Monday, 12 November 2012

Kegamangan Spurs

Where I wanna be


"Orang Italia sangat ahli dengan apa yang mereka lakukan. Bahkan ketika seorang Italia menjadi tukang sapu mungkin dia merupakan tukang sapu terbaik di dunia," ingat saya tentang kata-kata ini dari seseorang yang bicara di televisi.

Begitulah kira-kira pendapat orang Eropa sendiri tentang orang Italia. Mereka memang agak aneh, bicara dengan tangan yang bergerak kesana-kesini, tapi harus diakui para pemakan pasta ini menggeluti bidang mereka masing-masing dan menjadi ahli  dalam hal tersebut. The Doctor, begitu sebutannya, ujar Valentino Rossi.

Lalu bagaimana keahlian orang Italia berhubungan dengan sebuah tim di London Utara? Tidak banyak. Kecuali keadaan kontras antara orang Italia dan Gareth Bale. Yang satu memilih suatu keahlian untuk terus diasah hingga kemudian menjadi ahli sedangkan yang lainnya mencoba ini itu hingga akhirnya lupa mengapa dia sempat (entah masih atau tidak) diberi label wonderkid. Semua bermula di malam Liga Champions dimana tim underdog Liga Inggris yang melaju dari babak kualifikasi berhadapan dengan raksasa Italia yang memang seperti sudah menjadi haknya untuk bermain di liga para juara Eropa. Spurs datang ke Giuseppe Meazza, mempertemukan Bale dengan Douglas Maicon.

Malam itu berakhir dengan kemenangan bagi Internazionale tetapi keesokan paginya bukan sebuah kemenangan yang menjadi berita tajuk utama melainkan aksi hattrick dari pemuda Wales membuka mata dunia tentang seorang pemain berbakat, pemain sayap yang mengerti bagaimana memaksimalkan permainan terbuka hingga menghempaskan salah satu bek sayap dunia saat itu, Maicon, seperti memasang mesin V8 di kap mobil VW Beetle, siapa sangka bisa lari begitu cepat.

Jika anda masih ingat malam itu maka tidak salah bila banyak yang bernostalgia dengan kenangan di era 90an saat Ryan Giggs merobek lini perhananan lawan Manchester United di Liga Inggris. Mereka sama-sama bermain di sektor kiri, sama-sama sebagai pemain sayap (walau Bale awalnya sebagai bek), sama-sama warga negara Wales, sayangnya Bale bermain di zaman yang menuntut pemain sayap untuk lebih dari sekedar pemberi umpan—Ya, anda sah untuk menyalahkan Cristiano Ronaldo. Mengacu pada sepak bola saat ini diharuskan untuk menjadi pemain yang lebih all-rounder dibandingkan dengan pemain satu dekade sebelumnya. Bila anda bisa bermain di sayap kiri maka anda harus bisa juga bermain di sayap kanan, seperti Cristiano Ronaldo, tambahkan dengan  kewajiban untuk sanggup melakukan cut inside serta mampu menembak dengan kedua kaki sama kuat, seperti Cristiano Ronaldo (lagi).

Sayangnya Bale bukanlah CR7. Bale lebih seperti Giggs atau Valencia. Singkatnya, Bale bukanlah amphibi, dia tidak hidup di dua sayap. Jadi, bila ingin memaksimalkan peranan Bale tempatkanlah dia di tempat seharusnya. Di musim 2011/2012 dimana Aaron Lennon sempat mengalami cedera dan Bale diberi peranan free-role terkadang di kiri sesekali di kanan. Hasilnya? Kacau. Spurs merosot hingga akhirnya diungguli oleh Arsenal dan karena status Chelsea sebagai penyandang juara Eropa membuat anak asuh ‘Arry Redknapp berpuasa dari jatah pemasukan Liga Champions. Namun di  balik musibah selalu ada hikmah.

Memasuki musim 2012/2013 Andre Villas-Boas menggantikan King ‘Arry. Perlahan tapi pasti mantan staff Mourinho ini menyusun potongan puzzle untuk mengarungi Premier League dengan optimis. Rival Arsenal ini tidak perlu berjibaku di kompetisi level Liga Champions dan memang seharusnya hanya Liga Inggris yang patut mereka perhatikan. Bale kembali menjadi andalan. Matchday 11 EPL. Spurs datang ke Etihad Stadium, mempertemukan Bale dengan Douglas Maicon (sejak pertengahan babak 2).

Oke katakanlah dia tidak benar-benar berhadapan dengan Maicon. Bukan disitu letak vokal masalahnya melainkan bagaimana cara dia memilih perannya untuk membantu tim meraih kemenangan. Bermain menggunakan 4-2-3-1 dimana Emmanuel Adebayor berperan sebagai post player sangat jelas Villas-Boas membatasi daya jelajah timnya. Dari whoscored.com, persentase ball possesion 68% bagi tuan rumah, Spurs lebih senang menunggu untuk melakukan serangan balik mematikan. Tidak begitu kejadiannya. Emmanuel Adebayor tampil sendirian di lini depan. Kerja keras Adebayor mendapatkan rating 6.93 berbandingan dengan rating pria Wales 6.8. Persentase operan Spurs? Hanya 65%. Bila ide awalnya menggunakan kedua sayap sebagai kekuatan utama maka keberhasilan operan Bale dengan 63% dan di sayap kanan Lennon jauh lebih parah hanya 43% ini artinya Adebayor tidak mendapatkan suplai yang diinginkan. Sebagai perbandingan David Silva sebagai MoTM dan kebetulan bermain di sayap memiliki keberhasilan operan 78%. Sayangnya disaat rencana A ini mulai tidak bekerja kemudian Bale mulai menjelajah ke tengah. Gareth Bale merupakan definisi kecepatan di Premier League dan seharusnya daya jelajahnya dibatasi di habitat terbaiknya.

Andai saja Bale bermain selayaknya pemain sayap konservatif.

Saturday, 3 November 2012

That Man, Falcao!

Surely scoring for fun


Cerutu Kolombia, kopi Kolombia, kokain Kolombia.....pesepakbola Kolombia?

Kolombia bukanlah sebuah negara yang antah berantah. Banyak alasan yang membuat Kolombia terkenal. Dari segi geografis saja Kolombia mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis. Bisa dibilang Kolombia ini seperti nasi campur, semua ada. Hutan Amazon masih termasuk menjadi bagian, begitu juga dengan pegunungan Andes dan laut Karibia. Agrikultur negara ini pun terkenal mendunia. Siapa tidak kenal dengan nama besar kopi Kolombia, apalagi cerutu Kolombia yang tampak nikmat, ah jangan lupa juga kokain Kolombia!

Bagaimana dengan persepakbolaannya? Setidaknya mereka pernah juara Copa America satu kali.

Di bagian Amerika Selatan Kolombia bukanlah produsen pemain sepakbola seperti Brazil, Argentina atau Uruguay bukan berarti membuat mereka miskin bakat sepak bola. Sebut saja nama Cordoba dari Inter, si rambut singa Valderrama, bek tua Milan Yepes, Rodallega juga kelahiran Kolombia, siapa yang bisa melupakan Juan Pablo Angel! Lalu ada kisah tragis Andres Escobar dan pemain Kolombia favorit saya, Rene Higuita, the Scorpion Kick. Prestasi sepakbola Kolombia bisa dibilang tidak buruk. Memang mereka pernah menang Copa America di tahun 2001 (dengan catatan) tetapi beberapa kali berhasil kualifikasi masuk Piala Dunia hanya berstatus sebagai tim pelengkap. Tapi kali ini ada sesuatu yang berbeda di DNA tubuh timnas Kolombia. 

Dilatih oleh Pekerman, saya ingat manajer ini karena laga Argentina kontra Jerman di PD 2006, laju Kolombia terbilang bagus dengan berhasil menempati posisi ketiga berjarak empat poin dari pemuncak klasemen. Mereka bahkan diatas sensasi PD 2010 lalu,Uruguay, yang kini menjadi tim pesakitan setelah juara Copa America. Tidak sekedar posisi tiga di kualifikasi PD 2014, Kolombia kini bertengger di peringkat 9 FIFA. Sepuluh besar. Di atas Perancis juga Brazil. Siapa lagi jika bukan El Tigre, Radamel Falcao, yang telah mencetak lima gol dari lima partai terakhir Kolombia di kualifikasi Amsel menuju Brazil 2014.

Falcao menjadi pahlawan baru Kolombia. Lupakan nama Valderrama sebagai peraih caps terbanyak atau kiper eksentrik, Higuita. Dengan catatan 15 gol (terbanyak di Kolombia 25) rasanya mungkin-mungkin saja Falcao akan mencatatakan namanya di puncak daftar striker terbaik Kolombia.

Berpindah dari Kolombia menuju Spanyol. Falcao yang kini berbaju merah putih berhasil membawa Atletico Madrid untuk menempel ketat Barcelona. Persaingan Madrid dan Barcelona memang sulit terpisahkan tetapi dengan Madrid yang berbeda, siapa sangka? Atletico Madrid hanya berbeda selisih gol dan belum pernah kalah di La Liga. Sama seperti C.Ronaldo dan Messi, Falcao pun menjadi tulang punggung tim yang mencetak 10 dari 22 gol atau setara 45% gol Atletico Madrid berasal darinya, kaki kanan, kaki kiri, kepala, semua bisa.

Sebelum bermain di salah satu liga utama Eropa, La Liga, Falcao sangat impresif bersama Porto untuk meraih treble mereka. Terkadang saya berpikir faktor Falcao lebih berpengaruh daripada kemampuan taktik dari Andres Villas-Boas yang menjadikan mereka raja di Eropa (kasta dua). Bermain selama tiga musim bersama The Dragons Falcao mempunyai rata-rata 1,2 gol per pertandingan. Ada sedikit cerita bahwa pemain ini hampir saja  berlabuh di Feyenoord bila tidak dicegah oleh River Plate. Dengan bermain di La Liga kini semua orang di dunia bisa melihat gaya permainannya dan memang tidak salah jika dia dianggap sebagai salah satu striker kotak 16 terbaik untuk saat ini.

Kita tunggu dia berlabuh di klub besar, tanpa maksud meremehkan Atletico. Terlebih lagi ketika Chelsea masih merindukan kehadiran Drogba sebagai penggedor utama mereka dan performa Torres belum juga memuaskan kebutuhan gol The Blues. Bagi Falcao permainan cepat nan menguras fisik seperti Premier League tampaknya bukan suatu kendala, lagipula orang inilah yang memupus perlawanan The Blues dari Atletico Madrid di UEFA Super Cup 2012 dengan hattricknya. 

Falcao tukar Torres? Pas.

Sunday, 23 September 2012

Menanti Pengganti Sang Jendral United

There's only one Keano

Pahlawan seringkali diingat untuk jasa-jasanya. Pahlawan sering dirindukan disaat susah oleh mereka yang membutuhkan. Agaknya pahlawan yang satu ini pun menjadi sosok yang sedang dicari-cari oleh Sir Alex untuk melengkapi potongan yang hilang dalam puzzle komposisi pemain Manchester United.

Sang mantan petinju amatir yang telah menekuni olahraga adu pukul sejak umur 9 tahun ini berasal dari keluarga kelas pekerja di Mayfield daerah suburb Cork, Irlandia. Tidak heran latar belakangnya tersebut membentuk kepribadiannya yang terkenal emosional.

Beranjak dewasa, Roy Maurice Keane, ternyata lebih menunjukkan bakat di sepakbola. Kapten Manchester United sepeninggal Eric Cantona memang identik dengan klub merah Manchester walau dia sebenarnya mengawali karir sepakbola profesional EPL dari Nottingham Forest dan menyelesaikannya di klub yang dia idolai sejak kecil, Glasgow Celtic.

Mengumumkan pensiun dari sepakbola saat bermain di klub ibukota Irlandia tersebut sejak 2006 Roy Keane telah beberapa kali mencoba peruntungan untuk menjadi manajer di Liga Inggris, sayangnya belum ada yang dapat dikatakan sukses. Walau begitu karirnya sebagai kapten Setan Merah tidak berbanding lurus dengan karir manajerialnya. Keane dapat digolongkan sebagai pemain sukses, pemain yang sulit dilupakan, uniknya bukan karena kemampuan mengolah bola yang dia miliki tetapi karena karakteristiknya yang begitu menonjol sebagai jendral lapangan tengah United.

Apa yang kita ingat dari pemain bernomor punggung 16? Dia merupakan orang yang temperamen, bila kita bertanya kepada Alfie Haaland mungkin dia akan mengatakan Keane sebagai pendendam terburuk yang pernah dia temui,  dia jelas tidak sungkan untuk mengkritik rekan setim, si kapten juga terkenal untuk gol inspiratif pada laga tandang di Turin saat Treble 1998/1999 silam, sedikit yang kita ketahui dia juga ternyata penyayang binatang—silahkan googling tentang Triggs. Pernah suatu saat Stephen Hawking terlihat berlari layaknya orang sehat dan tidak menggunakan “kursi santai”nya lalu seseorang bertanya bagaimana hal itu bisa terjadi? Dia baru saja bertemu Roy Keane, dia tidak suka dengan suaranya dan dengan satu gebrakan meja saya melihat apa yang anda lihat.

Singkatnya Roy Keane adalah pria yang tidak bisa diam, tidak bisa jauh dari berita, baik atau (seringkali) buruk. Walau begitu  Manchester United lebih membutuhkan sosoknya lebih dari apapun saat ini, anak asuh Sir Alex butuh pemain yang sanggup mengatakan, “Woy jing! Main lu jelek!” untuk menyadarkan bahwa mereka sejatinya adalah juara dan selalu dituntut untuk bermain layaknya juara dan juara tidak membiarkan permainannya didominasi seperti yang dilakukan oleh Gerrard, Allen dan Shelvey. Yang pertama disebut baru saja mengalami malam yang emosional dengan memperingati Hillsborough karena sepupunya menjadi korban kala itu, pada pertandingan ini dia pun mencetak gol pertama pemberi harapan namun sayang semua usaha kapten Liverpool itu digagalkan oleh Mark Halsey.

Peluit akhir pertandingan menyatakan tim tamu meraup tiga poin di Anfield dengan catatan permainan mereka sungguh tidak memuaskan, nyatanya Liverpool lebih menguasai pertandingan walau harus bermain dengan sepuluh orang sejak Foster Adams mentekel dua kaki Evans saat berebut bola 50-50 di akhir babak pertama. Statistik Whoscored.com menyatakan Si Bangau unggul dalam penguasaan bola sebesar 52% dengan 14 tembakan 6 diantaranya mengarah ke gawang Lindegaard. Di sisi lawan MU hanya berhasil melakukan 3 tembakan ke gawang, setengah dari yang tuan rumah lakukan.

Bukan hal yang baru bahwa Manchester United memiliki kelemahan sepeninggal Roy Keane untuk sektor perebutan bola di tengh lapangan. Masuknya Hargreaves pada tahun 2007 sempat memberi angin segar untuk Rooney cs namun sayang dia memiliki kaki kaca. Harapan kemudian berlanjut dengan performa Darren Fletcher tetapi belakangan pria Skotlandia harus beristirahat satu musim penuh dan belum ada kepastian apakah dia akan kembali mencapai puncak permainannya kembali. Carrick yang diproyeksikan di posisi Keane tampak tidak bisa berperan seperti pendahulunya tersebut, pemberian nomor punggung 16 pun tidak banyak membantu juga memungkiri keadaan bahwa yang menjadi faktor pembeda Keane bukanlah kemampuan bermain bolanya tetapi jiwa kepemimpinan yang dimilikinya. Fakta di lapangan membuktikan Keane sering membuat onar tetapi terkadang aura intimidatif tersebut mampu menjadi nilai positif tergantung darimana anda melihatnya.

Musim baru berlanjut, puluhan juta poundsterling telah digelontorkan runner up EPL musim lalu. Kagawa, Buttner dan Van Persie membuktikan mereka sanggup memberi kontribusi. Bukan berarti masalah lama Man.United akan terselesaikan dengan hal ini, kebutuhan United akan ball winner akan tetap mengganggu mereka.

Sampai sekarang kehadiran Robin Van Persie masih membawa keberuntungan untuk Red Devils tetapi di saat bersamaan “keberuntungan” belum bertemu dengan musuh bebuyutannya, Yaya Toure.

Saturday, 25 August 2012

Operan Michael Laudrup

A perfect match for The Swan?


Musim lalu di Championship mempertemukan West Ham dengan Millwall. Bagi sebagian atau bisa dibilang para penggemar film Green Street Hooligans menjadi agenda tersendiri yang tidak dapat dilewatkan terlebih lagi setelah kejadian antar suporter mereka yang saling masuk ke lapangan pada musim sebelumnya semakin memperkuat konflik kedua klub tersebut.

Sekarang West Ham dan Millwall tidak lagi berada dalam kasta yang sama. West Ham dengan Big Sam kembali ke tingkat tertinggi liga Inggris bersama Kevin Nolan sebagai kapten mereka.Tidak jauh berbeda dengan West Ham, Swansea City masih bisa dibilang sebagai pendatang baru di Premier League setelah mendapatkan promosi semusim lebih dahulu.

Pada minggu kedua Swansea menjamu West Ham di The Liberty Stadium. Hal yang membuat pertandingan ini menarik karena di atas kertas baik Swansea atau West Ham tidaklah jauh berbeda. Selain itu saya penasaran bagaimana kelanjutan performa mereka setelah mencetak sejarah kemenangan terbesar di kandang lawan setelah membabat QPR 5 gol tanpa balas. Optimisme yang ditunjukan Michael Laudrup dalam interview ESPN mengatakan kemenangan kandang menjadi prioritas utama ternyata bukan sekedar bualan. Ketokan palu The Hammers tidak mampu mengalahkan The Swan saat menundukkan mereka 3-0.

Seperti kata pepatah yang mengatakan mempertahankan selalu lebih sulit daripada mendapatkan sesuatu begitu juga kiranya nasib para debutan EPL. Banyak yang mempertanyakan kesanggupan satu-satunya tim Wales yang mampu berlaga di divisi teratas liga Inggris ini untuk mengulang performa musim lalu dengan sepeninggalan pilar tim. Namun tampaknya kehilangan Allen, Sighurdsson dan kemungkinan Scott Sinclair bahkan kepergian Brendan Rodgers ke Liverpool tidak kemudian membuat mereka kehilangan cara bermain musim lalu.

Jujur saja cara bermain mereka mengingatkan cara bermain Master League dan ini merupakan pujian. Biasanya untuk menambah tantangan kita menggunakan tim medioker tetapi konsekuensinya hampir tidak ada pemain yang sanggup keeping ball dengan baik membuat rasio operan kita meningkat dan berbeda dengan tim di dunia nyata dalam Master League kita akan selalu bermain menyerang begitu juga dengan tim yang berseragam serba putih ini.

Kepergian Rodgers pun tidak menjadi hal yang disesali karena terbukti suksesornya tidak hanya sukses sebagai pemain dengan menjuarai La Liga 5 musim berturut-turut, 1 gelar Serie A dan 1 gelar Eredivisie. Jika tidak salah ingat catatan manajerial Michael Laudrup bersama Getafe (2008) pun terbilang impresif menampilkan sepakbola menyerang begitu juga musim ini operan tampaknya menjadi hal yang tidak berubah dari Swansea.

Kini dalam dua laga pembuka bersama pria kelahiran Frederiksberg mereka praktis menjaga tradisi dengan persentase operan 88% dan 13 dari 16 pemain tersebut memiliki pass success percentage diatas 80% menghasilkan 8 gol tanpa kebobolan.  Setidaknya hingga saat ini gaya bermain yang dipertahankan Laudrup sanggup membuat Sang Angsa terbang tinggi bahkan lebih tinggi dari Sang Bangau.

Lagipula Swansea dengan Laudrup seperti belajar masak langsung dengan chef Michelin bintang tiga, berada dalam arahan eks pemain klub dengan filosofi menyerang dan mengoper seperti Ajax juga Barcelona hanya akan memberi hal positif bagi mereka. Oper pengalamanmu Laudrup!

Wednesday, 22 August 2012

Gingham: Beli atau Tidak

From the mills of Manchester

Musim baru, Liga Inggris 2012/2013.

Tradisi membeli baju baru saat lebaran itu hal biasa. Kini ada tradisi lain, membeli jersey di musim baru justru lebih penting. Namun terkadang ada saat dimana momen seperti ini muncul, “Serius nih desain musim ini kayak begini? Beli ngga ya?”

Jersey baru MU dengan motif kotak-kotak mengundang arus deras kritik dari berbagai arah setara arus mudik kemarin. Kritik tersebut ternyata tidak berhenti disitu. Sudah terjatuh tertimpa tangga pula, seperti belum cukup Manchester United justru menambahnya dengan penampilan buruk mereka di Goodisan Park.

Menghadirkan motif kotak-kotak membuat banyak orang mengira pembuatannya diinpirasi oleh kilt asal Skotlandia untuk menghormati 25 tahun pengabdian Sir Alex Ferguson terhadap Manchester United. Untungnya bukan.

Bahkan pamor jersey Home MU musim ini mampu mengalihkan perhatian para penggila bola dari jersey Away FC Barcelona yang membuat saya membayangkan fruit punch perpaduan lemon dan jeruk ala resor liburan pulau tropis. Tinggal tambahkan kepala Messi diatasnya, lengkap.

Biasanya disebut Gingham. Dari namanya sangat british kan? Tapi asalnya lebih dekat dari yang kita kira. Gingham ini berasal dari bahasa Melayu, genggang, garis-garis membentuk motif taplak meja pada tim yang kini juga menjadikan George Soros sebagai investor tersebut. Dibawa oleh para orang Belanda dari Asia Tenggara ke Eropa, Inggris tepatnya, dan semenjak pertengahan abad ke 18 diproduksi di kota Manchester.

Kembali ke pertanyaan awal, “Beli ngga ya?” Lalu dengan cepat akan ada saja jawaban seperti “Belilah! yang penting kan klubnya!”. Tunggu dulu. Cara berpikir seperti itu juga salah. Jangankan mengurangi beban hutang Glazer di MU, duit tersebut paling jauh berputar di agan penyebar BM kan? Lagipula kita ini bagian dari ekosistem kapitalis brand olahraga terbesar yang sanggup mencopot “football club” dari lambangnya. Kita bukan warga asli Manchester, kita angka statistik penjualan mereka. Bukan saja MU tapi semua klub sepakbola negara dunia pertama.

Kalau begitu, tidak ada gunanya mendukung klub Eropa tersebut bila kita hanya angka statistik? Itu tergantung, boleh ya boleh tidak. Bagi saya beruntung ada yang namanya perspektif. Dari sudut pandang saya, Manchester United adalah klub yang saya idolakan. Titik.

Jadi, beli Gingham warna merah? Err....mungkin lebih baik saya ambil jersey Away. Versi Thailand.

Thursday, 16 August 2012

Bla..bla..bla..Van Persie..

Sooner or later, its his time to leave

JEGER!! Van Persie ke MU. Sebegitu mengagetkankah?

Adisi baru Manchester United ini bukan benar-benar hal yang mengejutkan mengingat SAF telah menunjukkan niat pembeliannya beberapa waktu lalu. Lagipula Wenger sendiri yang telah memberikan ban kapten kepada Van Persie. Dalam bahasa Arsenal, itu merupakan kode sebagai available players untuk musim selanjutnya.

Van Persie, top-skorer EPL musim lalu dengan torehan 30 gol di Arsenal kini mengikuti langkah Nasri dkk dan semakin mengukuhkan status Arsenal sebagai sekolah sepakbola Liga Inggris terbaik. Kini, rivalnya atau dulunya rival, Manchester United, bila nantinya berhasil mendapat tanda tangan RvP akan mengumpulkan pemain-pemain yang mengisi lini depan dengan striking force yang tidak dapat diremehkan. Tapi apa MU benar-benar membutuhkan Robin Van Persie?

Musim lalu menjadi kekalahan SAF yang mungkin paling menyakitkan selama karir manajerialnya. Kalah dengan cara paling menyakitkan yang dapat anda bayangkan dan dalam urusan mencetak gol. Seberapa sering anda mendengar hal tersebut? United pada musim lalu memang agak hambar dengan kesempatan yang mereka buat tetapi tidak mampu menuntaskan pekerjaan mereka, mungkin itu yang menjadi dasar pembelian RvP.

Well, diatas kertas Rooney hanya tertinggal 3 gol dibelakang striker anyar MU ini dengan matematika dasar setidaknya mereka berdua mampu memberikan jaminan 50 gol ditambah lini kedua seperti Kagawa, Nani, Young, Valencia, Cleverley dan lainnya. Langkah yang logis tetapi rasanya tidak seperti Manchester United.

Sekarang pertanyaannya apa yang terkenal dari Manchester United? Selain malam di Barcelona tahun 1999 kita juga akrab dengan youth player policy MU. Pembelian Da Silva, Phil Jones, Smalling, Hernandez,Powell hingga keberadaan Welbeck dan Cleverley cukup menjadi bukti. Lalu dengan kehadiran Van Persie fans MU sah-sah saja mempertanyakan kesempatan bermain bagi Hernandez dan Welbeck.

Dengan menghitung striker terbaik mereka ada empat nama yang akan bersaing. Rooney, Welbeck, Hernandez dan Van Persie tetapi Rooney seperti yang kita tahu menjadi pemain yang tidak mungkin diganti dan Van Persie, sulit, dia juga pembelian instan artinya bila menit bermain lebih banyak diberikan untuk dia menyisakan Welbeck lebih banyak bermain di sayap seperti yang beberapa kali sudah kita lihat dan Hernandez, jujur saja dia mungkin akan diturunkan sebagai opsi c, “super sub”. Kedatangan pemain yang gagal total di Euro 2012 ini pastinya akan sangat memotong menit bermain kedua pemain muda tersebut.

Menurut saya (mungkin juga banyak orang), sektor tengah United bisa mendapat lebih banyak perhatian, Luka Modric misalnya? Toh harganya tidak jauh berbeda karena dibandingkan dengan bangku cadangan Real Madrid, MU jelas lebih membutuhkan jasanya. Dan jangan sebut-sebut sektor bek kiri.

Setelah mencoba melihat dari berbagai sisi tentang kedatangan Van Persie, yang biayanya dapat dipergunakan untuk hal lain, saya tidak menemukan hal lain kecuali bahwa ini adalah jawaban dari ancaman kekuatan Manchester City.

Di Inggris bakat muda tidaklah menjanjikan. Anda dapat membaca kolom dari Andy Cole di FFT Indonesia bulan Agustus yang mengatakan Inggris sudah ketinggalan jaman. Sebagai perbandingan Spanyol memiliki jumlah pelatih pemain muda 10 kali lebih banyak dibanding Inggris. Menurutnya, Inggris merupakan negara yang kaku mengenai ini (pembinaan bakat) menyebabkan pemain muda menjadi barang langka (juga mahal) dan saat komoditas langka ini muncul kita tahu Arsenal selalu bergerak lebih cepat dari MU.

Tidak heran bila akhirnya United mengeyampingkan prinsip mereka untuk sesaat. Kalah sekali dari tetangga biru muda sudah menyakitkan apalagi bila mereka harus berada dalam masa kejayaan Manchester City dan harus puas kembali sebagai nomor dua.

United memerlukan jasa Robin Van Persie, United perlu striker matang yang berada dalam saat-saat puncaknya dan seiring sinar Van  Persie meredup akan tibalah giliran DW9.

Monday, 13 August 2012

Lebaran sebentar lagi? Liga Inggris!

Plus Reading, WHU dan Southampton

Akhir minggu ini kita akan bertemu dengan apa yang orang bilang dengan "hari kemenangan". Semua orang tahu tentang itu namun bagi sebagian memandang kemenangan ini dengan cara yang sedikit berbeda dari biasanya. Bagi yang berpuasa mereka "menang" karena telah sebulan menahan nafsu dengan berpuasa sedangkan hari kemenangan versi kita pada akhir minggu ini yang terhitung hanya dalam beberapa hari setelah tiga bulan berpuasa dari Liga Inggris!

Berjarak hanya seminggu, kita telah melihat bagaimana di akhir pekan ini beberapa tim favorit juara melakukan pemanasan terakhir mereka. Secara bersamaan para unggulan Inggris mencoba kekuatan dari klub-klub Jerman. Ada United yang bertandang ke Hannover, diikuti oleh Arsenal ke Cologne dan Liverpool menjamu Leverkusen. Tentu ada juga pemanasan yang lebih menyita perhatian seperti Chelsea-City. 

Peta kekuatan diprediksi belum banyak berubah, bagi Mark Lawrenson dan Robbie Savage (eks-Blackburn) City akan mempertahankan titel EPL mereka diikuti oleh United, Chelsea dan Arsenal. Bersebrangan dengan para ocehan komentator lokal yang nantinya akan selalu mengatakan "misi balas dendam" dari United, para pundit dari Mirror Football lebih logis terbukti hanya 3 dari 13 yang menempatkan sisi merah Manchester tersebut di posisi pemuncak klasemen.

United, walau kini memiliki Kagawa (dan terbukti influential) sebenarnya belum menutup lubang masalah mereka. Kagawa yang berposisi alami sebagai penyerang lubang dengan bermain di depan gelandang tengah bukan menjadi solusi dari masalah United musim lalu. Realistis saja, deretan gelandang tengah MU masih seperti baju tambal-sulam dan itu pun tidak bisa mengandalkan kehadiran Scholes di setiap pertandingan ditambah masalah di bek kiri, sulit melupakan bagaimana buruknya penampilan Evra saat kejadian six and the City.

City sebagai rival dari United masih menjadi kekuatan dominan di EPL. Statistik membuktikan mereka sebagai tim paling agresif dan sedikit kebobolan disaat bersamaan pada musim sebelumnya bukan sesuatu yang dipandang sebelah mata. Tevez yang hampir banting setir menjadi caddy golf ternyata masih tajam di barisan depan City dengan golnya ke gawang Cech. Tampaknya hanya ego mereka sendiri yang akan menjadi tantangan mempertahankan gelar juara namun bila saja Yaya Toure entah karena suatu hal harus absen selama setidaknya setengah musim akan meringankan pesaing lainnya (tidak ada yang mustahil kan...).

Chelsea selain dari United akan memberikan perlawanan yang cukup berat bagi City. Dari segi pertahanan mereka merupakan tim yang tidak perlu diragukan (melihat performa UCL), dengan catatan Ivanovic tidak lupa minum obat dengan dosis yang setidaknya membuat dia tidak lupa bahwa dia masih pemain bola bukan UFC. Polesan Chelsea di lini depan dengan Hazard dan Marin masih masuk akal ditambah Torres yang ternyata mampu mengisi pos peninggalan Drogba, tentu pembuktiannya akan sangat ditunggu musim ini.

Hal menarik terjadi di London Utara, Wenger kini telah menghabiskan 40m Pounds dan berhasil membuat para Gooners terhibur dengan pembelian pemain bintang sekelas Podolski. Dengan bertambahnya tiga peluru tampaknya Bendtner dipastikan tidak sendiri keluar dari tim. Sebenarnya kelemahan Arsenal bukan bertitik berat pada jumlah peluru mereka, ada hal lain yang menjadi momok bagi meriam London yaitu Johan Djorou. Asal pemain ini tidak banyak bermain Arsenal memiliki kesempatan memeriahkan perebutan titel EPL sampai akhir musim.

Untuk Spurs dan Liverpool dengan gaffer baru, mereka tampaknya masih sibuk dengan diri masing-masing. Siapa pun yang menjadi pemenang tampaknya harus berdesak-desakan dalam menapak tangga menuju juara tetapi satu hal yang pasti, haus sepakbola kita akan terbayarkan hanya dalam hitungan hari! Selamat berlebaran dengan layar kaca anda masing-masing :D