How's Stoke bro? |
Pada 7 Januari seluruh dunia sekali lagi akan melihat siapa pemenang
Ballon D’ Or, penobatan pesepak bola terbaik dunia, antara Cristiano Ronaldo
dan Lionel Messi.
Ronaldo mendapat gelar ini di tahun 2008 dan sejak itu Messi selalu
lebih unggul di tahun 2009, 2010, dan 2011 untuk kemudian menjadi pemain
termuda yang meraih penghargaan tersebut sebanyak tiga kali. Lebih hebat dari
Cruyff, Platini dan Van Basten. Tahun 2012 persaingan antara model PES dan FIFA
ini kembali mencuat, ada kemungkinan Iniesta hanya menjadi pelengkap, tentu
hebat jika dia suatu saat mendapat apresiasi lebih atas usahanya baik di level
timnas dan klub tapi imej persaingan Ronaldo versus Messi agaknya mendatangkan
atensi media lebih banyak.
Memang sah-sah saja jika Messi dinobatkan kembali sebagai pemain
terhebat yang pernah tercatat dalam jagat sepak bola, lagipula dia adalah anak
Tuhan, alien dan kutu yang bermutasi akibat radiasi atom nuklir. Tahun 2012
mengukuhkan kemampuan mencetak golnya di lapangan hijau dengan 91 gol! Pele 76
dan Muller 85 sudah dilampaui, well,
memang belum sebanyak Godfrey Chitalu tapi rasanya legenda Zambia itu pun sulit
mengulang performa Messi di La Liga atau mampukah Messi melakukannya di Afrika?
Kita tidak akan pernah tahu. Tidak perlu jauh-jauh dari Spanyol ke Afrika,
banyak orang masih sering meragukan performa Messi bermain di Liga Inggris,
mampukah dia melakukan hal yang sama seperti di Catalonia bila dia bertemu
dengan Stoke di bawah guyuran hujan pada tengah pekan? Ronaldo tentu sebagai
alumnus Premier League (yang katanya liga sepak bola terbaik) tidak diragukan
kemampuan fisiknya beradu dengan Shawcross dkk.
Menimbulkan pertanyaan ketika Stoke menjadi standar kelayakan untuk
menentukan seseorang pantas dikatakan sebagai pemain terbaik di dunia atau
tidak. Mengapa tidak sekalian Messi dan Ronaldo bermain di musim hujan Stadion
Benteng Tangerang? Tapi untuk kali ini anggaplah Stadion Brittania sebagai
stadion berisikan bek-bek dengan tekel keras yang sanggup membuat anda berharap
tidak pernah menginjakkan kaki di sana meski di La Liga sendiri juga ada sosok
seperti Pepe.
Mempertemukan Stoke dan Barcelona akan menjadi sesuatu yang sangat sulit
mungkin setingkat dengan realisasi proyek MRT di kota Jakarta, bisa, mungkin,
dapat dilakukan, kenapa tidak, tapi sulit. Faktanya pada pertandingan tengah
pekan musim 2012/2013 pasukan Toni Pullis meraih 100% rekor kemenangan
berhadapan dengan Newscastle dan Liverpool. Mungkin saja Barcelona dan Messi
akan mendapat nasib serupa mungkin juga tidak.
Sebagai perbandingan kita dapat menggunakan pertandingan antara Celtic
dengan Barcelona karena saya yakin taktik yang akan Stoke persiapkan sebelas
dua belas dengan klub Glasgow tersebut dan cuaca mereka tidak jauh berbeda. Mereka
sama-sama menerapkan 4-4-2 dan gelandang tengah Whelan dan Nzonzi bisa saja
berperan sebagai Wanyama dan Ledley malam itu.
Seperti yang dikatakan Zonal
Marking, bermain sempit menjadi kunci melawan Barcelona yang tidak memiliki
penyerang jangkung sehingga aman bila mereka harus menghalau umpan silang.
Seharusnya Huth dan Shawcross mampu melakukannya. Stoke lagipula secara statistik
tim yang paling sedikit kebobolan (17) diikuti oleh juara bertahan Manchester
City (19). Poin vokal kedua adalah sayap Celtic tidak aktif menyerang tetapi
rajin menempel Alba dan Alves. Etherington dan Whitehead bisa saja
melakukannya, dengan berharap pada keberuntungan. Selain itu bergantung pada
penampilan kiper sebagai palang pintu terakhir. Menurut Castrol Football, Begovic di posisi 71 mengumpulkan 736 poin atau posisi
2 sebagai penjaga gawang, performanya hanya kalah dari Steeve Elana, kiper
Lille, yang memiliki poin 786. Setelah melihat dari perspektif ini mungkin saja
mereka bisa menahan skuad Villanova tapi tidak Messi. Di Parkhead gol konsolasi
Barcelona tetap datang dari fantasista mereka.
Beralih dari Stoke mungkin kita akan mempertanyakan Messi beruntung
berada di tim yang sudah komplit, lihat bagaimana prestasinya bersama agentina,
dari sini rasanya kurang adil jika tidak melihat Ronaldo dari perpektif yang
sama. Real Madrid bukan hanya Ronaldo bahkan mayoritas gol Ronaldo—sama seperti
Messi—lahir dari assist Ozil dan Alonso. Belum selesai di situ, Messi
dibandingkan Ronaldo hanya bermain di satu klub sedangkan Ronaldo pernah
bermain di Sporting Lisbon, Manchester United dan Real Madrid, di sana terbukti
Ronaldo tetap menjaga kualitas. Messi tidak perlu melakukannya, tidak bila Sir
Alex Ferguson dan Pep Guardiola dianggap sebagai 2 dari manajer terhebat dunia,
tentu anda mengerti apa maksud saya.
Musim ini pun raihan trofi mereka berdua tidak jauh berbeda dan keduanya
tidak berprestasi di level timnas. Jika sudah begini Messi kemungkinan besar
kembali meraih Ballon d’Or dan pertanyaan yang sama akan muncul kembali,
mampukah dia bermain melawan Stoke? Tunggu dulu, mampukah Ronaldo? Berapa
banyak gol yang dia buat di pertempuran Brittania?