Monday, 31 December 2012

Pemain Terbaik 2012: Ronaldo dan Messi di Stoke

How's Stoke bro?


Pada 7 Januari seluruh dunia sekali lagi akan melihat siapa pemenang Ballon D’ Or, penobatan pesepak bola terbaik dunia, antara Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.

Ronaldo mendapat gelar ini di tahun 2008 dan sejak itu Messi selalu lebih unggul di tahun 2009, 2010, dan 2011 untuk kemudian menjadi pemain termuda yang meraih penghargaan tersebut sebanyak tiga kali. Lebih hebat dari Cruyff, Platini dan Van Basten. Tahun 2012 persaingan antara model PES dan FIFA ini kembali mencuat, ada kemungkinan Iniesta hanya menjadi pelengkap, tentu hebat jika dia suatu saat mendapat apresiasi lebih atas usahanya baik di level timnas dan klub tapi imej persaingan Ronaldo versus Messi agaknya mendatangkan atensi media lebih banyak.

Memang sah-sah saja jika Messi dinobatkan kembali sebagai pemain terhebat yang pernah tercatat dalam jagat sepak bola, lagipula dia adalah anak Tuhan, alien dan kutu yang bermutasi akibat radiasi atom nuklir. Tahun 2012 mengukuhkan kemampuan mencetak golnya di lapangan hijau dengan 91 gol! Pele 76 dan Muller 85 sudah dilampaui, well, memang belum sebanyak Godfrey Chitalu tapi rasanya legenda Zambia itu pun sulit mengulang performa Messi di La Liga atau mampukah Messi melakukannya di Afrika? Kita tidak akan pernah tahu. Tidak perlu jauh-jauh dari Spanyol ke Afrika, banyak orang masih sering meragukan performa Messi bermain di Liga Inggris, mampukah dia melakukan hal yang sama seperti di Catalonia bila dia bertemu dengan Stoke di bawah guyuran hujan pada tengah pekan? Ronaldo tentu sebagai alumnus Premier League (yang katanya liga sepak bola terbaik) tidak diragukan kemampuan fisiknya beradu dengan Shawcross dkk.

Menimbulkan pertanyaan ketika Stoke menjadi standar kelayakan untuk menentukan seseorang pantas dikatakan sebagai pemain terbaik di dunia atau tidak. Mengapa tidak sekalian Messi dan Ronaldo bermain di musim hujan Stadion Benteng Tangerang? Tapi untuk kali ini anggaplah Stadion Brittania sebagai stadion berisikan bek-bek dengan tekel keras yang sanggup membuat anda berharap tidak pernah menginjakkan kaki di sana meski di La Liga sendiri juga ada sosok seperti Pepe.

Mempertemukan Stoke dan Barcelona akan menjadi sesuatu yang sangat sulit mungkin setingkat dengan realisasi proyek MRT di kota Jakarta, bisa, mungkin, dapat dilakukan, kenapa tidak, tapi sulit. Faktanya pada pertandingan tengah pekan musim 2012/2013 pasukan Toni Pullis meraih 100% rekor kemenangan berhadapan dengan Newscastle dan Liverpool. Mungkin saja Barcelona dan Messi akan mendapat nasib serupa mungkin juga tidak.

Sebagai perbandingan kita dapat menggunakan pertandingan antara Celtic dengan Barcelona karena saya yakin taktik yang akan Stoke persiapkan sebelas dua belas dengan klub Glasgow tersebut dan cuaca mereka tidak jauh berbeda. Mereka sama-sama menerapkan 4-4-2 dan gelandang tengah Whelan dan Nzonzi bisa saja berperan sebagai Wanyama dan Ledley malam itu.

Seperti yang dikatakan Zonal Marking, bermain sempit menjadi kunci melawan Barcelona yang tidak memiliki penyerang jangkung sehingga aman bila mereka harus menghalau umpan silang. Seharusnya Huth dan Shawcross mampu melakukannya. Stoke lagipula secara statistik tim yang paling sedikit kebobolan (17) diikuti oleh juara bertahan Manchester City (19). Poin vokal kedua adalah sayap Celtic tidak aktif menyerang tetapi rajin menempel Alba dan Alves. Etherington dan Whitehead bisa saja melakukannya, dengan berharap pada keberuntungan. Selain itu bergantung pada penampilan kiper sebagai palang pintu terakhir. Menurut Castrol Football, Begovic di posisi 71 mengumpulkan 736 poin atau posisi 2 sebagai penjaga gawang, performanya hanya kalah dari Steeve Elana, kiper Lille, yang memiliki poin 786. Setelah melihat dari perspektif ini mungkin saja mereka bisa menahan skuad Villanova tapi tidak Messi. Di Parkhead gol konsolasi Barcelona tetap datang dari fantasista mereka.

Beralih dari Stoke mungkin kita akan mempertanyakan Messi beruntung berada di tim yang sudah komplit, lihat bagaimana prestasinya bersama agentina, dari sini rasanya kurang adil jika tidak melihat Ronaldo dari perpektif yang sama. Real Madrid bukan hanya Ronaldo bahkan mayoritas gol Ronaldo—sama seperti Messi—lahir dari assist Ozil dan Alonso. Belum selesai di situ, Messi dibandingkan Ronaldo hanya bermain di satu klub sedangkan Ronaldo pernah bermain di Sporting Lisbon, Manchester United dan Real Madrid, di sana terbukti Ronaldo tetap menjaga kualitas. Messi tidak perlu melakukannya, tidak bila Sir Alex Ferguson dan Pep Guardiola dianggap sebagai 2 dari manajer terhebat dunia, tentu anda mengerti apa maksud saya.

Musim ini pun raihan trofi mereka berdua tidak jauh berbeda dan keduanya tidak berprestasi di level timnas. Jika sudah begini Messi kemungkinan besar kembali meraih Ballon d’Or dan pertanyaan yang sama akan muncul kembali, mampukah dia bermain melawan Stoke? Tunggu dulu, mampukah Ronaldo? Berapa banyak gol yang dia buat di pertempuran Brittania?  

Friday, 28 December 2012

Si Kalem Dimitar Berbatov

Keep calm guys, he's here


Setiap hari manusia selalu berkomunikasi. Tidak ada saat yang luput dari kegiatan yang satu ini dan diantara kegiatan interaksi tukar pesan antar individu tersebut tidak selalu dilakukan secara verbal. Ada banyak cara orang menyatukan persepsi tanpa bertukar kata. Sebagian lebih nyaman melakukannya karena mereka introvert atau mungkin saja ternyata orang itu Dimitar Ivanov Berbatov.

Jika anda mengaku sebagai penikmat sepak bola Inggris anda akan mengenal permainan sepak bola itu identik dengan operan tempo cepat dan melibatkan pemain banyak berlari sprint, tentu menyaksikan seorang Berbatov menimbulkan pertanyaan apakah Berbatov di masa kecilnya benar-benar berniat bermain sepak bola atau memang Tuhan memberikan bakat sentuhan sehalus sutra pada orang yang salah.

Namun lain hal bila anda lahir dan besar di Bulgaria. Disana kemampuan Berbatov tidak dipertanyakan karena pria ini dianugerahi gelar pemain sepak bola terbaik Bulgaria sebanyak 7 kali. Jika anda orang yang percaya setiap kejadian timbul akibat hubungan sebab-akibat maka bisa dikatakan kemahiran olah bola Dimi punya alasan tersendiri, kedua orang tuanya adalah atlit (sepak bola dan bola tangan) dan bagai apel yang jatuh tidak jauh dari pohonnya bakat tersebut turun kepada Dimitar Berbatov kecil.

Lahir dan besar di Bulgaria sebagai salah satu eks negara komunis mungkin saja membentuk kepribadian Berbatov yang terkenal kalem. Dia pernah hidup dalam krisis, antri 8 jam hanya untuk mendapatkan roti, dan Berbatov termasuk salah satu anak dengan tipikal cerita memanfaatkan apa pun untuk dimainkan sebagai bola sepak. Bukan karena terlalu maniak dengan bola namun keluarganya tidak sanggup membelikan bola, pernah suatu saat ruang tamu keluarga Ivan Berbatov berantakan akibat anaknya ini bermain bola dalam apartemen kecil mereka. Begitulah Berbatov, kalem, apa adanya, dia tidak menuntut banyak dia hanya ingin bermain.

Hijrah ke Inggris orang banyak mengingat dirinya sebagai pemain Man. Utd atau Spurs. Kedua masa itulah yang melambungkan pesepak bola yang mengaku sebagai fans Newcastle United dan Alan Shearer ini. Masa bermain di Spurs selama dua musim Berbatov mencetak 23 gol pada dua musim berturut-turut dari 102 kali bermain atau memiliki rasio 0,45 gol.  Saat ini di Liga Inggris rasio gol tersebut hampir sama dengan Mata dan Steve Fletcher (0,44) atau Dzeko (0,47). Statistik seperti ini terhitung bagus dan kemudian membuat Berbatov memasuki babak baru sebagai orang yang dicinta dan dibenci karena gaya bermainnya.

Sebelum lini depan Manchester United diisi oleh Dimitar Berbatov para fans terbiasa di servis oleh penampilan trengginas Ruutje yang mampu memberi 30 gol per musim bagi Setan Merah atau Rooney yang gaya bermain enerjiknya ideal bagi mata umat sepak bola Inggris. Gaya bermain Berbatov memperlihatkan sesuatu yang lain. Santai, rileks, tidak panik, tenang, berbeda dari gaya bermain Kick and Rush. Namun sayangnya Manchester United, Inggris dan fansnya tidak terbiasa melihat bentuk seni seperti ini. Pers Inggris memberi cap pemain ini pemalas.

Jika anda sedang ada di Roma bersikaplah seperti layaknya seorang warga Roma. Agaknya yang satu ini bisa menggambarkan keadaan Berbatov. Ada anggapan di masyarakat sepak bola Inggris bahwa sepak bola seharusnya dimainkan dengan cara tertentu, yaitu berlari 90 menit sambil melempar tekel di atas lapangan berlumpur, lebih lengkap bila hari itu hujan sehingga efeknya lebih dramatis.

Rakyat Inggris suka jika para pemain sepak bola mereka bermain penuh aksi secara fisik. Untuk memahami dan mengapresiasi Berbatov kita harus melihat di luar Inggris. Kebanyakan dari mereka (warga sepak bola Inggris) masih terpaku dengan pakem lama yang tidak menghiraukan bahwa zaman modern ini sisi teknik pun sanggup mendapat tempat terbaik di dunia sepak bola. Apakah mereka belum akrab dengan Iniesta atau Pirlo? terlalu banyak Makelele, Keane dan Gascoigne, mungkin?

Tuntutan itu pun tidak lepas dari sorotan publik yang justru makin tertuju pada Berbatov saat bermain untuk brand sepak bola paling terkenal di dunia. Tekanan berubah menjadi beban yang tak terelakkan ketika Berbatov kemudian disandingkan dengan Eric Cantona. Seperti bumerang, semua harapan yang tidak tercapai ini justru menyulitkan bagi Berbatov yang di musim pertama (2008/2009) hanya menghasilkan rasio  0,32 gol lalu di musim berikutnya turun menjadi 0,27 gol dan memasuki musim terbaiknya sebagai topskorer Premier League dengan rasio 0,50 gol kurang diberi apresiasi. Salah satu faktornya memang karena torehan golnya tidak secermelang masa-masa bermain di Spurs selain itu karena Berbatov sulit menyelesaikan kesempatan mudah seperti simpel tap-in, lain halnya jika Berbatov harus melakukan tendangan overhead kick atau scissor kick. Transfer baru yang mendatangkan Hernandez dan keinginannya memanfaatkan produk akademi, Welbeck, semakin mengurangi jatah bermain Berbatov sehingga terpaksa angkat kaki dari Manchester.

Tetapi tidak perlu khawatir. Pria yang mengaku belajar bahasa Inggris dari film Godfather ini tidak lantas kehilangan tempat di Inggris. Berbatov nyatanya tetap kalem walau kedatangannya di Firenze ditunggu oleh suporter La Viola di jeda musim panas pria kelahiran Blagoevgrad memutuskan tidak jadi naik pesawat menyebrangi selat Inggris menuju negara pasta dan lebih memilih berlabuh untuk fish and chips di London. Semua berada dalam kendalinya, tidak ada yang bisa memaksa bagaimana atau di mana Berbatov akan bermain kecuali dirinya sendiri.

Kini dia reuni dengan Martin Jol di Fulham. Permainannya mungkin sudah tidak lagi di puncak performa  walau tetap mampu mempertahankan rasio gol 0,40. Tidak buruk mengingat dia bermain dengan kesempatan terbatas. Seperti ingin mendapat kepercayaan lebih dari gaffer, dalam pertandingan melawan Southampton silam Berbatov yang hampir terpeleset karena bola telah melewati badannya namun dengan sigap dia berhasil mencetak gol pertama Fulham dan melakukan selebrasi buka baju seperti yang diperlihatkan foto di atas pada pertandingan melawan Southampton.

Begitulah si kalem Berbatov, dia bekerja dengan caranya sendiri dalam waktunya sendiri, tapi seseorang lupa bilang tulisan di kaosnya belum lengkap. Seharusnya, “Keep calm and pass me the ball which is you think I can’t make it into the back of the net but somehow I can.” 

Wednesday, 26 December 2012

Drama Perayaan Natal Manchester United

Dancing through the night

Berbeda dengan liga besar Eropa lain yang memberikan kesempatan berlibur bagi para pemain dan suporter untuk merayakan Natal di rumah maka warga Inggris dan sepak bolanya lebih memilih boxing day. Ada sembilan pertandingan berlangsung dimana dua di antaranya mempertemukan Manchester dan Tyneside.

Di Old Trafford, Newscastle menatap laga tandang tanpa kehadiran pemain andalan seperti Cabaye, Tiote dan Gutierrez ditambah lawannya berstatus sebagai pemuncak klasemen yang menang 15 dari 18 pertandingan mereka kala boxing day, catatan pertandingan sebelumnya antar kedua tim ini berakhir mutlak 0-3 bagi United di St.James Park, keran gol Papis Cisse yang deras pada setengah musim lalu (13) pun mampet hingga separuh musim ini (2), belum selesai disitu, Magpies sudah 2 dekade tidak mencicipi manisnya tiga poin dari Setan Merah. Suram.

Namun semua bisa terjadi bagi mereka yang percaya akan keajaiban Natal dan di mana lagi tempat yang tepat jika bukan di Teater Mimpi. Para pemain Manchester United yang berkostum merah-putih sama seperti Santa pun kian berbaik hati menjamu tamunya. Bermula dari menit 3 saat Chicharito memberikan off-pass kepada Carrick yang tidak bisa mengontrol bola tersebut dan Cisse senang hati menerimanya untuk memberikan sepakan mengarah ke gawang De Donuts yang kemudian memberikan hadiah pertama bagi Newscastle dengan menepis bola langsung ke arah Pearch, 0-1. Benar-benar sebuah hadiah diberikan untuk Pardew dan timnya yang agaknya lebih berniat menumpuk salju di depan gawang Tim Krul demi menghalau gol Man. United seperti terlihat dari penguasaan bola 60%-40% sampai menit ke 5.

Rotasi pemain berjalan buruk untuk tuan rumah. Sisi kiri dan kanan tidak mampu berbuat banyak berhadapan dengan Simpson dan Santon padahal kita tahu tim Ferguson adalah sayap sentris. Buruk di serangan buruk juga di pertahanan. Evra yang penampilannya kian membaik akhir-akhir ini pantas jika dijadikan kambing hitam setelah gol pertama datang dari area pertahanannya justru tidak berada dalam posisi ketika proses gol kedua terjadi. Ketika nasib tampak berpihak kepada United, Evans mencetak gol keduanya dan Mike Dean turut berkontribusi kepada hadiah kedua Newcastle malam ini setelah sebelumnya hakim garis menganulir gol Evans karena Cisse yang berdiri di posisi off-side.

Menjadi perdebatan apakah gol bunuh diri Evans seharusnya dianulir karena kehadiran Cisse yang dianggap “mengganggu” atau tidak ada urusan ketika pemain bunuh diri maka siapa pun yang berada di belakangnya tidak turut dihitung berperan serta. Saya lebih setuju dengan Paul Masefield yang mengatakan “That’s a disgrace decision”. Terima tidak terima pertandingan akan terus berjalan dan dua kado natal Newscastle di tanah Manchester mungkin saja hari ini Alan Pardew tidak pulang dengan tangan hampa.

Tapi, bung, itu babak pertama.

Paruh kedua laga di OT semua berada pada tempatnya bagi Fergie. Percaya atau tidak, ditandai dengan berhentinya hujan. Sempat mengejar 2-2 dari tendangan akurat kapten United namun lini belakang kembali terbuai sehingga memberikan 1 gol lagi bagi Newscastle ketika Cisse berlari bebas tanpa pengawalan Evra, Scholes maupun Evans menjadi kado Natal terakhir yang mereka bawa pulang dari Manchester. Bangku cadangan cepat merespon saat Cleverley yang permainannya lebih dinamis masuk menggantikan Scholes dan Valencia semakin cepat mengalirkan bola ke depan membuat serangan United lebih tajam suplai bola ke Robin van Persie dan Chicharito juga kian melimpah.

Efeknya terasa ketika pergerakan United lancar seperti piston mobil yang baru ganti oli. Tidak perlu menunggu lama bagi United saat tembakan keras RvP menjadi skor ketiga mereka dan gol Chicharito entah sengaja disimpan untuk saat-saat terakhir atau memang sial, kesempatan demi kesempatan belum berhasil di konversi si kacang polong menjadi gol. 4 tembakan dihasilkan penyerang Meksiko ini dan 2 diantaranya mengarah ke gawang Newcastle hanya untuk ditangkap atau terhalang pemain bertahan Newcastle.

Memasuki Fergie’s Time Javier Hernandez mendapat tembakan kelima dan menghabiskan setengah dari seluruh kuota tembakan mengarah ke gawang United saat striker oportunis ini memasukan bola yang mendekatkan Ferguson’s hatchling ke gelar 20 mereka sebagai juara Inggris!

Punchline dari Santa Klaus: Sunderland 1-0 City, gol dari Adam Johnson. Selamat Natal semua!

Sunday, 9 December 2012

Adu Tinju AFF di Malaysia

Perebutan titel juara jago tinju Asia Tenggara 2012

Silahkan saksikan tarung tinju 9 ronde antar dua petinju kelas bulu memperebutkan gelar juara Asia Tenggara!

Sebagai tuan rumah dan sang juara bertahan dari sudut biru, sambutlah Pakcik Mohammad Barammudin, biasa dipanggil Udin. Lawannya berasal dari sudut merah Thailand, Teeratep Waratoi, biasa dipanggil Atep. 

Dengan derasnya dukungan terhadap Udin di kandang sendiri petinju Malaysia pun lebih aktif bergerak menekan petinju Thailand mengejar kesana kemarin walau biasanya gaya bertinju Udin lebih banyak bertahan menggunakan double arm block lalu melakukan straight jarak jauh mematikan yang membuat lawannya K.O. Namun bukan petinju Thailand namanya jika baru segitu saja sudah kerepotan. Sering menekan membuat tangan kanan Udin beberapa kali telat terangkat untuk melindungi badannya dan disitulah jab kiri Atep beberapa kali masuk meskipun tidak telak. Meski Atep tidak terkena pukulan yang mematikan rasanya juri akan tetap memberi ronde pertama untuk Udin.

Memasuki ronde kedua, petinju Thailand berhasil membuat satu pukulan telak ke wajah Udin namun jagoan tuan rumah masih sanggup berdiri. Atep menjadi percaya diri dan mulai mengeluarkan jab-jab cepat yang memaksa Udin memasang double arm block andalannya. Tentu di ronde kedua juri sepakat memberi poin untuk petinju Thailand.

Kedua petinju menunjukkan mengapa mereka pantas masuk ke semifinal. Baik Malaysia dan Thailand terlihat mulai memahami karakter lawan mereka masing-masing. Tidak mau kalah dihadapan pendukung sendiri, trainer Rajagapol dengan tenang dan sabar meingstruksikan petinjunya untuk berani meladeni petinju Thailand. Kontras di sudut merah, Wilfred trainer Atep berkebangsaan Jerman lebih ekspresif dan meledak-ledak.

Di ronde keempat Udin dan Atep lebih bamyak bertukar pukulan, pertarungan menjadi lebih terbuka. Gaya Udin yang khas counterpuncher mulai merepotkan Atep. Satu momen ketika ronde empat tersisa dua puluh detik, sisi kiri petinju berjuluk Gajah Putih ini lengah dan hook kanan telak mendarat di wajah Atep. Boom! Atep pun terjatuh. 

Segera saat memulai kembali di ronde lima Wilfred memberi instruksi kepada Atep.Sebelumnya tidak pernah jatuh lebih dulu. Jelas setelah itu Atep lebih agresif, sudah seharusnya sebagai petinju yang bergaya in-fighter dia lebih banyak mengambil inisiatif. jab-jab-hook kanan diulang sekali dua kali. Udin sedikit kewalahan meski belum ada tinju Atep yang benar-benar bersih mengenai lawannya. Meski di ronde lima Atep lebih unggul dia masih tertinggal karena sempat mencium kanvas di ronde sebelumnya.

Tidak mau kalah, begitu memasuki ronde keenam Udin mengejutkan Atep melalui straight keras. Atep masih sanggup mengelak dan kemudian menjaga jarak. Saat pertengahan ronde enam Atep kembali berusaha menjatuhkan Udin, dia pun melancarkan uppercut yang tipis menyerempet dagu Udin. Telat sedetik saja dia pasti terhempas mendarat di tengah ring. Kini Atep merasakan momentumnya dengan terus-terusan menekan tapi pertahanan blok dua tangan Udin tidak kalah begitu saja.

Bel tanda ronde ketujuh pun dibunyikan. Hanya tersisa tiga ronde untuk membalikkan keadaan bagi sang tamu. Atep mati-matian menekan lawannya untuk mencari ruang bagi pukulannya. Penonton masih mengelu-elukan nama Udin sebagai bentuk dukungan. Selangkah demi selangkah Atep mulai mengejar tidak menyisakan ruang bagi Udin. Saat bel berbunyi menandakan ronde tujuh menyisakan 10 detik terakhir akhirnya straight kiri Atep masuk telak mengenai Udin! Wasit sempat menghitung hingga tujuh sebelum Udin bangun kembali dan meneruskan pertarungan.

Di ronde kedelapan tidak dipungkiri tubuh kedua petinju yang bertanding dengan tempo cepat ini mulai terkuras stamina. Tercatat satu pukulan Udin sempat mengenai rusuk Atep tapi pria Thailand itu tidak goyah meski efeknya pasti terasa. Selain pukulan tersebut tidak banyak hal yang terjadi di ronde ini. Agaknya kedua petinju diinstruksikan menyimpan tenaga untuk habis-habisan di ronde terakhir.

Akhirnya ronde terakhir! Atep dan Udin sama-sama berjuang mati-matian hingga titik darah penghabisan. Tidak ada taktik hanya refleks yang saling beradu. Pukul balas pukul sampai kaki kedua petinju tersebut mulai goyah hanya tersisa tekad menjadi juara dan hadiah juara yang sanggup membuat mereka berdiri disana. "Terus, terus!" terdengar Rajagapol yang kalem juga mulai panas. Sayang bel akhir terlalu cepat terdengar dan kedua petinju masih berdiri di tengah ring.

Tidak ada pilihan, tiga juri memberi nilai sama kuat bagi Mohammad Barammudin dan Teeratep Waratoi. Seri!

Wednesday, 5 December 2012

Dan Nominasi Tim Tahun Ini Adalah ...

What's yours?


Bulan terakhir di tahun 2012. Banyak cerita seru di tahun ini dengan akhir Liga Champion yang tidak disangka-sangka dan hadirnya pesta sepak bola Eropa. Ada banyak alasan untuk memilih siapa pemain terbaikmu di benua biru tersebut.

Lebih dari setengah tahun yang lalu, semi final Liga Champion mempertemukan Barcelona v Chelsea dan Madrid v Muenchen. Banyak yang mengira El Classico menjadi hidangan penutup Liga Champions saat itu. Kita terbukti salah, walau di sisi lain saya senang tidak over dosis El Classico. Akhirnya Chelsea dan Muenchen menjadi dua tim terakhir yang memperebutkan “si kuping besar” di Jerman. Kita semua tahu bagaimana ceritanya pertandingan itu berjalan dan Roberto Di Matteo menjadi pahlawan London Barat.

Tahun 2012 memang memuaskan bagi kita para pecandu sepak bola, setelah Liga Champion datanglah EURO. Well, turnamen trofi Henry Delaunay memperlihatkan pemain-pemain yang jarang saya lihat selain di Premier League dan Liga Champion, itu cukup berpengaruh untuk memberikan perspektif berbeda. Ibra melakukan gol terindah di turnamen empat tahun itu dan permainan Pirlo membuktikan mengapa AC Milan seharusnya mempertahankan regista tersebut.

Silahkan bila mau menyumbangkan suara kalian untuk UEFA’s Team of theYear

Ini Team of the Year versi saya, mereka mungkin akan kemasukan dua hingga tiga gol setiap pertandingan tapi tidak ada yang sanggup menyamai daya ledak komposisi tim ini:

GK:
Manuel Neuer
Dibandingkan tiga kompetitor lainnya Neuer yang berumur 26 tahun menjadi pemain termuda; Buffon (34), Cech (30) dan Casillas (31) membuktikan bakatnya sebagai penjaga gawang tidak lagi diragukan dan hanya akan menjadi semakin baik. Bila melihat dari gelar prestis Buffon memang penjaga gawang terbaik dan juara dunia 2006, Cech juara Liga Champion terbaru, dan Casillas tidak perlu dijelaskan panjang lebar. Manuel Neuer bisa saja bukan pilihan favorit banyak orang namun statistik membuktikan anak bawang ini pun memiliki keunggulan, dia melakukan 28 kali clean sheet, paling banyak di antara mereka berempat.

DEF:
Sergio Ramos
Mungkin banyak yang tidak membutuhkan dirinya di dalam Team of the Year tapi jelas dia pemain yang stabil dan selalu diandalkan baik oleh Spanyol, Real Madrid dan Mesut Ozil #bromance

Jordi Alba
From ashes to ashes, from La Masia to Barcelona. Sama seperti Cesc, Jordi pun berpulang kembali ke Catalunya. Dia juga salah satu pencetak gol di final EURO 2012. Penampilannya bersama Barcelona musim ini juga Valencia musim lalu menjadikannya bek sayap kiri terbaik dunia versi saya. Setidaknya seseorang harus mewakili posisi bek sayap di UEFA’s Team of the Year, Jordi Alba tampak cocok.

Andrea Barzagli
Berumur 31 tahun dan sudah membela 8 klub. Barzagli tidak tampak menonjol sebagai bek Italia yang terkenal karena permainan bertahan yang kuat. Semuanya berubah ketika dia bermain di bawah arahan Conte. Barzagli kemudian menjadi pilihan tetap La Vecchia Signora dan Cesare Prandelli pun kepincut untuk menggunakan jasanya di lini bekalang Gli Azzurri. Bersama Juventus dia berhasil melakoni 49 laga tidak terkalahkan yang membawa Juventus sebagai Capolista, dia orang yang tepat jika anda membutuhkan seseorang yang tangguh di lini belakang. Barzagli memang kalah populer dari Gerrard Pique, Vincent Kompany atau Matt Hummels makanya saya pilih dia.

MID:
Marco Reus
Pemenang penghargaan pesepak bola terbaik Jerman 2012, 23 tahun, gelandang dengan gol (22) terbanyak dibanding yang lain. Nuff said.

Andrea Pirlo
Pirlo membuktikan dirinya belum habis dengan membawa Juventus menjadi juara dan Italia sebagai runner up EURO 2012. Umpan akuratnya bagai goresan kuas di kanvas, dia adalah seorang seniman sebelum pesepak bola. Panenka ke gawang Joe Hart membuktikan hal tersebut. Saya harus menyisakan satu tempat untuk sang legenda.

Andres Iniesta
Jika anda pernah menonton sepak bola rasanya tidak perlu dijelaskan lebih lanjut, dia adalah Andres Iniesta itu pun sudah menjadi alasan yang jelas.

Mesut Ozil
Seperti Iniesta-Xavi bagi Messi, Cristiano Ronaldo pun membutuhkan peranan Xabi Alonso dan Mesut Ozil. Sayangnya alam semesta berputar di sekitar Ronaldo sehingga bantuan mereka kurang mendapat kredit dibandingkan rivalnya di Barcelona. Untuk perbandingan Iniesta dan Xavi memberikan 12 dan 6 assist sepanjang tahun 2012, berapa yang diberikan oleh Ozil di tahun 2012? 18. Alasan lain dia masuk Team of the Year karena Ramos pun masuk daftar saya #bromance

FWD:
Lionel Messi
Ya, ya, mungkin kalian bosan mendengar namanya, tapi bagaimana bisa anda bosan melihat gol-golnya? 82 gol dan terus bertambah. Awalnya saya tidak ingin memasukkan nama Messi atau CR7 dalam Team of the Year ini karena saya yakin orang lain akan memilih mereka tetapi melihat seseorang melewati rekor gol satu tahun Pele (76) dan mengejar raihan gol milik Gerd Muller (85) membuat sulit untuk tidak memasukkan nama Leo disini. “He’s like Playstation”, kata Arsene Wenger.

Radamel Falcao
Tahukah anda bahwa performa Falcao dan Ronaldo di La Liga tidak jauh berbeda? Data powertable.com sebelum derby Madrid memperlihatkan perbedaan keduanya hampir sama hebat, dari rasio gol mereka berdua tidak jauh berbeda 12/13 berbanding 11/12, hanya saja jumlah tembakan ke gawang Ronaldo hampir dua kali lebih banyak dari Falcao namun El Tigre lebih unggul dari segi duel udara. Seseorang yang sanggup menyamai Ronaldo membuktikan dia cukup kompeten untuk masuk Team of the Year.

Zlatan Ibrahimovic
Gol-gol ajaibnya membuat dirinya berada di sini, tidak lebih.



Sunday, 2 December 2012

Petualangan Joni

“65% populasi dunia mengalami masalah berat badan atau obesitas”
-WHO

1983 merupakan tahun dimana Billie Jean dari Michael Jackson meledak menjadi hits, peringkat pertama di Billboard 100 selama delapan minggu. Ditahun yang sama Joni kecil lahir di Belanda. Tepatnya di kota Velp, sebuah kota kecil yang memiliki luas 11,01 km. Sekedar perbandingan, Jakarta memiliki luas 740,3 km. Joni kecil merupakan anak yang aktif, dia gemar berolahraga. Sepak bola menjadi favoritnya sama seperti anak-anak di Amsterdam, Heerenveen dan Rotterdam. Joni kecil bukanlah anak yang paling tinggi di lingkungannya namun jelas dia juga bukan yang terpendek. Joni sering bermain basket namun seperti yang kita tahu, Eropa tergila-gila dengan sepak bola. Begitu juga dengan Joni, setiap sore dia sering keluar dari pintu belakang rumahnya untuk bermain sepak bola di lapangan rumput sebelah sungai Ijssel.

Beranjak dewasa Joni mendapat kesempatan untuk mewujudkan mimpinya. Dia beruntung, tidak semua orang dapat menjalankan hidup sesuai impiannya. Sebuah klub yang terletak di Doetinchem berjarak 21,5 km (Serius, ini beneran dihitung) dari lingkungan masa kecilnya, Velp. Dari sini Joni mendapat kesempatan berlaga di Eredivisie. Tentu kedua orang tuanya senang putra kebangaannya akan bermain di divisi utama Liga Belanda, terlebih lagi karena klub barunya berlokasi lebih dekat dari rumah mereka. Setelah menempuh 27 km dari Doetincheim menuju Arnheim Jhonny sudah membayangkan kemungkinan apa saja yang terjadi. Bisa saja setelah dari situ dia di kontrak PSV atau mungkin dia menarik perhatian klub Jerman, bahkan Inggris? Siapa yang tahu.

Sayang nasib berkata beda. Joni tidak pernah jadi pemain level nasional, lupakan selat Perancis, di Eredivisie pun dia mati-matian. Setelah kesana kemari mencoba peruntungan akhirnya datang panggilan dari negara yang hanya dia tahu dari cerita orang tuanya atau brosur perjalanan ke Bali yang sering ditunjukkan teman-temannya.

 “Eh, tunggu dulu”, pikir Joni. “Gue sama sekali ngga tau apa-apa tentang Jakarta.” Dia mendapat kesempatan besar untuk meraih sesuatu yang belum pernah dia dapat. Menjadi terkenal. Entah dapat kabar darimana dan Joni pun tidak mau banyak pikir, yang dia tahu dia mendapat kesempatan menjadi wakil Timnas Indonesia. “Mereka gila tapi bukan urusan gue jika mereka yang salah,” Joni tersenyum dalam hatinya. 11.306 km kemudian dia sampai di Indonesia!

Kesan pertama di Indonesia tidak buruk.. Dia mendapat atensi media tetapi bukan itu yang membuat hari-harinya menjadi lebih baik. Murah, semua menjadi lebih murah bagi Joni. Terima kasih kepada valas hari-hari Joni berada di jalur yang benar. Memang dasar keturunan Indonesia, Joni mulai merasa bosan dengan sepak bola. Dia lebih tertarik dengan mall-mall di sekitar Senayan. Makan ini makan itu, banyak makanan yang dia suka. Namun yang menjadi favorit adalah Burger King di Senayan City. Tentu selain dekat rasanya juga agak sangat khas. Ukurannya yang besar berisi daging dengan rasa kapitalisme yang sebelumnya sudah direndam saus ketamakan diapit oleh roti publisitas. Anda tahu kelanjutannya dari semua petualangannya di negara hutan hujan ini dia hanya bermain selama 25 dari 270 menit (8,57%). 

Moeder, ik heb nachtmerrie. ik was Indonesian”, Joni kecil terbangun, berkeringat di sekujur tubuhnya.

Saturday, 1 December 2012

1 Desember 2010 - 1 Desember 2012

Untuk Indonesia dari Indonesia

Dua tahun yang lalu.

Okto Maniani memang tidak terkenal dengan akurasi umpannya namun kala itu dia berhasil memberikan Irfan Bachdim bola matang di depan gawang Malaysia yang membuat nama pemain keturunan Belanda tersebut meroket. Ulangan gol itu sudah sangat sering kita lihat di televisi, biasanya ditemani lagu "Garuda Di Dadaku" dari Netral.

Pertandingan berakhir dengan skor akhir Indonesia menang 5-1 dari Malaysia. Lalu semua media, bahkan program infotainment yang biasanya memberitakan gosip murahan, mengarahkan lampu sorotnya kepada timnas. Berulang-ulang kali gol Irfan Bachdim diputar,diputar lagi, lagi, lagi, lagi, lagi...pusing. 

Masih ada yang ingat bagaimana pemain naturalisasi ini menjadi trending topic kemudian makin sering lalu lalang di layar televisi kita? Pasti ingat, apakah ada yang ingat media kita memberitakan perilaku suporter kita yang menyoraki lagu kebangsaan Malaysia? Jangan heran bila anda tidak ingat, memang tidak pernah ada berita semacam itu.

Kejadian ini terjadi tepat dua tahun yang lalu. Jauh-jauh hari saya menandai hari itu. Maklum kuliah di Bandung jadi harus sedikit usaha untuk ke stadion utama. Berbeda dengan sekarang, saat itu stadion tidak penuh. Ramai tapi tidak penuh. Tiket pun masih mudah didapat. berita di media juga biasa saja. Ada beberapa penonton yang mendukung Malaysia, bukan ultras, kemungkinan besar penonton kerah biru. Kemudian kedua tim memasuki lapangan dan lagu kebangsaan pun dikumandangkan. "Boooooooo.....", begitu teriak pendukung Merah Putih ketika "Negaraku" terdengar. Saya rasa sebagian besar orang melakukannya, mungkin mereka tidak merasa ada yang salah atau mungkin saja mereka tidak peduli lagi apakah tindakan mereka salah atau benar yang penting dukung, titik.

Lagu kebangsaan merupakan sebuah ritual yang sakral dalam sepak bola, tidak seharusnya mendapat perlakuan seperti itu. Di negara asalnya sepak bola mendapat julukan sebagai gentlemen's game dan saling menghargai atau respect menjadi kata yang paling akrab dengannya. Keesokan harinya sama sekali tidak ada kontroversi mengenai hal ini. Pihak Malaysia tidak melayangkan protes resmi.

Dua tahun kemudian. 

Pertandingan pertama Indonesia melawan Laos. Menit-menit awal sang Garuda lebih menguasai pertandingan yang bila Irfan Bachdim lebih tenang mungkin dengan mudah bisa unggul 2 gol. Andik Vermansyah tampil hebat membuat bek kiri Laos kelimpungan karena tidak mampu menyamai akselerasi pemain berumur 21 tahun tersebut. Kita semua tahu apa yang terjadi selanjutnya. 

Setelah pertandingan berakhir kemudian muncul kabar yang menarik perhatian pemerhati sepak bola Indonesia. Sekelompok kecil yang mengaku sebagai Ultras Malaya mengunggah video berisi lagu yang liriknya kurang enak didengar. “Indonesia itu anjing”, kata mereka. KBRI sendiri masih mencari tahu tanggal kejadian peritiwa tersebut. Sebuah santapan bagi media dan masyarakat kita juga kecanduan terhadap provokasi seperti ini. Tanggapan masyarakat yang panas ditambah sikap KBRI yang berlebihan agaknya menjadi lucu ketika mengingat apa yang kita lakukan dua tahun yang lalu.

Saya coba menjadi obyektif disini, kita bilang harga diri bangsa kita diinjak tapi, bung, ini sepak bola tolonglah jangan terlalu serius. Apalagi jika kita menggeneralisasi sebagian kecil kelompok tersebut. Sebegitu tercampurkah sepak bola kita dengan politik sehingga kita lupa caranya bersenang-senang dalam stadion?

Sebagai negara penonton sepak bola seharusnya tidak asing dengan chant-chant miring yang berseliweran dalam stadion. Suporter Premier League yang nun jauh di sana menjadi "teladan" bagi para couch potato macam kita ini juga melakukan hal yang sama. Terlebih lagi bagi para suporter kafe saya yakin sudah terbiasa adu chant atau jangan-jangan sikap kita memang biasa saja dan semua reaksi panas masyarakat terhadap aksi Ultras Malaya ini lebih karena pembentukan dari media? Mungkin saja, sangat mungkin. 

Dua tahun sudah saya menunggu AFF, terserah apa kata KBRI atau PSSI atau media atau si kumis itu, saya hanya ingin menikmati sepak bola. Semoga Timnas meraih hasil yang terbaik!