. Semoga Timnas meraih hasil yang terbaik!

No comments:

Post a Comment