Monday, 31 December 2012

Pemain Terbaik 2012: Ronaldo dan Messi di Stoke

How's Stoke bro?


Pada 7 Januari seluruh dunia sekali lagi akan melihat siapa pemenang Ballon D’ Or, penobatan pesepak bola terbaik dunia, antara Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.

Ronaldo mendapat gelar ini di tahun 2008 dan sejak itu Messi selalu lebih unggul di tahun 2009, 2010, dan 2011 untuk kemudian menjadi pemain termuda yang meraih penghargaan tersebut sebanyak tiga kali. Lebih hebat dari Cruyff, Platini dan Van Basten. Tahun 2012 persaingan antara model PES dan FIFA ini kembali mencuat, ada kemungkinan Iniesta hanya menjadi pelengkap, tentu hebat jika dia suatu saat mendapat apresiasi lebih atas usahanya baik di level timnas dan klub tapi imej persaingan Ronaldo versus Messi agaknya mendatangkan atensi media lebih banyak.

Memang sah-sah saja jika Messi dinobatkan kembali sebagai pemain terhebat yang pernah tercatat dalam jagat sepak bola, lagipula dia adalah anak Tuhan, alien dan kutu yang bermutasi akibat radiasi atom nuklir. Tahun 2012 mengukuhkan kemampuan mencetak golnya di lapangan hijau dengan 91 gol! Pele 76 dan Muller 85 sudah dilampaui, well, memang belum sebanyak Godfrey Chitalu tapi rasanya legenda Zambia itu pun sulit mengulang performa Messi di La Liga atau mampukah Messi melakukannya di Afrika? Kita tidak akan pernah tahu. Tidak perlu jauh-jauh dari Spanyol ke Afrika, banyak orang masih sering meragukan performa Messi bermain di Liga Inggris, mampukah dia melakukan hal yang sama seperti di Catalonia bila dia bertemu dengan Stoke di bawah guyuran hujan pada tengah pekan? Ronaldo tentu sebagai alumnus Premier League (yang katanya liga sepak bola terbaik) tidak diragukan kemampuan fisiknya beradu dengan Shawcross dkk.

Menimbulkan pertanyaan ketika Stoke menjadi standar kelayakan untuk menentukan seseorang pantas dikatakan sebagai pemain terbaik di dunia atau tidak. Mengapa tidak sekalian Messi dan Ronaldo bermain di musim hujan Stadion Benteng Tangerang? Tapi untuk kali ini anggaplah Stadion Brittania sebagai stadion berisikan bek-bek dengan tekel keras yang sanggup membuat anda berharap tidak pernah menginjakkan kaki di sana meski di La Liga sendiri juga ada sosok seperti Pepe.

Mempertemukan Stoke dan Barcelona akan menjadi sesuatu yang sangat sulit mungkin setingkat dengan realisasi proyek MRT di kota Jakarta, bisa, mungkin, dapat dilakukan, kenapa tidak, tapi sulit. Faktanya pada pertandingan tengah pekan musim 2012/2013 pasukan Toni Pullis meraih 100% rekor kemenangan berhadapan dengan Newscastle dan Liverpool. Mungkin saja Barcelona dan Messi akan mendapat nasib serupa mungkin juga tidak.

Sebagai perbandingan kita dapat menggunakan pertandingan antara Celtic dengan Barcelona karena saya yakin taktik yang akan Stoke persiapkan sebelas dua belas dengan klub Glasgow tersebut dan cuaca mereka tidak jauh berbeda. Mereka sama-sama menerapkan 4-4-2 dan gelandang tengah Whelan dan Nzonzi bisa saja berperan sebagai Wanyama dan Ledley malam itu.

Seperti yang dikatakan Zonal Marking, bermain sempit menjadi kunci melawan Barcelona yang tidak memiliki penyerang jangkung sehingga aman bila mereka harus menghalau umpan silang. Seharusnya Huth dan Shawcross mampu melakukannya. Stoke lagipula secara statistik tim yang paling sedikit kebobolan (17) diikuti oleh juara bertahan Manchester City (19). Poin vokal kedua adalah sayap Celtic tidak aktif menyerang tetapi rajin menempel Alba dan Alves. Etherington dan Whitehead bisa saja melakukannya, dengan berharap pada keberuntungan. Selain itu bergantung pada penampilan kiper sebagai palang pintu terakhir. Menurut Castrol Football, Begovic di posisi 71 mengumpulkan 736 poin atau posisi 2 sebagai penjaga gawang, performanya hanya kalah dari Steeve Elana, kiper Lille, yang memiliki poin 786. Setelah melihat dari perspektif ini mungkin saja mereka bisa menahan skuad Villanova tapi tidak Messi. Di Parkhead gol konsolasi Barcelona tetap datang dari fantasista mereka.

Beralih dari Stoke mungkin kita akan mempertanyakan Messi beruntung berada di tim yang sudah komplit, lihat bagaimana prestasinya bersama agentina, dari sini rasanya kurang adil jika tidak melihat Ronaldo dari perpektif yang sama. Real Madrid bukan hanya Ronaldo bahkan mayoritas gol Ronaldo—sama seperti Messi—lahir dari assist Ozil dan Alonso. Belum selesai di situ, Messi dibandingkan Ronaldo hanya bermain di satu klub sedangkan Ronaldo pernah bermain di Sporting Lisbon, Manchester United dan Real Madrid, di sana terbukti Ronaldo tetap menjaga kualitas. Messi tidak perlu melakukannya, tidak bila Sir Alex Ferguson dan Pep Guardiola dianggap sebagai 2 dari manajer terhebat dunia, tentu anda mengerti apa maksud saya.

Musim ini pun raihan trofi mereka berdua tidak jauh berbeda dan keduanya tidak berprestasi di level timnas. Jika sudah begini Messi kemungkinan besar kembali meraih Ballon d’Or dan pertanyaan yang sama akan muncul kembali, mampukah dia bermain melawan Stoke? Tunggu dulu, mampukah Ronaldo? Berapa banyak gol yang dia buat di pertempuran Brittania?  

Friday, 28 December 2012

Si Kalem Dimitar Berbatov

Keep calm guys, he's here


Setiap hari manusia selalu berkomunikasi. Tidak ada saat yang luput dari kegiatan yang satu ini dan diantara kegiatan interaksi tukar pesan antar individu tersebut tidak selalu dilakukan secara verbal. Ada banyak cara orang menyatukan persepsi tanpa bertukar kata. Sebagian lebih nyaman melakukannya karena mereka introvert atau mungkin saja ternyata orang itu Dimitar Ivanov Berbatov.

Jika anda mengaku sebagai penikmat sepak bola Inggris anda akan mengenal permainan sepak bola itu identik dengan operan tempo cepat dan melibatkan pemain banyak berlari sprint, tentu menyaksikan seorang Berbatov menimbulkan pertanyaan apakah Berbatov di masa kecilnya benar-benar berniat bermain sepak bola atau memang Tuhan memberikan bakat sentuhan sehalus sutra pada orang yang salah.

Namun lain hal bila anda lahir dan besar di Bulgaria. Disana kemampuan Berbatov tidak dipertanyakan karena pria ini dianugerahi gelar pemain sepak bola terbaik Bulgaria sebanyak 7 kali. Jika anda orang yang percaya setiap kejadian timbul akibat hubungan sebab-akibat maka bisa dikatakan kemahiran olah bola Dimi punya alasan tersendiri, kedua orang tuanya adalah atlit (sepak bola dan bola tangan) dan bagai apel yang jatuh tidak jauh dari pohonnya bakat tersebut turun kepada Dimitar Berbatov kecil.

Lahir dan besar di Bulgaria sebagai salah satu eks negara komunis mungkin saja membentuk kepribadian Berbatov yang terkenal kalem. Dia pernah hidup dalam krisis, antri 8 jam hanya untuk mendapatkan roti, dan Berbatov termasuk salah satu anak dengan tipikal cerita memanfaatkan apa pun untuk dimainkan sebagai bola sepak. Bukan karena terlalu maniak dengan bola namun keluarganya tidak sanggup membelikan bola, pernah suatu saat ruang tamu keluarga Ivan Berbatov berantakan akibat anaknya ini bermain bola dalam apartemen kecil mereka. Begitulah Berbatov, kalem, apa adanya, dia tidak menuntut banyak dia hanya ingin bermain.

Hijrah ke Inggris orang banyak mengingat dirinya sebagai pemain Man. Utd atau Spurs. Kedua masa itulah yang melambungkan pesepak bola yang mengaku sebagai fans Newcastle United dan Alan Shearer ini. Masa bermain di Spurs selama dua musim Berbatov mencetak 23 gol pada dua musim berturut-turut dari 102 kali bermain atau memiliki rasio 0,45 gol.  Saat ini di Liga Inggris rasio gol tersebut hampir sama dengan Mata dan Steve Fletcher (0,44) atau Dzeko (0,47). Statistik seperti ini terhitung bagus dan kemudian membuat Berbatov memasuki babak baru sebagai orang yang dicinta dan dibenci karena gaya bermainnya.

Sebelum lini depan Manchester United diisi oleh Dimitar Berbatov para fans terbiasa di servis oleh penampilan trengginas Ruutje yang mampu memberi 30 gol per musim bagi Setan Merah atau Rooney yang gaya bermain enerjiknya ideal bagi mata umat sepak bola Inggris. Gaya bermain Berbatov memperlihatkan sesuatu yang lain. Santai, rileks, tidak panik, tenang, berbeda dari gaya bermain Kick and Rush. Namun sayangnya Manchester United, Inggris dan fansnya tidak terbiasa melihat bentuk seni seperti ini. Pers Inggris memberi cap pemain ini pemalas.

Jika anda sedang ada di Roma bersikaplah seperti layaknya seorang warga Roma. Agaknya yang satu ini bisa menggambarkan keadaan Berbatov. Ada anggapan di masyarakat sepak bola Inggris bahwa sepak bola seharusnya dimainkan dengan cara tertentu, yaitu berlari 90 menit sambil melempar tekel di atas lapangan berlumpur, lebih lengkap bila hari itu hujan sehingga efeknya lebih dramatis.

Rakyat Inggris suka jika para pemain sepak bola mereka bermain penuh aksi secara fisik. Untuk memahami dan mengapresiasi Berbatov kita harus melihat di luar Inggris. Kebanyakan dari mereka (warga sepak bola Inggris) masih terpaku dengan pakem lama yang tidak menghiraukan bahwa zaman modern ini sisi teknik pun sanggup mendapat tempat terbaik di dunia sepak bola. Apakah mereka belum akrab dengan Iniesta atau Pirlo? terlalu banyak Makelele, Keane dan Gascoigne, mungkin?

Tuntutan itu pun tidak lepas dari sorotan publik yang justru makin tertuju pada Berbatov saat bermain untuk brand sepak bola paling terkenal di dunia. Tekanan berubah menjadi beban yang tak terelakkan ketika Berbatov kemudian disandingkan dengan Eric Cantona. Seperti bumerang, semua harapan yang tidak tercapai ini justru menyulitkan bagi Berbatov yang di musim pertama (2008/2009) hanya menghasilkan rasio  0,32 gol lalu di musim berikutnya turun menjadi 0,27 gol dan memasuki musim terbaiknya sebagai topskorer Premier League dengan rasio 0,50 gol kurang diberi apresiasi. Salah satu faktornya memang karena torehan golnya tidak secermelang masa-masa bermain di Spurs selain itu karena Berbatov sulit menyelesaikan kesempatan mudah seperti simpel tap-in, lain halnya jika Berbatov harus melakukan tendangan overhead kick atau scissor kick. Transfer baru yang mendatangkan Hernandez dan keinginannya memanfaatkan produk akademi, Welbeck, semakin mengurangi jatah bermain Berbatov sehingga terpaksa angkat kaki dari Manchester.

Tetapi tidak perlu khawatir. Pria yang mengaku belajar bahasa Inggris dari film Godfather ini tidak lantas kehilangan tempat di Inggris. Berbatov nyatanya tetap kalem walau kedatangannya di Firenze ditunggu oleh suporter La Viola di jeda musim panas pria kelahiran Blagoevgrad memutuskan tidak jadi naik pesawat menyebrangi selat Inggris menuju negara pasta dan lebih memilih berlabuh untuk fish and chips di London. Semua berada dalam kendalinya, tidak ada yang bisa memaksa bagaimana atau di mana Berbatov akan bermain kecuali dirinya sendiri.

Kini dia reuni dengan Martin Jol di Fulham. Permainannya mungkin sudah tidak lagi di puncak performa  walau tetap mampu mempertahankan rasio gol 0,40. Tidak buruk mengingat dia bermain dengan kesempatan terbatas. Seperti ingin mendapat kepercayaan lebih dari gaffer, dalam pertandingan melawan Southampton silam Berbatov yang hampir terpeleset karena bola telah melewati badannya namun dengan sigap dia berhasil mencetak gol pertama Fulham dan melakukan selebrasi buka baju seperti yang diperlihatkan foto di atas pada pertandingan melawan Southampton.

Begitulah si kalem Berbatov, dia bekerja dengan caranya sendiri dalam waktunya sendiri, tapi seseorang lupa bilang tulisan di kaosnya belum lengkap. Seharusnya, “Keep calm and pass me the ball which is you think I can’t make it into the back of the net but somehow I can.” 

Wednesday, 26 December 2012

Drama Perayaan Natal Manchester United

Dancing through the night

Berbeda dengan liga besar Eropa lain yang memberikan kesempatan berlibur bagi para pemain dan suporter untuk merayakan Natal di rumah maka warga Inggris dan sepak bolanya lebih memilih boxing day. Ada sembilan pertandingan berlangsung dimana dua di antaranya mempertemukan Manchester dan Tyneside.

Di Old Trafford, Newscastle menatap laga tandang tanpa kehadiran pemain andalan seperti Cabaye, Tiote dan Gutierrez ditambah lawannya berstatus sebagai pemuncak klasemen yang menang 15 dari 18 pertandingan mereka kala boxing day, catatan pertandingan sebelumnya antar kedua tim ini berakhir mutlak 0-3 bagi United di St.James Park, keran gol Papis Cisse yang deras pada setengah musim lalu (13) pun mampet hingga separuh musim ini (2), belum selesai disitu, Magpies sudah 2 dekade tidak mencicipi manisnya tiga poin dari Setan Merah. Suram.

Namun semua bisa terjadi bagi mereka yang percaya akan keajaiban Natal dan di mana lagi tempat yang tepat jika bukan di Teater Mimpi. Para pemain Manchester United yang berkostum merah-putih sama seperti Santa pun kian berbaik hati menjamu tamunya. Bermula dari menit 3 saat Chicharito memberikan off-pass kepada Carrick yang tidak bisa mengontrol bola tersebut dan Cisse senang hati menerimanya untuk memberikan sepakan mengarah ke gawang De Donuts yang kemudian memberikan hadiah pertama bagi Newscastle dengan menepis bola langsung ke arah Pearch, 0-1. Benar-benar sebuah hadiah diberikan untuk Pardew dan timnya yang agaknya lebih berniat menumpuk salju di depan gawang Tim Krul demi menghalau gol Man. United seperti terlihat dari penguasaan bola 60%-40% sampai menit ke 5.

Rotasi pemain berjalan buruk untuk tuan rumah. Sisi kiri dan kanan tidak mampu berbuat banyak berhadapan dengan Simpson dan Santon padahal kita tahu tim Ferguson adalah sayap sentris. Buruk di serangan buruk juga di pertahanan. Evra yang penampilannya kian membaik akhir-akhir ini pantas jika dijadikan kambing hitam setelah gol pertama datang dari area pertahanannya justru tidak berada dalam posisi ketika proses gol kedua terjadi. Ketika nasib tampak berpihak kepada United, Evans mencetak gol keduanya dan Mike Dean turut berkontribusi kepada hadiah kedua Newcastle malam ini setelah sebelumnya hakim garis menganulir gol Evans karena Cisse yang berdiri di posisi off-side.

Menjadi perdebatan apakah gol bunuh diri Evans seharusnya dianulir karena kehadiran Cisse yang dianggap “mengganggu” atau tidak ada urusan ketika pemain bunuh diri maka siapa pun yang berada di belakangnya tidak turut dihitung berperan serta. Saya lebih setuju dengan Paul Masefield yang mengatakan “That’s a disgrace decision”. Terima tidak terima pertandingan akan terus berjalan dan dua kado natal Newscastle di tanah Manchester mungkin saja hari ini Alan Pardew tidak pulang dengan tangan hampa.

Tapi, bung, itu babak pertama.

Paruh kedua laga di OT semua berada pada tempatnya bagi Fergie. Percaya atau tidak, ditandai dengan berhentinya hujan. Sempat mengejar 2-2 dari tendangan akurat kapten United namun lini belakang kembali terbuai sehingga memberikan 1 gol lagi bagi Newscastle ketika Cisse berlari bebas tanpa pengawalan Evra, Scholes maupun Evans menjadi kado Natal terakhir yang mereka bawa pulang dari Manchester. Bangku cadangan cepat merespon saat Cleverley yang permainannya lebih dinamis masuk menggantikan Scholes dan Valencia semakin cepat mengalirkan bola ke depan membuat serangan United lebih tajam suplai bola ke Robin van Persie dan Chicharito juga kian melimpah.

Efeknya terasa ketika pergerakan United lancar seperti piston mobil yang baru ganti oli. Tidak perlu menunggu lama bagi United saat tembakan keras RvP menjadi skor ketiga mereka dan gol Chicharito entah sengaja disimpan untuk saat-saat terakhir atau memang sial, kesempatan demi kesempatan belum berhasil di konversi si kacang polong menjadi gol. 4 tembakan dihasilkan penyerang Meksiko ini dan 2 diantaranya mengarah ke gawang Newcastle hanya untuk ditangkap atau terhalang pemain bertahan Newcastle.

Memasuki Fergie’s Time Javier Hernandez mendapat tembakan kelima dan menghabiskan setengah dari seluruh kuota tembakan mengarah ke gawang United saat striker oportunis ini memasukan bola yang mendekatkan Ferguson’s hatchling ke gelar 20 mereka sebagai juara Inggris!

Punchline dari Santa Klaus: Sunderland 1-0 City, gol dari Adam Johnson. Selamat Natal semua!

Sunday, 9 December 2012

Adu Tinju AFF di Malaysia

Perebutan titel juara jago tinju Asia Tenggara 2012

Silahkan saksikan tarung tinju 9 ronde antar dua petinju kelas bulu memperebutkan gelar juara Asia Tenggara!

Sebagai tuan rumah dan sang juara bertahan dari sudut biru, sambutlah Pakcik Mohammad Barammudin, biasa dipanggil Udin. Lawannya berasal dari sudut merah Thailand, Teeratep Waratoi, biasa dipanggil Atep. 

Dengan derasnya dukungan terhadap Udin di kandang sendiri petinju Malaysia pun lebih aktif bergerak menekan petinju Thailand mengejar kesana kemarin walau biasanya gaya bertinju Udin lebih banyak bertahan menggunakan double arm block lalu melakukan straight jarak jauh mematikan yang membuat lawannya K.O. Namun bukan petinju Thailand namanya jika baru segitu saja sudah kerepotan. Sering menekan membuat tangan kanan Udin beberapa kali telat terangkat untuk melindungi badannya dan disitulah jab kiri Atep beberapa kali masuk meskipun tidak telak. Meski Atep tidak terkena pukulan yang mematikan rasanya juri akan tetap memberi ronde pertama untuk Udin.

Memasuki ronde kedua, petinju Thailand berhasil membuat satu pukulan telak ke wajah Udin namun jagoan tuan rumah masih sanggup berdiri. Atep menjadi percaya diri dan mulai mengeluarkan jab-jab cepat yang memaksa Udin memasang double arm block andalannya. Tentu di ronde kedua juri sepakat memberi poin untuk petinju Thailand.

Kedua petinju menunjukkan mengapa mereka pantas masuk ke semifinal. Baik Malaysia dan Thailand terlihat mulai memahami karakter lawan mereka masing-masing. Tidak mau kalah dihadapan pendukung sendiri, trainer Rajagapol dengan tenang dan sabar meingstruksikan petinjunya untuk berani meladeni petinju Thailand. Kontras di sudut merah, Wilfred trainer Atep berkebangsaan Jerman lebih ekspresif dan meledak-ledak.

Di ronde keempat Udin dan Atep lebih bamyak bertukar pukulan, pertarungan menjadi lebih terbuka. Gaya Udin yang khas counterpuncher mulai merepotkan Atep. Satu momen ketika ronde empat tersisa dua puluh detik, sisi kiri petinju berjuluk Gajah Putih ini lengah dan hook kanan telak mendarat di wajah Atep. Boom! Atep pun terjatuh. 

Segera saat memulai kembali di ronde lima Wilfred memberi instruksi kepada Atep.Sebelumnya tidak pernah jatuh lebih dulu. Jelas setelah itu Atep lebih agresif, sudah seharusnya sebagai petinju yang bergaya in-fighter dia lebih banyak mengambil inisiatif. jab-jab-hook kanan diulang sekali dua kali. Udin sedikit kewalahan meski belum ada tinju Atep yang benar-benar bersih mengenai lawannya. Meski di ronde lima Atep lebih unggul dia masih tertinggal karena sempat mencium kanvas di ronde sebelumnya.

Tidak mau kalah, begitu memasuki ronde keenam Udin mengejutkan Atep melalui straight keras. Atep masih sanggup mengelak dan kemudian menjaga jarak. Saat pertengahan ronde enam Atep kembali berusaha menjatuhkan Udin, dia pun melancarkan uppercut yang tipis menyerempet dagu Udin. Telat sedetik saja dia pasti terhempas mendarat di tengah ring. Kini Atep merasakan momentumnya dengan terus-terusan menekan tapi pertahanan blok dua tangan Udin tidak kalah begitu saja.

Bel tanda ronde ketujuh pun dibunyikan. Hanya tersisa tiga ronde untuk membalikkan keadaan bagi sang tamu. Atep mati-matian menekan lawannya untuk mencari ruang bagi pukulannya. Penonton masih mengelu-elukan nama Udin sebagai bentuk dukungan. Selangkah demi selangkah Atep mulai mengejar tidak menyisakan ruang bagi Udin. Saat bel berbunyi menandakan ronde tujuh menyisakan 10 detik terakhir akhirnya straight kiri Atep masuk telak mengenai Udin! Wasit sempat menghitung hingga tujuh sebelum Udin bangun kembali dan meneruskan pertarungan.

Di ronde kedelapan tidak dipungkiri tubuh kedua petinju yang bertanding dengan tempo cepat ini mulai terkuras stamina. Tercatat satu pukulan Udin sempat mengenai rusuk Atep tapi pria Thailand itu tidak goyah meski efeknya pasti terasa. Selain pukulan tersebut tidak banyak hal yang terjadi di ronde ini. Agaknya kedua petinju diinstruksikan menyimpan tenaga untuk habis-habisan di ronde terakhir.

Akhirnya ronde terakhir! Atep dan Udin sama-sama berjuang mati-matian hingga titik darah penghabisan. Tidak ada taktik hanya refleks yang saling beradu. Pukul balas pukul sampai kaki kedua petinju tersebut mulai goyah hanya tersisa tekad menjadi juara dan hadiah juara yang sanggup membuat mereka berdiri disana. "Terus, terus!" terdengar Rajagapol yang kalem juga mulai panas. Sayang bel akhir terlalu cepat terdengar dan kedua petinju masih berdiri di tengah ring.

Tidak ada pilihan, tiga juri memberi nilai sama kuat bagi Mohammad Barammudin dan Teeratep Waratoi. Seri!

Wednesday, 5 December 2012

Dan Nominasi Tim Tahun Ini Adalah ...

What's yours?


Bulan terakhir di tahun 2012. Banyak cerita seru di tahun ini dengan akhir Liga Champion yang tidak disangka-sangka dan hadirnya pesta sepak bola Eropa. Ada banyak alasan untuk memilih siapa pemain terbaikmu di benua biru tersebut.

Lebih dari setengah tahun yang lalu, semi final Liga Champion mempertemukan Barcelona v Chelsea dan Madrid v Muenchen. Banyak yang mengira El Classico menjadi hidangan penutup Liga Champions saat itu. Kita terbukti salah, walau di sisi lain saya senang tidak over dosis El Classico. Akhirnya Chelsea dan Muenchen menjadi dua tim terakhir yang memperebutkan “si kuping besar” di Jerman. Kita semua tahu bagaimana ceritanya pertandingan itu berjalan dan Roberto Di Matteo menjadi pahlawan London Barat.

Tahun 2012 memang memuaskan bagi kita para pecandu sepak bola, setelah Liga Champion datanglah EURO. Well, turnamen trofi Henry Delaunay memperlihatkan pemain-pemain yang jarang saya lihat selain di Premier League dan Liga Champion, itu cukup berpengaruh untuk memberikan perspektif berbeda. Ibra melakukan gol terindah di turnamen empat tahun itu dan permainan Pirlo membuktikan mengapa AC Milan seharusnya mempertahankan regista tersebut.

Silahkan bila mau menyumbangkan suara kalian untuk UEFA’s Team of theYear

Ini Team of the Year versi saya, mereka mungkin akan kemasukan dua hingga tiga gol setiap pertandingan tapi tidak ada yang sanggup menyamai daya ledak komposisi tim ini:

GK:
Manuel Neuer
Dibandingkan tiga kompetitor lainnya Neuer yang berumur 26 tahun menjadi pemain termuda; Buffon (34), Cech (30) dan Casillas (31) membuktikan bakatnya sebagai penjaga gawang tidak lagi diragukan dan hanya akan menjadi semakin baik. Bila melihat dari gelar prestis Buffon memang penjaga gawang terbaik dan juara dunia 2006, Cech juara Liga Champion terbaru, dan Casillas tidak perlu dijelaskan panjang lebar. Manuel Neuer bisa saja bukan pilihan favorit banyak orang namun statistik membuktikan anak bawang ini pun memiliki keunggulan, dia melakukan 28 kali clean sheet, paling banyak di antara mereka berempat.

DEF:
Sergio Ramos
Mungkin banyak yang tidak membutuhkan dirinya di dalam Team of the Year tapi jelas dia pemain yang stabil dan selalu diandalkan baik oleh Spanyol, Real Madrid dan Mesut Ozil #bromance

Jordi Alba
From ashes to ashes, from La Masia to Barcelona. Sama seperti Cesc, Jordi pun berpulang kembali ke Catalunya. Dia juga salah satu pencetak gol di final EURO 2012. Penampilannya bersama Barcelona musim ini juga Valencia musim lalu menjadikannya bek sayap kiri terbaik dunia versi saya. Setidaknya seseorang harus mewakili posisi bek sayap di UEFA’s Team of the Year, Jordi Alba tampak cocok.

Andrea Barzagli
Berumur 31 tahun dan sudah membela 8 klub. Barzagli tidak tampak menonjol sebagai bek Italia yang terkenal karena permainan bertahan yang kuat. Semuanya berubah ketika dia bermain di bawah arahan Conte. Barzagli kemudian menjadi pilihan tetap La Vecchia Signora dan Cesare Prandelli pun kepincut untuk menggunakan jasanya di lini bekalang Gli Azzurri. Bersama Juventus dia berhasil melakoni 49 laga tidak terkalahkan yang membawa Juventus sebagai Capolista, dia orang yang tepat jika anda membutuhkan seseorang yang tangguh di lini belakang. Barzagli memang kalah populer dari Gerrard Pique, Vincent Kompany atau Matt Hummels makanya saya pilih dia.

MID:
Marco Reus
Pemenang penghargaan pesepak bola terbaik Jerman 2012, 23 tahun, gelandang dengan gol (22) terbanyak dibanding yang lain. Nuff said.

Andrea Pirlo
Pirlo membuktikan dirinya belum habis dengan membawa Juventus menjadi juara dan Italia sebagai runner up EURO 2012. Umpan akuratnya bagai goresan kuas di kanvas, dia adalah seorang seniman sebelum pesepak bola. Panenka ke gawang Joe Hart membuktikan hal tersebut. Saya harus menyisakan satu tempat untuk sang legenda.

Andres Iniesta
Jika anda pernah menonton sepak bola rasanya tidak perlu dijelaskan lebih lanjut, dia adalah Andres Iniesta itu pun sudah menjadi alasan yang jelas.

Mesut Ozil
Seperti Iniesta-Xavi bagi Messi, Cristiano Ronaldo pun membutuhkan peranan Xabi Alonso dan Mesut Ozil. Sayangnya alam semesta berputar di sekitar Ronaldo sehingga bantuan mereka kurang mendapat kredit dibandingkan rivalnya di Barcelona. Untuk perbandingan Iniesta dan Xavi memberikan 12 dan 6 assist sepanjang tahun 2012, berapa yang diberikan oleh Ozil di tahun 2012? 18. Alasan lain dia masuk Team of the Year karena Ramos pun masuk daftar saya #bromance

FWD:
Lionel Messi
Ya, ya, mungkin kalian bosan mendengar namanya, tapi bagaimana bisa anda bosan melihat gol-golnya? 82 gol dan terus bertambah. Awalnya saya tidak ingin memasukkan nama Messi atau CR7 dalam Team of the Year ini karena saya yakin orang lain akan memilih mereka tetapi melihat seseorang melewati rekor gol satu tahun Pele (76) dan mengejar raihan gol milik Gerd Muller (85) membuat sulit untuk tidak memasukkan nama Leo disini. “He’s like Playstation”, kata Arsene Wenger.

Radamel Falcao
Tahukah anda bahwa performa Falcao dan Ronaldo di La Liga tidak jauh berbeda? Data powertable.com sebelum derby Madrid memperlihatkan perbedaan keduanya hampir sama hebat, dari rasio gol mereka berdua tidak jauh berbeda 12/13 berbanding 11/12, hanya saja jumlah tembakan ke gawang Ronaldo hampir dua kali lebih banyak dari Falcao namun El Tigre lebih unggul dari segi duel udara. Seseorang yang sanggup menyamai Ronaldo membuktikan dia cukup kompeten untuk masuk Team of the Year.

Zlatan Ibrahimovic
Gol-gol ajaibnya membuat dirinya berada di sini, tidak lebih.



Sunday, 2 December 2012

Petualangan Joni

“65% populasi dunia mengalami masalah berat badan atau obesitas”
-WHO

1983 merupakan tahun dimana Billie Jean dari Michael Jackson meledak menjadi hits, peringkat pertama di Billboard 100 selama delapan minggu. Ditahun yang sama Joni kecil lahir di Belanda. Tepatnya di kota Velp, sebuah kota kecil yang memiliki luas 11,01 km. Sekedar perbandingan, Jakarta memiliki luas 740,3 km. Joni kecil merupakan anak yang aktif, dia gemar berolahraga. Sepak bola menjadi favoritnya sama seperti anak-anak di Amsterdam, Heerenveen dan Rotterdam. Joni kecil bukanlah anak yang paling tinggi di lingkungannya namun jelas dia juga bukan yang terpendek. Joni sering bermain basket namun seperti yang kita tahu, Eropa tergila-gila dengan sepak bola. Begitu juga dengan Joni, setiap sore dia sering keluar dari pintu belakang rumahnya untuk bermain sepak bola di lapangan rumput sebelah sungai Ijssel.

Beranjak dewasa Joni mendapat kesempatan untuk mewujudkan mimpinya. Dia beruntung, tidak semua orang dapat menjalankan hidup sesuai impiannya. Sebuah klub yang terletak di Doetinchem berjarak 21,5 km (Serius, ini beneran dihitung) dari lingkungan masa kecilnya, Velp. Dari sini Joni mendapat kesempatan berlaga di Eredivisie. Tentu kedua orang tuanya senang putra kebangaannya akan bermain di divisi utama Liga Belanda, terlebih lagi karena klub barunya berlokasi lebih dekat dari rumah mereka. Setelah menempuh 27 km dari Doetincheim menuju Arnheim Jhonny sudah membayangkan kemungkinan apa saja yang terjadi. Bisa saja setelah dari situ dia di kontrak PSV atau mungkin dia menarik perhatian klub Jerman, bahkan Inggris? Siapa yang tahu.

Sayang nasib berkata beda. Joni tidak pernah jadi pemain level nasional, lupakan selat Perancis, di Eredivisie pun dia mati-matian. Setelah kesana kemari mencoba peruntungan akhirnya datang panggilan dari negara yang hanya dia tahu dari cerita orang tuanya atau brosur perjalanan ke Bali yang sering ditunjukkan teman-temannya.

 “Eh, tunggu dulu”, pikir Joni. “Gue sama sekali ngga tau apa-apa tentang Jakarta.” Dia mendapat kesempatan besar untuk meraih sesuatu yang belum pernah dia dapat. Menjadi terkenal. Entah dapat kabar darimana dan Joni pun tidak mau banyak pikir, yang dia tahu dia mendapat kesempatan menjadi wakil Timnas Indonesia. “Mereka gila tapi bukan urusan gue jika mereka yang salah,” Joni tersenyum dalam hatinya. 11.306 km kemudian dia sampai di Indonesia!

Kesan pertama di Indonesia tidak buruk.. Dia mendapat atensi media tetapi bukan itu yang membuat hari-harinya menjadi lebih baik. Murah, semua menjadi lebih murah bagi Joni. Terima kasih kepada valas hari-hari Joni berada di jalur yang benar. Memang dasar keturunan Indonesia, Joni mulai merasa bosan dengan sepak bola. Dia lebih tertarik dengan mall-mall di sekitar Senayan. Makan ini makan itu, banyak makanan yang dia suka. Namun yang menjadi favorit adalah Burger King di Senayan City. Tentu selain dekat rasanya juga agak sangat khas. Ukurannya yang besar berisi daging dengan rasa kapitalisme yang sebelumnya sudah direndam saus ketamakan diapit oleh roti publisitas. Anda tahu kelanjutannya dari semua petualangannya di negara hutan hujan ini dia hanya bermain selama 25 dari 270 menit (8,57%). 

Moeder, ik heb nachtmerrie. ik was Indonesian”, Joni kecil terbangun, berkeringat di sekujur tubuhnya.

Saturday, 1 December 2012

1 Desember 2010 - 1 Desember 2012

Untuk Indonesia dari Indonesia

Dua tahun yang lalu.

Okto Maniani memang tidak terkenal dengan akurasi umpannya namun kala itu dia berhasil memberikan Irfan Bachdim bola matang di depan gawang Malaysia yang membuat nama pemain keturunan Belanda tersebut meroket. Ulangan gol itu sudah sangat sering kita lihat di televisi, biasanya ditemani lagu "Garuda Di Dadaku" dari Netral.

Pertandingan berakhir dengan skor akhir Indonesia menang 5-1 dari Malaysia. Lalu semua media, bahkan program infotainment yang biasanya memberitakan gosip murahan, mengarahkan lampu sorotnya kepada timnas. Berulang-ulang kali gol Irfan Bachdim diputar,diputar lagi, lagi, lagi, lagi, lagi...pusing. 

Masih ada yang ingat bagaimana pemain naturalisasi ini menjadi trending topic kemudian makin sering lalu lalang di layar televisi kita? Pasti ingat, apakah ada yang ingat media kita memberitakan perilaku suporter kita yang menyoraki lagu kebangsaan Malaysia? Jangan heran bila anda tidak ingat, memang tidak pernah ada berita semacam itu.

Kejadian ini terjadi tepat dua tahun yang lalu. Jauh-jauh hari saya menandai hari itu. Maklum kuliah di Bandung jadi harus sedikit usaha untuk ke stadion utama. Berbeda dengan sekarang, saat itu stadion tidak penuh. Ramai tapi tidak penuh. Tiket pun masih mudah didapat. berita di media juga biasa saja. Ada beberapa penonton yang mendukung Malaysia, bukan ultras, kemungkinan besar penonton kerah biru. Kemudian kedua tim memasuki lapangan dan lagu kebangsaan pun dikumandangkan. "Boooooooo.....", begitu teriak pendukung Merah Putih ketika "Negaraku" terdengar. Saya rasa sebagian besar orang melakukannya, mungkin mereka tidak merasa ada yang salah atau mungkin saja mereka tidak peduli lagi apakah tindakan mereka salah atau benar yang penting dukung, titik.

Lagu kebangsaan merupakan sebuah ritual yang sakral dalam sepak bola, tidak seharusnya mendapat perlakuan seperti itu. Di negara asalnya sepak bola mendapat julukan sebagai gentlemen's game dan saling menghargai atau respect menjadi kata yang paling akrab dengannya. Keesokan harinya sama sekali tidak ada kontroversi mengenai hal ini. Pihak Malaysia tidak melayangkan protes resmi.

Dua tahun kemudian. 

Pertandingan pertama Indonesia melawan Laos. Menit-menit awal sang Garuda lebih menguasai pertandingan yang bila Irfan Bachdim lebih tenang mungkin dengan mudah bisa unggul 2 gol. Andik Vermansyah tampil hebat membuat bek kiri Laos kelimpungan karena tidak mampu menyamai akselerasi pemain berumur 21 tahun tersebut. Kita semua tahu apa yang terjadi selanjutnya. 

Setelah pertandingan berakhir kemudian muncul kabar yang menarik perhatian pemerhati sepak bola Indonesia. Sekelompok kecil yang mengaku sebagai Ultras Malaya mengunggah video berisi lagu yang liriknya kurang enak didengar. “Indonesia itu anjing”, kata mereka. KBRI sendiri masih mencari tahu tanggal kejadian peritiwa tersebut. Sebuah santapan bagi media dan masyarakat kita juga kecanduan terhadap provokasi seperti ini. Tanggapan masyarakat yang panas ditambah sikap KBRI yang berlebihan agaknya menjadi lucu ketika mengingat apa yang kita lakukan dua tahun yang lalu.

Saya coba menjadi obyektif disini, kita bilang harga diri bangsa kita diinjak tapi, bung, ini sepak bola tolonglah jangan terlalu serius. Apalagi jika kita menggeneralisasi sebagian kecil kelompok tersebut. Sebegitu tercampurkah sepak bola kita dengan politik sehingga kita lupa caranya bersenang-senang dalam stadion?

Sebagai negara penonton sepak bola seharusnya tidak asing dengan chant-chant miring yang berseliweran dalam stadion. Suporter Premier League yang nun jauh di sana menjadi "teladan" bagi para couch potato macam kita ini juga melakukan hal yang sama. Terlebih lagi bagi para suporter kafe saya yakin sudah terbiasa adu chant atau jangan-jangan sikap kita memang biasa saja dan semua reaksi panas masyarakat terhadap aksi Ultras Malaya ini lebih karena pembentukan dari media? Mungkin saja, sangat mungkin. 

Dua tahun sudah saya menunggu AFF, terserah apa kata KBRI atau PSSI atau media atau si kumis itu, saya hanya ingin menikmati sepak bola. Semoga Timnas meraih hasil yang terbaik!

Monday, 12 November 2012

Kegamangan Spurs

Where I wanna be


"Orang Italia sangat ahli dengan apa yang mereka lakukan. Bahkan ketika seorang Italia menjadi tukang sapu mungkin dia merupakan tukang sapu terbaik di dunia," ingat saya tentang kata-kata ini dari seseorang yang bicara di televisi.

Begitulah kira-kira pendapat orang Eropa sendiri tentang orang Italia. Mereka memang agak aneh, bicara dengan tangan yang bergerak kesana-kesini, tapi harus diakui para pemakan pasta ini menggeluti bidang mereka masing-masing dan menjadi ahli  dalam hal tersebut. The Doctor, begitu sebutannya, ujar Valentino Rossi.

Lalu bagaimana keahlian orang Italia berhubungan dengan sebuah tim di London Utara? Tidak banyak. Kecuali keadaan kontras antara orang Italia dan Gareth Bale. Yang satu memilih suatu keahlian untuk terus diasah hingga kemudian menjadi ahli sedangkan yang lainnya mencoba ini itu hingga akhirnya lupa mengapa dia sempat (entah masih atau tidak) diberi label wonderkid. Semua bermula di malam Liga Champions dimana tim underdog Liga Inggris yang melaju dari babak kualifikasi berhadapan dengan raksasa Italia yang memang seperti sudah menjadi haknya untuk bermain di liga para juara Eropa. Spurs datang ke Giuseppe Meazza, mempertemukan Bale dengan Douglas Maicon.

Malam itu berakhir dengan kemenangan bagi Internazionale tetapi keesokan paginya bukan sebuah kemenangan yang menjadi berita tajuk utama melainkan aksi hattrick dari pemuda Wales membuka mata dunia tentang seorang pemain berbakat, pemain sayap yang mengerti bagaimana memaksimalkan permainan terbuka hingga menghempaskan salah satu bek sayap dunia saat itu, Maicon, seperti memasang mesin V8 di kap mobil VW Beetle, siapa sangka bisa lari begitu cepat.

Jika anda masih ingat malam itu maka tidak salah bila banyak yang bernostalgia dengan kenangan di era 90an saat Ryan Giggs merobek lini perhananan lawan Manchester United di Liga Inggris. Mereka sama-sama bermain di sektor kiri, sama-sama sebagai pemain sayap (walau Bale awalnya sebagai bek), sama-sama warga negara Wales, sayangnya Bale bermain di zaman yang menuntut pemain sayap untuk lebih dari sekedar pemberi umpan—Ya, anda sah untuk menyalahkan Cristiano Ronaldo. Mengacu pada sepak bola saat ini diharuskan untuk menjadi pemain yang lebih all-rounder dibandingkan dengan pemain satu dekade sebelumnya. Bila anda bisa bermain di sayap kiri maka anda harus bisa juga bermain di sayap kanan, seperti Cristiano Ronaldo, tambahkan dengan  kewajiban untuk sanggup melakukan cut inside serta mampu menembak dengan kedua kaki sama kuat, seperti Cristiano Ronaldo (lagi).

Sayangnya Bale bukanlah CR7. Bale lebih seperti Giggs atau Valencia. Singkatnya, Bale bukanlah amphibi, dia tidak hidup di dua sayap. Jadi, bila ingin memaksimalkan peranan Bale tempatkanlah dia di tempat seharusnya. Di musim 2011/2012 dimana Aaron Lennon sempat mengalami cedera dan Bale diberi peranan free-role terkadang di kiri sesekali di kanan. Hasilnya? Kacau. Spurs merosot hingga akhirnya diungguli oleh Arsenal dan karena status Chelsea sebagai penyandang juara Eropa membuat anak asuh ‘Arry Redknapp berpuasa dari jatah pemasukan Liga Champions. Namun di  balik musibah selalu ada hikmah.

Memasuki musim 2012/2013 Andre Villas-Boas menggantikan King ‘Arry. Perlahan tapi pasti mantan staff Mourinho ini menyusun potongan puzzle untuk mengarungi Premier League dengan optimis. Rival Arsenal ini tidak perlu berjibaku di kompetisi level Liga Champions dan memang seharusnya hanya Liga Inggris yang patut mereka perhatikan. Bale kembali menjadi andalan. Matchday 11 EPL. Spurs datang ke Etihad Stadium, mempertemukan Bale dengan Douglas Maicon (sejak pertengahan babak 2).

Oke katakanlah dia tidak benar-benar berhadapan dengan Maicon. Bukan disitu letak vokal masalahnya melainkan bagaimana cara dia memilih perannya untuk membantu tim meraih kemenangan. Bermain menggunakan 4-2-3-1 dimana Emmanuel Adebayor berperan sebagai post player sangat jelas Villas-Boas membatasi daya jelajah timnya. Dari whoscored.com, persentase ball possesion 68% bagi tuan rumah, Spurs lebih senang menunggu untuk melakukan serangan balik mematikan. Tidak begitu kejadiannya. Emmanuel Adebayor tampil sendirian di lini depan. Kerja keras Adebayor mendapatkan rating 6.93 berbandingan dengan rating pria Wales 6.8. Persentase operan Spurs? Hanya 65%. Bila ide awalnya menggunakan kedua sayap sebagai kekuatan utama maka keberhasilan operan Bale dengan 63% dan di sayap kanan Lennon jauh lebih parah hanya 43% ini artinya Adebayor tidak mendapatkan suplai yang diinginkan. Sebagai perbandingan David Silva sebagai MoTM dan kebetulan bermain di sayap memiliki keberhasilan operan 78%. Sayangnya disaat rencana A ini mulai tidak bekerja kemudian Bale mulai menjelajah ke tengah. Gareth Bale merupakan definisi kecepatan di Premier League dan seharusnya daya jelajahnya dibatasi di habitat terbaiknya.

Andai saja Bale bermain selayaknya pemain sayap konservatif.

Saturday, 3 November 2012

That Man, Falcao!

Surely scoring for fun


Cerutu Kolombia, kopi Kolombia, kokain Kolombia.....pesepakbola Kolombia?

Kolombia bukanlah sebuah negara yang antah berantah. Banyak alasan yang membuat Kolombia terkenal. Dari segi geografis saja Kolombia mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis. Bisa dibilang Kolombia ini seperti nasi campur, semua ada. Hutan Amazon masih termasuk menjadi bagian, begitu juga dengan pegunungan Andes dan laut Karibia. Agrikultur negara ini pun terkenal mendunia. Siapa tidak kenal dengan nama besar kopi Kolombia, apalagi cerutu Kolombia yang tampak nikmat, ah jangan lupa juga kokain Kolombia!

Bagaimana dengan persepakbolaannya? Setidaknya mereka pernah juara Copa America satu kali.

Di bagian Amerika Selatan Kolombia bukanlah produsen pemain sepakbola seperti Brazil, Argentina atau Uruguay bukan berarti membuat mereka miskin bakat sepak bola. Sebut saja nama Cordoba dari Inter, si rambut singa Valderrama, bek tua Milan Yepes, Rodallega juga kelahiran Kolombia, siapa yang bisa melupakan Juan Pablo Angel! Lalu ada kisah tragis Andres Escobar dan pemain Kolombia favorit saya, Rene Higuita, the Scorpion Kick. Prestasi sepakbola Kolombia bisa dibilang tidak buruk. Memang mereka pernah menang Copa America di tahun 2001 (dengan catatan) tetapi beberapa kali berhasil kualifikasi masuk Piala Dunia hanya berstatus sebagai tim pelengkap. Tapi kali ini ada sesuatu yang berbeda di DNA tubuh timnas Kolombia. 

Dilatih oleh Pekerman, saya ingat manajer ini karena laga Argentina kontra Jerman di PD 2006, laju Kolombia terbilang bagus dengan berhasil menempati posisi ketiga berjarak empat poin dari pemuncak klasemen. Mereka bahkan diatas sensasi PD 2010 lalu,Uruguay, yang kini menjadi tim pesakitan setelah juara Copa America. Tidak sekedar posisi tiga di kualifikasi PD 2014, Kolombia kini bertengger di peringkat 9 FIFA. Sepuluh besar. Di atas Perancis juga Brazil. Siapa lagi jika bukan El Tigre, Radamel Falcao, yang telah mencetak lima gol dari lima partai terakhir Kolombia di kualifikasi Amsel menuju Brazil 2014.

Falcao menjadi pahlawan baru Kolombia. Lupakan nama Valderrama sebagai peraih caps terbanyak atau kiper eksentrik, Higuita. Dengan catatan 15 gol (terbanyak di Kolombia 25) rasanya mungkin-mungkin saja Falcao akan mencatatakan namanya di puncak daftar striker terbaik Kolombia.

Berpindah dari Kolombia menuju Spanyol. Falcao yang kini berbaju merah putih berhasil membawa Atletico Madrid untuk menempel ketat Barcelona. Persaingan Madrid dan Barcelona memang sulit terpisahkan tetapi dengan Madrid yang berbeda, siapa sangka? Atletico Madrid hanya berbeda selisih gol dan belum pernah kalah di La Liga. Sama seperti C.Ronaldo dan Messi, Falcao pun menjadi tulang punggung tim yang mencetak 10 dari 22 gol atau setara 45% gol Atletico Madrid berasal darinya, kaki kanan, kaki kiri, kepala, semua bisa.

Sebelum bermain di salah satu liga utama Eropa, La Liga, Falcao sangat impresif bersama Porto untuk meraih treble mereka. Terkadang saya berpikir faktor Falcao lebih berpengaruh daripada kemampuan taktik dari Andres Villas-Boas yang menjadikan mereka raja di Eropa (kasta dua). Bermain selama tiga musim bersama The Dragons Falcao mempunyai rata-rata 1,2 gol per pertandingan. Ada sedikit cerita bahwa pemain ini hampir saja  berlabuh di Feyenoord bila tidak dicegah oleh River Plate. Dengan bermain di La Liga kini semua orang di dunia bisa melihat gaya permainannya dan memang tidak salah jika dia dianggap sebagai salah satu striker kotak 16 terbaik untuk saat ini.

Kita tunggu dia berlabuh di klub besar, tanpa maksud meremehkan Atletico. Terlebih lagi ketika Chelsea masih merindukan kehadiran Drogba sebagai penggedor utama mereka dan performa Torres belum juga memuaskan kebutuhan gol The Blues. Bagi Falcao permainan cepat nan menguras fisik seperti Premier League tampaknya bukan suatu kendala, lagipula orang inilah yang memupus perlawanan The Blues dari Atletico Madrid di UEFA Super Cup 2012 dengan hattricknya. 

Falcao tukar Torres? Pas.

Sunday, 23 September 2012

Menanti Pengganti Sang Jendral United

There's only one Keano

Pahlawan seringkali diingat untuk jasa-jasanya. Pahlawan sering dirindukan disaat susah oleh mereka yang membutuhkan. Agaknya pahlawan yang satu ini pun menjadi sosok yang sedang dicari-cari oleh Sir Alex untuk melengkapi potongan yang hilang dalam puzzle komposisi pemain Manchester United.

Sang mantan petinju amatir yang telah menekuni olahraga adu pukul sejak umur 9 tahun ini berasal dari keluarga kelas pekerja di Mayfield daerah suburb Cork, Irlandia. Tidak heran latar belakangnya tersebut membentuk kepribadiannya yang terkenal emosional.

Beranjak dewasa, Roy Maurice Keane, ternyata lebih menunjukkan bakat di sepakbola. Kapten Manchester United sepeninggal Eric Cantona memang identik dengan klub merah Manchester walau dia sebenarnya mengawali karir sepakbola profesional EPL dari Nottingham Forest dan menyelesaikannya di klub yang dia idolai sejak kecil, Glasgow Celtic.

Mengumumkan pensiun dari sepakbola saat bermain di klub ibukota Irlandia tersebut sejak 2006 Roy Keane telah beberapa kali mencoba peruntungan untuk menjadi manajer di Liga Inggris, sayangnya belum ada yang dapat dikatakan sukses. Walau begitu karirnya sebagai kapten Setan Merah tidak berbanding lurus dengan karir manajerialnya. Keane dapat digolongkan sebagai pemain sukses, pemain yang sulit dilupakan, uniknya bukan karena kemampuan mengolah bola yang dia miliki tetapi karena karakteristiknya yang begitu menonjol sebagai jendral lapangan tengah United.

Apa yang kita ingat dari pemain bernomor punggung 16? Dia merupakan orang yang temperamen, bila kita bertanya kepada Alfie Haaland mungkin dia akan mengatakan Keane sebagai pendendam terburuk yang pernah dia temui,  dia jelas tidak sungkan untuk mengkritik rekan setim, si kapten juga terkenal untuk gol inspiratif pada laga tandang di Turin saat Treble 1998/1999 silam, sedikit yang kita ketahui dia juga ternyata penyayang binatang—silahkan googling tentang Triggs. Pernah suatu saat Stephen Hawking terlihat berlari layaknya orang sehat dan tidak menggunakan “kursi santai”nya lalu seseorang bertanya bagaimana hal itu bisa terjadi? Dia baru saja bertemu Roy Keane, dia tidak suka dengan suaranya dan dengan satu gebrakan meja saya melihat apa yang anda lihat.

Singkatnya Roy Keane adalah pria yang tidak bisa diam, tidak bisa jauh dari berita, baik atau (seringkali) buruk. Walau begitu  Manchester United lebih membutuhkan sosoknya lebih dari apapun saat ini, anak asuh Sir Alex butuh pemain yang sanggup mengatakan, “Woy jing! Main lu jelek!” untuk menyadarkan bahwa mereka sejatinya adalah juara dan selalu dituntut untuk bermain layaknya juara dan juara tidak membiarkan permainannya didominasi seperti yang dilakukan oleh Gerrard, Allen dan Shelvey. Yang pertama disebut baru saja mengalami malam yang emosional dengan memperingati Hillsborough karena sepupunya menjadi korban kala itu, pada pertandingan ini dia pun mencetak gol pertama pemberi harapan namun sayang semua usaha kapten Liverpool itu digagalkan oleh Mark Halsey.

Peluit akhir pertandingan menyatakan tim tamu meraup tiga poin di Anfield dengan catatan permainan mereka sungguh tidak memuaskan, nyatanya Liverpool lebih menguasai pertandingan walau harus bermain dengan sepuluh orang sejak Foster Adams mentekel dua kaki Evans saat berebut bola 50-50 di akhir babak pertama. Statistik Whoscored.com menyatakan Si Bangau unggul dalam penguasaan bola sebesar 52% dengan 14 tembakan 6 diantaranya mengarah ke gawang Lindegaard. Di sisi lawan MU hanya berhasil melakukan 3 tembakan ke gawang, setengah dari yang tuan rumah lakukan.

Bukan hal yang baru bahwa Manchester United memiliki kelemahan sepeninggal Roy Keane untuk sektor perebutan bola di tengh lapangan. Masuknya Hargreaves pada tahun 2007 sempat memberi angin segar untuk Rooney cs namun sayang dia memiliki kaki kaca. Harapan kemudian berlanjut dengan performa Darren Fletcher tetapi belakangan pria Skotlandia harus beristirahat satu musim penuh dan belum ada kepastian apakah dia akan kembali mencapai puncak permainannya kembali. Carrick yang diproyeksikan di posisi Keane tampak tidak bisa berperan seperti pendahulunya tersebut, pemberian nomor punggung 16 pun tidak banyak membantu juga memungkiri keadaan bahwa yang menjadi faktor pembeda Keane bukanlah kemampuan bermain bolanya tetapi jiwa kepemimpinan yang dimilikinya. Fakta di lapangan membuktikan Keane sering membuat onar tetapi terkadang aura intimidatif tersebut mampu menjadi nilai positif tergantung darimana anda melihatnya.

Musim baru berlanjut, puluhan juta poundsterling telah digelontorkan runner up EPL musim lalu. Kagawa, Buttner dan Van Persie membuktikan mereka sanggup memberi kontribusi. Bukan berarti masalah lama Man.United akan terselesaikan dengan hal ini, kebutuhan United akan ball winner akan tetap mengganggu mereka.

Sampai sekarang kehadiran Robin Van Persie masih membawa keberuntungan untuk Red Devils tetapi di saat bersamaan “keberuntungan” belum bertemu dengan musuh bebuyutannya, Yaya Toure.

Saturday, 25 August 2012

Operan Michael Laudrup

A perfect match for The Swan?


Musim lalu di Championship mempertemukan West Ham dengan Millwall. Bagi sebagian atau bisa dibilang para penggemar film Green Street Hooligans menjadi agenda tersendiri yang tidak dapat dilewatkan terlebih lagi setelah kejadian antar suporter mereka yang saling masuk ke lapangan pada musim sebelumnya semakin memperkuat konflik kedua klub tersebut.

Sekarang West Ham dan Millwall tidak lagi berada dalam kasta yang sama. West Ham dengan Big Sam kembali ke tingkat tertinggi liga Inggris bersama Kevin Nolan sebagai kapten mereka.Tidak jauh berbeda dengan West Ham, Swansea City masih bisa dibilang sebagai pendatang baru di Premier League setelah mendapatkan promosi semusim lebih dahulu.

Pada minggu kedua Swansea menjamu West Ham di The Liberty Stadium. Hal yang membuat pertandingan ini menarik karena di atas kertas baik Swansea atau West Ham tidaklah jauh berbeda. Selain itu saya penasaran bagaimana kelanjutan performa mereka setelah mencetak sejarah kemenangan terbesar di kandang lawan setelah membabat QPR 5 gol tanpa balas. Optimisme yang ditunjukan Michael Laudrup dalam interview ESPN mengatakan kemenangan kandang menjadi prioritas utama ternyata bukan sekedar bualan. Ketokan palu The Hammers tidak mampu mengalahkan The Swan saat menundukkan mereka 3-0.

Seperti kata pepatah yang mengatakan mempertahankan selalu lebih sulit daripada mendapatkan sesuatu begitu juga kiranya nasib para debutan EPL. Banyak yang mempertanyakan kesanggupan satu-satunya tim Wales yang mampu berlaga di divisi teratas liga Inggris ini untuk mengulang performa musim lalu dengan sepeninggalan pilar tim. Namun tampaknya kehilangan Allen, Sighurdsson dan kemungkinan Scott Sinclair bahkan kepergian Brendan Rodgers ke Liverpool tidak kemudian membuat mereka kehilangan cara bermain musim lalu.

Jujur saja cara bermain mereka mengingatkan cara bermain Master League dan ini merupakan pujian. Biasanya untuk menambah tantangan kita menggunakan tim medioker tetapi konsekuensinya hampir tidak ada pemain yang sanggup keeping ball dengan baik membuat rasio operan kita meningkat dan berbeda dengan tim di dunia nyata dalam Master League kita akan selalu bermain menyerang begitu juga dengan tim yang berseragam serba putih ini.

Kepergian Rodgers pun tidak menjadi hal yang disesali karena terbukti suksesornya tidak hanya sukses sebagai pemain dengan menjuarai La Liga 5 musim berturut-turut, 1 gelar Serie A dan 1 gelar Eredivisie. Jika tidak salah ingat catatan manajerial Michael Laudrup bersama Getafe (2008) pun terbilang impresif menampilkan sepakbola menyerang begitu juga musim ini operan tampaknya menjadi hal yang tidak berubah dari Swansea.

Kini dalam dua laga pembuka bersama pria kelahiran Frederiksberg mereka praktis menjaga tradisi dengan persentase operan 88% dan 13 dari 16 pemain tersebut memiliki pass success percentage diatas 80% menghasilkan 8 gol tanpa kebobolan.  Setidaknya hingga saat ini gaya bermain yang dipertahankan Laudrup sanggup membuat Sang Angsa terbang tinggi bahkan lebih tinggi dari Sang Bangau.

Lagipula Swansea dengan Laudrup seperti belajar masak langsung dengan chef Michelin bintang tiga, berada dalam arahan eks pemain klub dengan filosofi menyerang dan mengoper seperti Ajax juga Barcelona hanya akan memberi hal positif bagi mereka. Oper pengalamanmu Laudrup!

Wednesday, 22 August 2012

Gingham: Beli atau Tidak

From the mills of Manchester

Musim baru, Liga Inggris 2012/2013.

Tradisi membeli baju baru saat lebaran itu hal biasa. Kini ada tradisi lain, membeli jersey di musim baru justru lebih penting. Namun terkadang ada saat dimana momen seperti ini muncul, “Serius nih desain musim ini kayak begini? Beli ngga ya?”

Jersey baru MU dengan motif kotak-kotak mengundang arus deras kritik dari berbagai arah setara arus mudik kemarin. Kritik tersebut ternyata tidak berhenti disitu. Sudah terjatuh tertimpa tangga pula, seperti belum cukup Manchester United justru menambahnya dengan penampilan buruk mereka di Goodisan Park.

Menghadirkan motif kotak-kotak membuat banyak orang mengira pembuatannya diinpirasi oleh kilt asal Skotlandia untuk menghormati 25 tahun pengabdian Sir Alex Ferguson terhadap Manchester United. Untungnya bukan.

Bahkan pamor jersey Home MU musim ini mampu mengalihkan perhatian para penggila bola dari jersey Away FC Barcelona yang membuat saya membayangkan fruit punch perpaduan lemon dan jeruk ala resor liburan pulau tropis. Tinggal tambahkan kepala Messi diatasnya, lengkap.

Biasanya disebut Gingham. Dari namanya sangat british kan? Tapi asalnya lebih dekat dari yang kita kira. Gingham ini berasal dari bahasa Melayu, genggang, garis-garis membentuk motif taplak meja pada tim yang kini juga menjadikan George Soros sebagai investor tersebut. Dibawa oleh para orang Belanda dari Asia Tenggara ke Eropa, Inggris tepatnya, dan semenjak pertengahan abad ke 18 diproduksi di kota Manchester.

Kembali ke pertanyaan awal, “Beli ngga ya?” Lalu dengan cepat akan ada saja jawaban seperti “Belilah! yang penting kan klubnya!”. Tunggu dulu. Cara berpikir seperti itu juga salah. Jangankan mengurangi beban hutang Glazer di MU, duit tersebut paling jauh berputar di agan penyebar BM kan? Lagipula kita ini bagian dari ekosistem kapitalis brand olahraga terbesar yang sanggup mencopot “football club” dari lambangnya. Kita bukan warga asli Manchester, kita angka statistik penjualan mereka. Bukan saja MU tapi semua klub sepakbola negara dunia pertama.

Kalau begitu, tidak ada gunanya mendukung klub Eropa tersebut bila kita hanya angka statistik? Itu tergantung, boleh ya boleh tidak. Bagi saya beruntung ada yang namanya perspektif. Dari sudut pandang saya, Manchester United adalah klub yang saya idolakan. Titik.

Jadi, beli Gingham warna merah? Err....mungkin lebih baik saya ambil jersey Away. Versi Thailand.

Thursday, 16 August 2012

Bla..bla..bla..Van Persie..

Sooner or later, its his time to leave

JEGER!! Van Persie ke MU. Sebegitu mengagetkankah?

Adisi baru Manchester United ini bukan benar-benar hal yang mengejutkan mengingat SAF telah menunjukkan niat pembeliannya beberapa waktu lalu. Lagipula Wenger sendiri yang telah memberikan ban kapten kepada Van Persie. Dalam bahasa Arsenal, itu merupakan kode sebagai available players untuk musim selanjutnya.

Van Persie, top-skorer EPL musim lalu dengan torehan 30 gol di Arsenal kini mengikuti langkah Nasri dkk dan semakin mengukuhkan status Arsenal sebagai sekolah sepakbola Liga Inggris terbaik. Kini, rivalnya atau dulunya rival, Manchester United, bila nantinya berhasil mendapat tanda tangan RvP akan mengumpulkan pemain-pemain yang mengisi lini depan dengan striking force yang tidak dapat diremehkan. Tapi apa MU benar-benar membutuhkan Robin Van Persie?

Musim lalu menjadi kekalahan SAF yang mungkin paling menyakitkan selama karir manajerialnya. Kalah dengan cara paling menyakitkan yang dapat anda bayangkan dan dalam urusan mencetak gol. Seberapa sering anda mendengar hal tersebut? United pada musim lalu memang agak hambar dengan kesempatan yang mereka buat tetapi tidak mampu menuntaskan pekerjaan mereka, mungkin itu yang menjadi dasar pembelian RvP.

Well, diatas kertas Rooney hanya tertinggal 3 gol dibelakang striker anyar MU ini dengan matematika dasar setidaknya mereka berdua mampu memberikan jaminan 50 gol ditambah lini kedua seperti Kagawa, Nani, Young, Valencia, Cleverley dan lainnya. Langkah yang logis tetapi rasanya tidak seperti Manchester United.

Sekarang pertanyaannya apa yang terkenal dari Manchester United? Selain malam di Barcelona tahun 1999 kita juga akrab dengan youth player policy MU. Pembelian Da Silva, Phil Jones, Smalling, Hernandez,Powell hingga keberadaan Welbeck dan Cleverley cukup menjadi bukti. Lalu dengan kehadiran Van Persie fans MU sah-sah saja mempertanyakan kesempatan bermain bagi Hernandez dan Welbeck.

Dengan menghitung striker terbaik mereka ada empat nama yang akan bersaing. Rooney, Welbeck, Hernandez dan Van Persie tetapi Rooney seperti yang kita tahu menjadi pemain yang tidak mungkin diganti dan Van Persie, sulit, dia juga pembelian instan artinya bila menit bermain lebih banyak diberikan untuk dia menyisakan Welbeck lebih banyak bermain di sayap seperti yang beberapa kali sudah kita lihat dan Hernandez, jujur saja dia mungkin akan diturunkan sebagai opsi c, “super sub”. Kedatangan pemain yang gagal total di Euro 2012 ini pastinya akan sangat memotong menit bermain kedua pemain muda tersebut.

Menurut saya (mungkin juga banyak orang), sektor tengah United bisa mendapat lebih banyak perhatian, Luka Modric misalnya? Toh harganya tidak jauh berbeda karena dibandingkan dengan bangku cadangan Real Madrid, MU jelas lebih membutuhkan jasanya. Dan jangan sebut-sebut sektor bek kiri.

Setelah mencoba melihat dari berbagai sisi tentang kedatangan Van Persie, yang biayanya dapat dipergunakan untuk hal lain, saya tidak menemukan hal lain kecuali bahwa ini adalah jawaban dari ancaman kekuatan Manchester City.

Di Inggris bakat muda tidaklah menjanjikan. Anda dapat membaca kolom dari Andy Cole di FFT Indonesia bulan Agustus yang mengatakan Inggris sudah ketinggalan jaman. Sebagai perbandingan Spanyol memiliki jumlah pelatih pemain muda 10 kali lebih banyak dibanding Inggris. Menurutnya, Inggris merupakan negara yang kaku mengenai ini (pembinaan bakat) menyebabkan pemain muda menjadi barang langka (juga mahal) dan saat komoditas langka ini muncul kita tahu Arsenal selalu bergerak lebih cepat dari MU.

Tidak heran bila akhirnya United mengeyampingkan prinsip mereka untuk sesaat. Kalah sekali dari tetangga biru muda sudah menyakitkan apalagi bila mereka harus berada dalam masa kejayaan Manchester City dan harus puas kembali sebagai nomor dua.

United memerlukan jasa Robin Van Persie, United perlu striker matang yang berada dalam saat-saat puncaknya dan seiring sinar Van  Persie meredup akan tibalah giliran DW9.

Monday, 13 August 2012

Lebaran sebentar lagi? Liga Inggris!

Plus Reading, WHU dan Southampton

Akhir minggu ini kita akan bertemu dengan apa yang orang bilang dengan "hari kemenangan". Semua orang tahu tentang itu namun bagi sebagian memandang kemenangan ini dengan cara yang sedikit berbeda dari biasanya. Bagi yang berpuasa mereka "menang" karena telah sebulan menahan nafsu dengan berpuasa sedangkan hari kemenangan versi kita pada akhir minggu ini yang terhitung hanya dalam beberapa hari setelah tiga bulan berpuasa dari Liga Inggris!

Berjarak hanya seminggu, kita telah melihat bagaimana di akhir pekan ini beberapa tim favorit juara melakukan pemanasan terakhir mereka. Secara bersamaan para unggulan Inggris mencoba kekuatan dari klub-klub Jerman. Ada United yang bertandang ke Hannover, diikuti oleh Arsenal ke Cologne dan Liverpool menjamu Leverkusen. Tentu ada juga pemanasan yang lebih menyita perhatian seperti Chelsea-City. 

Peta kekuatan diprediksi belum banyak berubah, bagi Mark Lawrenson dan Robbie Savage (eks-Blackburn) City akan mempertahankan titel EPL mereka diikuti oleh United, Chelsea dan Arsenal. Bersebrangan dengan para ocehan komentator lokal yang nantinya akan selalu mengatakan "misi balas dendam" dari United, para pundit dari Mirror Football lebih logis terbukti hanya 3 dari 13 yang menempatkan sisi merah Manchester tersebut di posisi pemuncak klasemen.

United, walau kini memiliki Kagawa (dan terbukti influential) sebenarnya belum menutup lubang masalah mereka. Kagawa yang berposisi alami sebagai penyerang lubang dengan bermain di depan gelandang tengah bukan menjadi solusi dari masalah United musim lalu. Realistis saja, deretan gelandang tengah MU masih seperti baju tambal-sulam dan itu pun tidak bisa mengandalkan kehadiran Scholes di setiap pertandingan ditambah masalah di bek kiri, sulit melupakan bagaimana buruknya penampilan Evra saat kejadian six and the City.

City sebagai rival dari United masih menjadi kekuatan dominan di EPL. Statistik membuktikan mereka sebagai tim paling agresif dan sedikit kebobolan disaat bersamaan pada musim sebelumnya bukan sesuatu yang dipandang sebelah mata. Tevez yang hampir banting setir menjadi caddy golf ternyata masih tajam di barisan depan City dengan golnya ke gawang Cech. Tampaknya hanya ego mereka sendiri yang akan menjadi tantangan mempertahankan gelar juara namun bila saja Yaya Toure entah karena suatu hal harus absen selama setidaknya setengah musim akan meringankan pesaing lainnya (tidak ada yang mustahil kan...).

Chelsea selain dari United akan memberikan perlawanan yang cukup berat bagi City. Dari segi pertahanan mereka merupakan tim yang tidak perlu diragukan (melihat performa UCL), dengan catatan Ivanovic tidak lupa minum obat dengan dosis yang setidaknya membuat dia tidak lupa bahwa dia masih pemain bola bukan UFC. Polesan Chelsea di lini depan dengan Hazard dan Marin masih masuk akal ditambah Torres yang ternyata mampu mengisi pos peninggalan Drogba, tentu pembuktiannya akan sangat ditunggu musim ini.

Hal menarik terjadi di London Utara, Wenger kini telah menghabiskan 40m Pounds dan berhasil membuat para Gooners terhibur dengan pembelian pemain bintang sekelas Podolski. Dengan bertambahnya tiga peluru tampaknya Bendtner dipastikan tidak sendiri keluar dari tim. Sebenarnya kelemahan Arsenal bukan bertitik berat pada jumlah peluru mereka, ada hal lain yang menjadi momok bagi meriam London yaitu Johan Djorou. Asal pemain ini tidak banyak bermain Arsenal memiliki kesempatan memeriahkan perebutan titel EPL sampai akhir musim.

Untuk Spurs dan Liverpool dengan gaffer baru, mereka tampaknya masih sibuk dengan diri masing-masing. Siapa pun yang menjadi pemenang tampaknya harus berdesak-desakan dalam menapak tangga menuju juara tetapi satu hal yang pasti, haus sepakbola kita akan terbayarkan hanya dalam hitungan hari! Selamat berlebaran dengan layar kaca anda masing-masing :D